Lemhannas: Pemantapan nilai kebangsaan menjadi kebutuhan
A
A
A
Sindonews.com - Nilai-nilai kebangsaan dewasa ini semakin luntur, oleh sebab itu pemantapan nilai-nilai kebangsaan menjadi suatu kebutuhan bagi bangsa Indonesia untuk membangun karakter bangsa.
Hal itu dikatakan Gubernur Lemhannas RI Prof Budi Susilo Supandji, dalam dialog kebangsaan bersama Gubernur Lemhannas dengan Tomas, Toga, Todat dan Toda Se-Wilayah Jateng dan DIY di Makodam IV/Diponegoro, Selasa (7/10/2013).
Untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan, masyarakat harus memahami empat pilar kehidupan berbangsa, yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar, Bhineka Tunggal Ika, NKRI. Empat pilar kebangsaan untuk menumbuhkan kembali kesadaran cinta tanah air untuk seluruh rakyat Indonesia.
Dikatakan Gubernur Lemhannas, untuk memantapkan karakter kebangsaan dan penanaman nilai-nilai Pancasila, harus melibatkan semua komponen bangsa, mulai dari pemerintah, hingga masyarakat terbawah. Semua komponen harus memiliki sinergi, kredibilitas dan kapabilitas. Untuk bisa melakukan itu semua, bangsa Indonesia harus kembali ke semangat gotong royong.
”Cita-cita nasional adalah negara yang merdeka, bersatu berdaulat, adil dan makmur, untuk mewujudkan itu, semua komponen harus terlibat dalam penanaman nilai-nilai kebangsaan dan Pancasila,” katanya.
Menurutnya, membangun karakter bangsa harus dimulai dari sekarang, dan dimulai dari diri kita masing-masing. Pembentukan karakter tersebut juga berkaitan dengan pengetahuan mengenai wawasan nusantara.
”Pembangunan karakter bisa dimulai dari lingkungan dan diri sendiri, jika karakter kita kuat maka bangsa ini pun bisa menjadi kuat,” imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Budi Susilo Soepandji menegaskan, bangsa Indonesia membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki karakter. Tidak hanya membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki pendidikan yang tinggi.
Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Sunindyo menyatakan, apabila kita mencermati perkembangan dan kondisi secara aktual tampak bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara sudah tidak lagi mengindahkan prikehidupan, dalam ketanegaraan bangsa Indonesia.
Hal itu ditandai dengan tidak dipahaminya dan mulai tidak dihormatinya simbol-simbol negara, seperti bendera Merah Putih, Pancasila, lagu kebangsaan Indonesia Raya dan simbol-simbol negara lainnya.
“Kita sering melihat bendera Merah Putih ditempatkan tidak sebagaimana mestinya, lagu-lagu kebangsaan hanya hadir dalam acara-acara seremonial saja. Dan yang lebih ironis lagi adalah masih banyak anak-anak bangsa ini yang tidak memahami nilai-nilai kebangsaan,” kata Sunindyo.
Hal itu dikatakan Gubernur Lemhannas RI Prof Budi Susilo Supandji, dalam dialog kebangsaan bersama Gubernur Lemhannas dengan Tomas, Toga, Todat dan Toda Se-Wilayah Jateng dan DIY di Makodam IV/Diponegoro, Selasa (7/10/2013).
Untuk menanamkan nilai-nilai kebangsaan, masyarakat harus memahami empat pilar kehidupan berbangsa, yakni Pancasila, Undang-Undang Dasar, Bhineka Tunggal Ika, NKRI. Empat pilar kebangsaan untuk menumbuhkan kembali kesadaran cinta tanah air untuk seluruh rakyat Indonesia.
Dikatakan Gubernur Lemhannas, untuk memantapkan karakter kebangsaan dan penanaman nilai-nilai Pancasila, harus melibatkan semua komponen bangsa, mulai dari pemerintah, hingga masyarakat terbawah. Semua komponen harus memiliki sinergi, kredibilitas dan kapabilitas. Untuk bisa melakukan itu semua, bangsa Indonesia harus kembali ke semangat gotong royong.
”Cita-cita nasional adalah negara yang merdeka, bersatu berdaulat, adil dan makmur, untuk mewujudkan itu, semua komponen harus terlibat dalam penanaman nilai-nilai kebangsaan dan Pancasila,” katanya.
Menurutnya, membangun karakter bangsa harus dimulai dari sekarang, dan dimulai dari diri kita masing-masing. Pembentukan karakter tersebut juga berkaitan dengan pengetahuan mengenai wawasan nusantara.
”Pembangunan karakter bisa dimulai dari lingkungan dan diri sendiri, jika karakter kita kuat maka bangsa ini pun bisa menjadi kuat,” imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Budi Susilo Soepandji menegaskan, bangsa Indonesia membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki karakter. Tidak hanya membutuhkan seorang pemimpin yang memiliki pendidikan yang tinggi.
Pangdam IV/Diponegoro Mayjen TNI Sunindyo menyatakan, apabila kita mencermati perkembangan dan kondisi secara aktual tampak bahwa kehidupan berbangsa dan bernegara sudah tidak lagi mengindahkan prikehidupan, dalam ketanegaraan bangsa Indonesia.
Hal itu ditandai dengan tidak dipahaminya dan mulai tidak dihormatinya simbol-simbol negara, seperti bendera Merah Putih, Pancasila, lagu kebangsaan Indonesia Raya dan simbol-simbol negara lainnya.
“Kita sering melihat bendera Merah Putih ditempatkan tidak sebagaimana mestinya, lagu-lagu kebangsaan hanya hadir dalam acara-acara seremonial saja. Dan yang lebih ironis lagi adalah masih banyak anak-anak bangsa ini yang tidak memahami nilai-nilai kebangsaan,” kata Sunindyo.
(kri)