Pemilu 2014 jangan hasilkan demokrasi prabayar
A
A
A
Sindonews.com - Peneliti Senior Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Philips Jusario Vermonte menilai, politik yang dihasilkan melalui kekuatan uang, dikhawatirkan akan membuat calon wakil rakyat berbuat serba instan.
Bahkan, kata Philip, calon pemimpin tersebut cenderung melakukan pendekatan uang ketimbang modal sosial karena cara tersebut jauh lebih mudah ditempuh
"Politik model prabayar ini jauh lebih bahaya kalau terus dilakukan, semua serba cash. Apalagi diikuti politisi-politisi muda," kata Philip kepada Sindonews, Jakarta, Rabu (30/10/2013).
Selain itu, menurut Philip, politik dengan menggunakan pendekatan uang juga dikhawatirkan semakin menyasar kepada penyelenggara pemilu. Hal itu jauh lebih mudah dan murah ketimbang membayar ribuan calon pemilih untuk memilihnya.
"Karena mahal untuk mendekati konstiuten maka jangan sampai yang didekati adalah penyelenggara pemilu," ujarnya.
Dari itu, kata dia, seharusnya para calon legislatif atau presiden mendatang dituntut memiliki strategi untuk meyakinkan masyarakat. Salah satunya dengan pendekatan prestasi. Menurutnya, faktor kepercayaan publik modal awal untuk mereka terapkan ketimbang janji-janji dan politik uang.
"Memang politik uang membuat semua mempengaruhi trust. Sehingga akan sulit memujudkan politik yang diharapkan," tambahnya.
Berita terkait:
Hampir 100 persen pemilih tak kenal calegnya.
Bahkan, kata Philip, calon pemimpin tersebut cenderung melakukan pendekatan uang ketimbang modal sosial karena cara tersebut jauh lebih mudah ditempuh
"Politik model prabayar ini jauh lebih bahaya kalau terus dilakukan, semua serba cash. Apalagi diikuti politisi-politisi muda," kata Philip kepada Sindonews, Jakarta, Rabu (30/10/2013).
Selain itu, menurut Philip, politik dengan menggunakan pendekatan uang juga dikhawatirkan semakin menyasar kepada penyelenggara pemilu. Hal itu jauh lebih mudah dan murah ketimbang membayar ribuan calon pemilih untuk memilihnya.
"Karena mahal untuk mendekati konstiuten maka jangan sampai yang didekati adalah penyelenggara pemilu," ujarnya.
Dari itu, kata dia, seharusnya para calon legislatif atau presiden mendatang dituntut memiliki strategi untuk meyakinkan masyarakat. Salah satunya dengan pendekatan prestasi. Menurutnya, faktor kepercayaan publik modal awal untuk mereka terapkan ketimbang janji-janji dan politik uang.
"Memang politik uang membuat semua mempengaruhi trust. Sehingga akan sulit memujudkan politik yang diharapkan," tambahnya.
Berita terkait:
Hampir 100 persen pemilih tak kenal calegnya.
(maf)