Inilah demokrasi

Rabu, 06 November 2013 - 06:16 WIB
Inilah demokrasi
Inilah demokrasi
A A A
BERBAGAI masalah yang muncul dalam rangkaian persiapan Pemilihan Umum 2014 membuat banyak orang mengernyitkan dahi dan banyak lainnya bersikap apatis bahwa Pemilu 2014, sebagaimana pemilu lainnya, tak akan membawa perbaikan bagi nasib bangsa ini. Sah-sah saja ada yang berpikiran pesimistis dan apatis seperti itu.

Namun, jika dilihat dari kacamata perjuangan bangsa ini dalam mencapai kemakmuran bersama rasanya perlu dipikir kembali. Sungguh suatu kerugian jika berbagai masalah dalam persiapan Pemilu 2014 dan prediksi akan terjadinya berbagai kecurangan serta ketidakpercayaan pada politisi membuat banyak warga negara Indonesia yang berniat menyia-nyiakan haknya untuk menentukan arah perjalanan bangsa pada Pemilu 2014. Lebih merugi lagi jika kita lihat justru umumnya kelompok-kelompok yang pesimistis ini adalah sosok-sosok berpendidikan tinggi yang sudah “kenyang” melihat karut-marut negara.

Kelompok ini merasa Pemilu 2014 hanyalah kesia-siaan karena hanya akan jadi sarana pengabsahan gerombolan pencoleng kemakmuran bangsa ini. Kenapa disebut merugi? Karena kelompok yang cenderung apatis itu pada dasarnya memiliki kemampuan jauh di atas rata-rata untuk memilah para politisi yang ingin menjadi legislator dan juga para calon presiden dan calon wakil presiden.

Harusnya justru golongan orang terpelajar dan terbuka informasinyalah yang menjadi penunjuk jalan bagi bangsa ini yang selama ini terbutakan oleh politik citra dan dilumpuhkan logikanya oleh politik uang. Kelompok inilah yang harusnya menyalakan api di tengah kegelapan politik bangsa yang memanfaatkan kondisi di mana rata-rata lama mengenyam bangku pendidikan bangsa ini hanya 5,8 tahun. Tugas itu adalah keniscayaan sejarah bagi para kaum terpelajar.

Dalam sejarah kemajuan bangsa, apa pun motornya, selalu ada pada kelompok sedikit orang terpelajar yang justru terpecut semangatnya melihat bangsanya dibodohi oleh penjajah, bahkan oleh bangsanya sendiri. Lalu bagaimana dengan pendapat bahwa semua politisi sama saja? Memang benar pada dasarnya semuanya hanya mengenai kekuasaan. Namun, tentu dengan sedemikian terbuka lebarnya akses warga terhadap informasi maka kita akan bisa memilah mana yang level keburukannya paling rendah, atau bahkan mana yang level kebaikannya di atas rata-rata.

Tentu lebih baik jika kelompok orangorang terpelajar dan tercerahkan bisa membantu rakyat kebanyakan dalam memilah orang yang mempunyai potensi. Memang tak ada hasil instan dalam politik. Butuh perjuangan panjang dalam memilah mutiara-mutiara yang terendam dalam lumpur perpolitikan Indonesia. Namun, keyakinan akan adanya mutiara-mutiara tersebutlah yang harusnya mendorong kita untuk terus memilahnya. Satu-satunya cara memilahnya dalam alam demokrasi adalah dengan mengikuti pemilu.

Pemilu 2014 harus dimanfaatkan untuk menyingkirkan para politisi busuk yang selama ini membelenggu kemampuan bangsa ini untuk lepas landas. Inilah demokrasi. Sistem ini memang lemah jika kita melihat kondisi bahwa satu suara orang berpendidikan tinggi yang mengenyam bangku pendidikan puluhan tahun dihargai sama dengan satu suara orang yang bahkan tak pernah bersekolah dan tidak terjangkau oleh arus informasi. Namun, demokrasilah sistem terbaik yang tersedia jika kita bandingkan dengan sistem oligarki atau bahkan otoritarian.

Demokrasi yang membawa cacat bawaan diambil sebagai pilihan ideal karena sistem ini yang dianggap akan membawa kemakmuran bersama jauh lebih baik dari sistem lain yang tersedia. Cara pandang kita dalam memilih demokrasi ini seharusnya diadaptasikan juga dalam memilih pemimpin. Mari memilih “the best from the worst” dengan harapan pada saatnya nanti kita akan mencapai situasi makin banyak orang baik masuk politik yang bisa kita pilih. Perubahan itu tak akan datang jika tak direbut.

Kemakmuran suatu bangsa dan negara tidak jatuh dari langit. Tuhan saja menyuruh umatnya untuk berusaha merebut kemakmurannya, jadi kenapa kita tidak rebut kemakmuran dan kebaikan bangsa ini dari para politisi korup itu?
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4305 seconds (0.1#10.140)