Tanpa interaksi, tweet dan status politikus dicueki
A
A
A
Sindonews.com - Perkembangan teknologi berbasis internet mendorong munculnya jejaring sosial. Pengguna jejaring sosial pun beragam, dari berbagai usia dan kalangan termasuk para politikus.
Bagi pengguna jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter, menemukan akun politikus bukan hal sulit. Tidak sedikit politikus yang eksis mengaktualisasikan dirinya melalui jejaring sosial.
Kendati begitu, tidak mudah bagi politikus yang eksis di jejaring sosial untuk mendapatkan simpati masyarakat. Misalnya jika akhirnya diketahui akun itu hanya untuk menarik perhatian masyarakat untuk pemenangan pemilu.
Pengamat politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya menilai jika itu yang terjadi maka masyarakat akan apatis dengan akun jejaring sosial yang dimiliki politikus.
Yunarto menyampaikan, masyarakat pengguna media sosial ingin dapat interaksi dengan setiap politikus. Namun jika ternyata hal itu tidak terpenuhi maka masyarakat akan mengabaikan akun milik politikus.
"Pada akhirnya mereka merasakan akun yang dibuat para elit, cenderung apatis. Silahkan di tes akun kepala daerah, yang menang pun itu berhenti (tidak lagi aktif)," kata Yunarto dalam Polemik SINDO Trijaya bertemakan "Berperang Citra di Social Media" di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (22/2/2014)
Menurut dia, politikus harus bisa memanfaatkan jejaring sosial untuk berinteraksi dengan masyarakat. Dengan begitu, maka dirinya bisa mengetahui secara langsung apa yang dibutuhkan masyarakat khususnya pengikutnya di dunia maya.
"Mereka gunakan sosial media adalah demokrasi partisipasi. Ketika pemilukada selesai seperti itu komunikasi terjadi bagaimana mereka mendengar apa yang diinginkan penduduknya, tetapi itu jarang dilakukan," ujarnya.
Berita:
Awasi kerja politikus lewat jejaring sosial
Bagi pengguna jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter, menemukan akun politikus bukan hal sulit. Tidak sedikit politikus yang eksis mengaktualisasikan dirinya melalui jejaring sosial.
Kendati begitu, tidak mudah bagi politikus yang eksis di jejaring sosial untuk mendapatkan simpati masyarakat. Misalnya jika akhirnya diketahui akun itu hanya untuk menarik perhatian masyarakat untuk pemenangan pemilu.
Pengamat politik dari Charta Politika, Yunarto Wijaya menilai jika itu yang terjadi maka masyarakat akan apatis dengan akun jejaring sosial yang dimiliki politikus.
Yunarto menyampaikan, masyarakat pengguna media sosial ingin dapat interaksi dengan setiap politikus. Namun jika ternyata hal itu tidak terpenuhi maka masyarakat akan mengabaikan akun milik politikus.
"Pada akhirnya mereka merasakan akun yang dibuat para elit, cenderung apatis. Silahkan di tes akun kepala daerah, yang menang pun itu berhenti (tidak lagi aktif)," kata Yunarto dalam Polemik SINDO Trijaya bertemakan "Berperang Citra di Social Media" di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (22/2/2014)
Menurut dia, politikus harus bisa memanfaatkan jejaring sosial untuk berinteraksi dengan masyarakat. Dengan begitu, maka dirinya bisa mengetahui secara langsung apa yang dibutuhkan masyarakat khususnya pengikutnya di dunia maya.
"Mereka gunakan sosial media adalah demokrasi partisipasi. Ketika pemilukada selesai seperti itu komunikasi terjadi bagaimana mereka mendengar apa yang diinginkan penduduknya, tetapi itu jarang dilakukan," ujarnya.
Berita:
Awasi kerja politikus lewat jejaring sosial
(dam)