Pekerja tidak terserap

Selasa, 29 April 2014 - 06:24 WIB
Pekerja tidak terserap
Pekerja tidak terserap
A A A
KENAIKAN realisasi investasi sepanjang kuartal pertama 2014 tidak diiringi peningkatan penyerapan tenaga kerja, bahkan mengalami penurunan dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.

Pada awal tahun ini, penyerapan tenaga kerja hanya mencapai 260.156 orang. Terjadi penyusutan sebanyak 101.768 orang dibandingkan pada triwulan pertama 2013, di mana tenaga kerja terserap sebanyak 361.924 orang. Akankah mewarnai perjalanan realisasi investasi yang tidak berkorelasi dengan kenaikan penyerapan tenaga kerja sepanjang tahun ini?

Sebagaimana dipublikasikan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) pekan lalu, total realisasi investasi tercatat sebesar Rp106,6 triliun atau sekitar 23,3% dari target yang dipatok pemerintah sepanjang kuartal pertama tahun ini. Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, realisasi investasi meningkat sekitar 14,6% atau sebesar Rp93 triliun.

Rinciannya, realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp34,6 triliun terjadi kenaikan sekitar 25,9% dari sebesar Rp27,5 triliun pada triwulan pertama 2013, sedangkan realisasi penanaman modal asing (PMA) tercatat sebesar Rp72 triliun atau mengalami kenaikan sekitar 9,8% dibanding kuartal pertama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp65,5 triliun.

Terlepas dari realisasi investasi yang tak mampu mendongkrak penyerapan tenaga kerja sepanjang kuartal pertama tahun ini, penyebaran investasi ternyata masih berpusat di Pulau Jawa. Dari total realisasi investasi sebesar Rp106,6 triliun tersebut, porsi yang mengalir di Pulau Jawa mencapai Rp62 triliun atau sekitar 58,2% dan di luar Pulau Jawa mendapat bagian sebesar Rp44,6 triliun atau sekitar 41,8%.

Berdasarkan data BKPM, DKI Jakarta menyerap porsi paling besar untuk investasi PMDN yang mencapai Rp8,3 triliun, disusul Jawa Barat sebanyak Rp8,1 triliun dan Jawa Timur sebesar Rp7,7 triliun.

Sedangkan realisasi PMA terbesar mengalir di Jawa Barat sebesar USD1,8 miliar, ditempel Kalimantan Timur sebesar USD800 juta dan Riau sebanyak USD600 juta. Dilihat dari negara asal investor asing yang menanamkan modal di Indonesia, ternyata Singapura berada di posisi terdepan dengan nilai investasi mencapai sebesar USD1,3 miliar untuk 467 proyek. Posisi Singapura tak tergoyahkan sepanjang lima tahun terakhir ini.

Jepang berada di urutan kedua dengan nilai investasi sebesar USD1 miliar, disusul Mauritius sebanyak USD400 juta, Korea Selatan dan Australia masing-masing sekitar USD300 juta. Selebihnya akumulasi berbagai negara yang mencapai sebesar USD3,6 miliar.

Bila mencermati perkembangan realisasi investasi dan dampak pada penyerapan tenaga kerja dalam lima tahun terakhir yang selalu menunjukkan kenaikan, maka wajar kalau menimbulkan pertanyaan mengapa kenaikan realisasi investasi tidak sejalan dengan penyerapan tenaga kerja?

Menyikapi persoalan tersebut pemerintah menilai wajar saja sebagai akibat perubahan pola investasi belakangan ini. Saat ini, investor mengutamakan industri yang sesuai dengan potensi di Indonesia. Salah satu industri yang banyak dilirik pemodal terutama investor asing adalah sektor automotif. Penggunaan mekanisasi robot dalam proses produksi telah menekan penggunaan tenaga kerja.

Karena itu, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menilai wajar realisasi investasi yang bertumbuh tidak berkorelasi dengan pertumbuhan penyerapan tenaga kerja. Penggunaan robot dalam proses produksi di mata Lutfi tak perlu dikhawatirkan sepanjang memberikan efek positif terhadap produksi.

Memang, penggunaan robot menghambat penyerapan tenaga kerja, tetapi membuat struktur industri dalam negeri semakin membaik. Dulu, para investor melirik Indonesia karena pertimbangan upah tenaga kerja yang murah.

Apa yang diungkapkan menteri perdagangan di satu sisi memang benar adanya, tetapi di sisi lain pemerintah tetap harus membuat formulasi yang bisa menggiring investor memberdayakan tenaga kerja yang dari tahun ke tahun terus bertumbuh pesat.

Karena itu, perubahan orientasi tersebut dari investasi padat karya ke investasi padat modal perlu disikapi segera sebelum menjadi sumber masalah, mengingat salah satu misi pemerintah membuka keran investasi selebar-lebarnya agar jumlah tenaga kerja yang terus bertumbuh dapat diberdayakan melalui investasi di berbagai sektor.
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6673 seconds (0.1#10.140)