Menpora perjuangkan Soegondo jadi Pahlawan Nasional

Kamis, 24 Oktober 2013 - 15:45 WIB
Menpora perjuangkan...
Menpora perjuangkan Soegondo jadi Pahlawan Nasional
A A A
Sindonews.com - Tidak banyak yang tahu nama Soegondo Joyopuspito. Padahal dia merupakan tokoh pemuda dan menjadi Ketua Kongres Pemuda II yang kemudian melahirkan Sumpah Pemuda 1928.

Menpora Roy Suryo mengatakan, banyak pemuda yang tidak kenal nama Soegondo padahal merupakan tokoh pemuda yang sangat berperan dalam Sumpah Pemuda.

"Perannya sangat besar bagi upaya kemerdekaan Indonesia. Pemuda generasi sekarang harus meneladani kiprahnya," kata Roy Suryo di Makam Wijayabrata Yogyakarta, Kamis (24/10/2013).

Menurut dia, atas sumbangsih yang sudah diberikan atas berdirinya republik ini, Kemenpora akan berjuang menjadikan Soegondo menjadi pahlawan nasional.

"Menjelang 28 Oktober (Sumpah Pemuda), kita mencoba mengenang jasa-jasanya dan akan kami perjuangkan menjadi Pahlawan Nasional," jelasnya.

Sejauh ini, Soegondo baru mendapatkan tanda kehormatan dari pemerintah atas jasa dalam memimpin Sumpah Pemuda. Pada 1978 Soegondo diberi Tanda Kehormatan Republik Indonesia berupa Bintang Jasa Utama. Pada 1992, pemerintah juga memberikan Satya Lencana Perintis Kemerdekaan.

Anak ketiga Soegondo, Soenaryo Joyopuspito mengatakan, ayahnya merupakan aktivis pemuda Persatuan Pemuda Indonesia (PPI). Pada 1926, pada Kongres Pemuda I, Soegondo menjadi anggota. Baru pada kongres II diangkat sebagai ketua panitia atas persetujuan Moh. Hatta.

Soenaryo mengatakan, Soegondo diangkat menjadi Ketua Kongres II dianggap lebih netral. "Beliau diangkat jadi ketua karena anggota PPI, wadah pemuda yang independ dan bukan kesukuan," katanya.

Kongres tersebut menghasilkan Sumpah Pemuda 1928. Para Pemuda setuju dengan Trilogi: Satu Nusa, Satu Bangsa, Satu Bahasa: Indonesia.

"Trilogi itu ditulis dalam secarik kertas. Soegondo menyetujui dan memberi paraf pada kertas itu lalu diikuti anggota lainnya," jelasnya.

Pada masa revolusi aktif dalam Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP) yang hanya beranggotakan 28 orang, Soegondo termasuk di dalamnya.

Pada masa RIS, dalam Negara Republik Indonesia dengan Acting Presiden Mr. Assaat, Sugondo diangkat dalam Kabinet Halim sebagai Menteri Pembangunan Masyarakat.

"Jabatan di BP-KNIP digantikan Djohan Sjahroezah," imbuhnya.

Soenaryo mengatakan, pada usia 46 tahun, Soegondo memilih pensiun sebagai bekas menteri dan perintis kemerdekaan. Presiden Soekarno pernah meminta Sogeondo datang ke Jakarta, dan akan diberikan jabatan.

"Tapi Soegondo menolak. Jabatan yang diberikan dari teman itu bagian dari nepotisme. Itu alasan Soegondo menolak panggilan presiden," jelasnya.
(lns)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9822 seconds (0.1#10.140)