Pasar modal minim investor

Kamis, 08 Mei 2014 - 06:35 WIB
Pasar modal minim investor
Pasar modal minim investor
A A A
PERKEMBANGAN pasar modal Indonesia terus menunjukkan peningkatan yang menggembirakan, setidaknya bila merujuk pada aliran dana asing (net buy) yang mengalir di lantai bursa.

Manajemen Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat perputaran dana asing sudah menembus Rp30 triliun secara year to date terhitung sejak awal tahun ini. Sayangnya, perkembangan tersebut tidak diiringi dengan peningkatan jumlah investor domestik yang signifikan.

Akibatnya, pasar modal yang menjadi salah satu indikator sehat tidaknya aktivitas perekonomian nasional didominasi oleh pihak asing yang mencapai hingga 60% lebih.

Dilihat dari pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG), para pengelola pasar saham bolehlah bertepuk dada sedikit, karena sukses memosisikan indeks pada level kedua tertinggi di antara bursa saham di kawasan ASEAN. Pihak BEI mengumumkan bahwa posisi IHSG mencetak kenaikan sekitar 14% secara year to date yang hanya dikalahkan oleh bursa Filipina, sejak awal tahun ini.

Di bawah IHSG BEI ditempati bursa Negeri Gajah Putih yang tumbuh sekitar 9,45%, disusul bursa India yang naik sebesar 5,83% dan bursa Singapura tumbuh sekitar 2,69%. Sayangnya, pertumbuhan indeks tersebut belum diiringi dengan peningkatan kapitalisasi pasar yang signifikan. Urusan kapitalisasi pasar, rupanya manajemen BEI masih harus memutar otak bagaimana cara bisa mendapat tempat terhormat di antara bursa di kawasan ASEAN.

Data menunjukkan, secara year to date kapitalisasi pasar BEI baru mencapai sebesar USD415 miliar hanya satu tingkat di atas kapitalisasi pasar bursa Filipina yang tercatat sebesar USD 250 miliar. Begitu pula dari jumlah perusahaan terdaftar yang baru mencapai 489 perusahaan. Lagi-lagi BEI hanya bisa mengungguli bursa Filipina yang hanya mencatatkan 258 perusahaan.

Sementara di bursa Thailand terdaftar 587 perusahaan, bursa Singapura mengelola 767 perusahaan, dan Malaysia menduduki posisi utama dengan 906 perusahaan yang melantai di bursa. Nah, yang lebih memprihatinkan adalah jumlah investor domestik pasar modal yang sangat mini dibandingkan jumlah penduduk Indonesia.

Untuk mendongkrak jumlah investor lokal, pihak Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memang mulai mengembangkan berbagai instrumen yang bisa merangsang masyarakat untuk menginvestasikan dananya di pasar modal, namun hasilnya belum kelihatan sehingga investor asing masih tetap mendominasi.

Jumlah investor domestik yang terbatas itu, sebagaimana diungkapkan Wakil Dewan Komisioner OJK Rahmat Waluyanto, sangat memprihatinkan sebab kondisi pasar modal sangat rawan dikendalikan oleh investor asing. Tentu saja, bila pihak asing bisa mengendalikan dan memainkan pasar modal sesukanya maka berpotensi besar mendatangkan malapetaka.

Karena itu, salah satu upaya membangun ketahanan pasar modal tiada lain adalah memperbesar dan memperkuat peran investor lokal. Tantangan terbesar yang kini di depan mata adalah sejauh mana kesiapan BEI berkompetisi dengan bursa-bursa sesama negara ASEAN, terkait dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada akhir tahun depan. Lalu, apa saja yang harus dilakukan dalam menyambut berlakunya MEA yang ditandai hadirnya pasar bebas di kawasan regional itu?

Dengan sisa waktu yang sangat tipis ini, pihak OJK dan para stakeholder pasar modal harus memburu sejumlah ketertinggalan dengan kecepatan maksimal, mulai dari memperbanyak jumlah emiten yang masih sedikit, meningkatkan dan memperbanyak instrumen atau produk pasar modal sehingga investor memiliki berbagai alternatif dalam menanamkan dana di pasar modal, menerbitkan regulasi yang menjadi aturan jelas bagi emiten maupun investor sehingga semua merasa terlindungi.

Dan, tentu saja yang paling vital bagaimana mendongkrak jumlah investor lokal dalam waktu singkat. Bicara soal keberadaan investor lokal yang masih terbatas di pasar modal, ini memang sebuah ìkeajaibanî bila mengaitkan menjamurnya investasi bodong yang telah menelan korban yang tidak sedikit dengan nilai triliunan rupiah.

Artinya, dana yang ada di masyarakat membuktikan cukup tersedia tetapi mengapa selalu terjerat pada investasi yang sesat. Hal itu menunjukkan bahwa ada yang salah dalam proses sosialisasi dan pengembangan pasar modal di negeri ini.
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0708 seconds (0.1#10.140)