Safari politik Jokowi dinilai tidak lazim
A
A
A
Sindonews. com - Safari politik yang dilakukan calon presiden (capres) dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Joko Widodo (Jokowi) kepada sejumlah elite partai politik dinilai tidak lazim. Pasalnya berdasarkan hasil penghitungan cepat (quick count), PDIP merupakan pemenang pemilu.
Pengamat Politik Heri Budianto mengatakan, apa yang dilakukan Jokowi sangat tidak biasa dalam sejarah politik Indonesia, mengingat PDIP merupakan partai yang meraih suara tertinggi pada pemilihan legislatif (pileg) beberapa waktu lalu.
"Ini sangat tidak lazim partai pemenang pemilu kunjungan atau road show ke sejumlah partai politik yang perolehan suaranya di bawahnya. Biasanya pemenang pemilu menunggu," ujarnya.
Menurut dia, biasanya yang melakukan kunjungan untuk melakukan komunikasi politik adalah elite partai bukan calon presiden seperti yang dilakukan Jokowi saat ini. "Ini bisa karena suara Jokowi tidak sesuai target sehingga dia ikut bertanggung jawab," ucapnya.
Apalagi, perbedaan perolehan suara di partai-partai yang tidak terlalu jauh membuat peta koalisi menjadi semakin ketat. "Jika elite PDIP mempertanyakan kenapa Jokowi 'effect' ternyata tidak 'ngefek', itu pasti," katanya.
Berdasarkan hasil analisis Polcomm Institute pada awal April lalu, kata dia, elektabilitas Jokowi berbanding terbalik dengan partai. Jokowi mencapai 30,1% sedangkan PDI P hanya 23,1%. Heri mengatakan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri lebih mengetahui langkah apa yang harus diambil ketika Jokowi efek ternyata tidak berefek.
Seperti diketahui, pada Sabtu 12 April kemarin Jokowi mendatangi sejumlah elite parpol, yakni Nasional Demokrat (NasDem), Golkar, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Pengamat Politik Heri Budianto mengatakan, apa yang dilakukan Jokowi sangat tidak biasa dalam sejarah politik Indonesia, mengingat PDIP merupakan partai yang meraih suara tertinggi pada pemilihan legislatif (pileg) beberapa waktu lalu.
"Ini sangat tidak lazim partai pemenang pemilu kunjungan atau road show ke sejumlah partai politik yang perolehan suaranya di bawahnya. Biasanya pemenang pemilu menunggu," ujarnya.
Menurut dia, biasanya yang melakukan kunjungan untuk melakukan komunikasi politik adalah elite partai bukan calon presiden seperti yang dilakukan Jokowi saat ini. "Ini bisa karena suara Jokowi tidak sesuai target sehingga dia ikut bertanggung jawab," ucapnya.
Apalagi, perbedaan perolehan suara di partai-partai yang tidak terlalu jauh membuat peta koalisi menjadi semakin ketat. "Jika elite PDIP mempertanyakan kenapa Jokowi 'effect' ternyata tidak 'ngefek', itu pasti," katanya.
Berdasarkan hasil analisis Polcomm Institute pada awal April lalu, kata dia, elektabilitas Jokowi berbanding terbalik dengan partai. Jokowi mencapai 30,1% sedangkan PDI P hanya 23,1%. Heri mengatakan Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri lebih mengetahui langkah apa yang harus diambil ketika Jokowi efek ternyata tidak berefek.
Seperti diketahui, pada Sabtu 12 April kemarin Jokowi mendatangi sejumlah elite parpol, yakni Nasional Demokrat (NasDem), Golkar, dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
(dam)