Belajar toleransi beragama, Serbia belajar ke Indonesia
A
A
A
Sindonews.com - Delegasi Serbia tertarik untuk mempelajari sistem dialog antar umat beragama, hal ini dikarenakan Indonesia merupakan salah satu negara yang berhasil menjaga kerukunan antar umat beragama.
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung laksono mengatakan, para delegasi agama asal Serbia ini, berniat untuk mengambil pengalaman dari proses dialog agama di Indonesia.
Menurut Agung, delegasi asal Serbia ini mengaku tertarik pada keberhasilan pemerintah menjaga kerukunan beragama. Secara umum kondisi keberagaman negara Indonesia, dengan negara Serbia tersebut relatif sama.
Saat ini, lanjut dia, total populasi penduduk hanya sekira tujuh juta orang. Negara hasil pecahan Yugoslavia itu memiliki populasi agama yang beragam.
"Variasi agama mereka terdiri Kristen Ortodoks 80 persen, Katolik Roma 50 persen, Kristen Protestan 5 persen, Islam 3,5 persen, Yahudi 0,1 persen dan ada juga atheis," tandas Agung saat ditemui di Kantor Kemenko Kesra, Kamis (24/10/2013).
Menko menegaskan, sebagai negara pecahan Yugoslavia yang tercerai berai lantaran perbedaan agama, tentu saja bangsa Serbia tidak menginginkan kejadian tersebut terulag kembali.
Pada satu sisi, Indonesia yang lebih kompleks jumlah penduduk dan perbedaan agamanya, namun tetap menjadi negara kesatuan, dinilai bisa dijadikan sebagai contoh bagi mereka untuk membangun sistem kerukunan.
“Tentu saja tidak semua hal di Indonesia bisa diaplikasikan di negara mereka. Yang jelek-jelek tentu tidak perlu diambil, yang bagus bisa mereka pakai,” kata Menko.
Pada kesempatan itu, Agung mengatakan, Indonesia juga mendukung agar Serbia memertahankan Kosovo tetap menjadi bagian wilayah mereka.
“Kami (Indonesia) anti dengan separatism. Oleh sebab itu, kami menentang aksi separatism yang ingin memisahkan diri dengan negara kesatuan,” ujarnya.
Klik di sini untuk berita terkait.
Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung laksono mengatakan, para delegasi agama asal Serbia ini, berniat untuk mengambil pengalaman dari proses dialog agama di Indonesia.
Menurut Agung, delegasi asal Serbia ini mengaku tertarik pada keberhasilan pemerintah menjaga kerukunan beragama. Secara umum kondisi keberagaman negara Indonesia, dengan negara Serbia tersebut relatif sama.
Saat ini, lanjut dia, total populasi penduduk hanya sekira tujuh juta orang. Negara hasil pecahan Yugoslavia itu memiliki populasi agama yang beragam.
"Variasi agama mereka terdiri Kristen Ortodoks 80 persen, Katolik Roma 50 persen, Kristen Protestan 5 persen, Islam 3,5 persen, Yahudi 0,1 persen dan ada juga atheis," tandas Agung saat ditemui di Kantor Kemenko Kesra, Kamis (24/10/2013).
Menko menegaskan, sebagai negara pecahan Yugoslavia yang tercerai berai lantaran perbedaan agama, tentu saja bangsa Serbia tidak menginginkan kejadian tersebut terulag kembali.
Pada satu sisi, Indonesia yang lebih kompleks jumlah penduduk dan perbedaan agamanya, namun tetap menjadi negara kesatuan, dinilai bisa dijadikan sebagai contoh bagi mereka untuk membangun sistem kerukunan.
“Tentu saja tidak semua hal di Indonesia bisa diaplikasikan di negara mereka. Yang jelek-jelek tentu tidak perlu diambil, yang bagus bisa mereka pakai,” kata Menko.
Pada kesempatan itu, Agung mengatakan, Indonesia juga mendukung agar Serbia memertahankan Kosovo tetap menjadi bagian wilayah mereka.
“Kami (Indonesia) anti dengan separatism. Oleh sebab itu, kami menentang aksi separatism yang ingin memisahkan diri dengan negara kesatuan,” ujarnya.
Klik di sini untuk berita terkait.
(stb)