Pembangunan inklusif, peluang memajukan kaum perempuan
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Linda Amalia Sari Gumelar mengatakan, tema Peran Perempuan dan Laki-laki Dalam Mewujudkan Demokrasi yang Partisipasif, dan Pembangunan yang Inklusif diambil dengan melihat situasi dan kondisi bangsa Indonesia pada 2013, yang sedang bersiap-siap menuju tahun politik 2014.
Dia berharap, ke depan akan semakin banyak warga negara yang terlibat dalam Pemilu 2014. Sementara itu, pembangunan inklusif ditetapkan agar pembangunan yang sedang berjalan hingga saat ini dapat optimal.
Sehingga menjangkau semua kelompok dan elemen masyarakat, baik perempuan maupun laki-laki, anak perempuan maupun anak laki-laki. Termasuk kelompok penyandang disabilitas dan berkebutuhan khusus di seluruh Indonesia.
"Pembangunan inklusif lebih terfokus untuk mengatasi ketertinggalan, sehingga pendekatan ini pun ditujukan pada peningkatan akses pendidikan, kesehatan, kependudukan dan ekonomi," ungkapnya, Rabu (18/12/2013).
Menurut dia, pembangunan inklusif membuka peluang yang lebih komprehensif bagi kaum perempuan, untuk mengakses pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Dengan bekal pendidikan yang cukup, diharapkan kaum perempuan mampu terlibat dan mengambil peran dalam proses demokrasi partisipatif. Hal yang melibatkan perempuan pada proses pengambil keputusan.
Posisi ini tentunya lebih menguntungkan kaum perempuan, karena keterlibatan kaum perempuan dalam mengambil keputusan akan mampu mengakomodir kebutuhan perempuan lainnya, pada proses pembangunan hingga ke tingkat akar rumput.
Ia juga mengatakan, pentingnya penerapan prinsip equal partnership dalam pembangunan sebagai strategi, untuk menerapkan kesetaraan gender di berbagai bidang pembangunan.
Klik di sini untuk berita terkait.
Dia berharap, ke depan akan semakin banyak warga negara yang terlibat dalam Pemilu 2014. Sementara itu, pembangunan inklusif ditetapkan agar pembangunan yang sedang berjalan hingga saat ini dapat optimal.
Sehingga menjangkau semua kelompok dan elemen masyarakat, baik perempuan maupun laki-laki, anak perempuan maupun anak laki-laki. Termasuk kelompok penyandang disabilitas dan berkebutuhan khusus di seluruh Indonesia.
"Pembangunan inklusif lebih terfokus untuk mengatasi ketertinggalan, sehingga pendekatan ini pun ditujukan pada peningkatan akses pendidikan, kesehatan, kependudukan dan ekonomi," ungkapnya, Rabu (18/12/2013).
Menurut dia, pembangunan inklusif membuka peluang yang lebih komprehensif bagi kaum perempuan, untuk mengakses pendidikan yang lebih tinggi dari sebelumnya.
Dengan bekal pendidikan yang cukup, diharapkan kaum perempuan mampu terlibat dan mengambil peran dalam proses demokrasi partisipatif. Hal yang melibatkan perempuan pada proses pengambil keputusan.
Posisi ini tentunya lebih menguntungkan kaum perempuan, karena keterlibatan kaum perempuan dalam mengambil keputusan akan mampu mengakomodir kebutuhan perempuan lainnya, pada proses pembangunan hingga ke tingkat akar rumput.
Ia juga mengatakan, pentingnya penerapan prinsip equal partnership dalam pembangunan sebagai strategi, untuk menerapkan kesetaraan gender di berbagai bidang pembangunan.
Klik di sini untuk berita terkait.
(stb)