Polri belum tahu buku teroris beredar

Rabu, 18 September 2013 - 14:42 WIB
Polri belum tahu buku teroris beredar
Polri belum tahu buku teroris beredar
A A A
Sindonews.com - Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Pol Ronny F Sompie mengatakan, pihaknya belum mengetahui terkait beredarnya buku pelaksanaan perang gerilya perkotaan, yang diduga kuat sebagai panduan untuk melaksanakan gerakan teror dan menyebarkan terorisme.

"Saya masih belum baca itu (buku), kami masih mempelajarinya," kata Ronny di Kantor Divisi Humas Mabes Polri, Jalan Trunojoyo, Jakarta Selatan, Rabu (18/9/2013).

Untuk diketahui, buku pelaksanaan perang gerilya tersebut muncul di pengantar panduan di laman scribd.com. Di mana terdapat ajakan kepada masyarakat untuk ikut berperang melawan rezim penguasa kafir dan bersama-sama untuk menggulingkan rezim tersebut.

Panduan tersebut berisi 112 halaman dan dipublikasikan ke dunia maya oleh seseorang bernama Syarif Ramzan Saluev yang sampai saat ini masih belum diketahui identitasnya. Dalam paragraf pertama di pengantar panduan tersebut bertuliskan.

"Hari ini kita dijajah oleh kekuatan militer kafir. Mereka menguasai kota-kota besar dan gedung-gedung pemerintahan. Mereka mengangkat penguasa boneka atas nama sang penjajah. Umat Islam pun menjadi buruan penguasa dan sebagian besar dari mereka ditahan,"

Lalu berikutnya ditulis bahwa penguasa kafir menyebarkan kekuatan intelijen, informan, dan dinas keamanan rahasia di segala penjuru. "Siapapun yang berani berbicara atau mengutarakan ide-ide untuk menegakkan jihad, syariat dan anti demokrasi, meskipun ia orang bersalah, maka akan segera dihabisi," tulis panduan tersebut.

Panduan itu kemudian bertanya kepada pembacanya apakah mereka akan berdiam diri dan mencari selamat saja, atau bertindak dan melakukan perlawanan balik. “Manual ini disediakan untuk Anda yang memutuskan untuk berperang. Manual ini disusun bagi rakyat biasa yang memutuskan bahwa perlawanan bersenjata adalah satu-satunya jalan untuk menjatuhkan rezim berkuasa,” tulisnya.

Pengantar panduan lantas memberitahukan kepada pembacanya bahwa jaringan perlawanan harus mengadopsi sistem perlawanan gerilya dengan taktik serangan hit and run, menyerang berulang-ulang dan menghilang dengan cepat. Panduan itu menekankan, inti semua serangan itu adalah untuk membuat otoritas penguasa kebingungan dan kehilangan moral tempur.

“Para pejuang harus mulai merencanakan strategi gerilya kota dengan membawa peralatan tempur mereka dalam belantara gedung-gedung bertingkat dan bangunan tembok,” tulis panduan itu.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.1069 seconds (0.1#10.140)