Difabel tak ingin dijual untuk kampanye
A
A
A
Sindonews.com - Kaum difabel mengingatkan para caleg dan partai untuk tidak memanfaatkan keberadaan mereka sebagai sesuatu untuk 'dijual'. Mereka tidak ingin dijadikan komoditas yang dimanfaatkan untuk kepentingan politik.
"Jangan jual kami untuk kepentingan kampanye maupun politik," ujar Ketua Ikatan Alumni Wyataguna, Suhendar, di Bandung, Jawa Barat, Kamis (13/2/2014).
Tidak hanya itu, kaum difabel juga meminta agar mereka tidak terus dibohongi janji dan harapan palsu para calon wakil rakyat. Sebab sebelumnya, mereka sudah sering menerima wangi surga.
"Kami bosan dengan janji-janji dan retorika. Kita hanya diperlukan saat mereka butuh saja," tegasnya.
Itu terbukti pada pemilu sebelumnya, banyak caleg dan parpol yang memberi harapan manis. Dengan terbuka, para caleg dan parpol meminta dukungan dengan imbalan akan memperjuangkan hak kaum difabel.
"Pada 2009 banyak yang obral janji dan perhatian. Tapi saat mereka jadi (terpilih), ingat ke kami pun tidak. Makanya kami, khususnya saya, agak trauma," ungkap Suhendar.
Disinggung soal aksi para caleg dan parpol untuk meraih simpati kaum difabel, saat ini mulai banyak yang merapat. Ke Panti Sosial Bina Netra Wyataguna misalnya, beberapa caleg sudah datang dengan memberi janji-janji manis bagi kaum difabel.
"Sekarang sudah ada yang pura-pura perhatian dan peduli dengan kami," sindirnya.
Suhendar lalu mengingatkan kepada kaum difabel agar benar-benar jeli saat memilih calon wakil rakyat nanti. "Kita berharap kepada kaum difabel, terutama di Jawa Barat agar jangan asal pilih. Jangan sampai memilih politisi busuk," imbaunya.
"Jangan jual kami untuk kepentingan kampanye maupun politik," ujar Ketua Ikatan Alumni Wyataguna, Suhendar, di Bandung, Jawa Barat, Kamis (13/2/2014).
Tidak hanya itu, kaum difabel juga meminta agar mereka tidak terus dibohongi janji dan harapan palsu para calon wakil rakyat. Sebab sebelumnya, mereka sudah sering menerima wangi surga.
"Kami bosan dengan janji-janji dan retorika. Kita hanya diperlukan saat mereka butuh saja," tegasnya.
Itu terbukti pada pemilu sebelumnya, banyak caleg dan parpol yang memberi harapan manis. Dengan terbuka, para caleg dan parpol meminta dukungan dengan imbalan akan memperjuangkan hak kaum difabel.
"Pada 2009 banyak yang obral janji dan perhatian. Tapi saat mereka jadi (terpilih), ingat ke kami pun tidak. Makanya kami, khususnya saya, agak trauma," ungkap Suhendar.
Disinggung soal aksi para caleg dan parpol untuk meraih simpati kaum difabel, saat ini mulai banyak yang merapat. Ke Panti Sosial Bina Netra Wyataguna misalnya, beberapa caleg sudah datang dengan memberi janji-janji manis bagi kaum difabel.
"Sekarang sudah ada yang pura-pura perhatian dan peduli dengan kami," sindirnya.
Suhendar lalu mengingatkan kepada kaum difabel agar benar-benar jeli saat memilih calon wakil rakyat nanti. "Kita berharap kepada kaum difabel, terutama di Jawa Barat agar jangan asal pilih. Jangan sampai memilih politisi busuk," imbaunya.
(lns)