Impor hanya mencegah

Rabu, 11 September 2013 - 12:18 WIB
Impor hanya mencegah
Impor hanya mencegah
A A A
SUNGGUH miris jika melihat kondisi pangan di negeri ini. Setelah dihantam kenaikan harga daging, karena melonjaknya permintaan dan menurunnya persediaan, sekarang harga kedelai juga melambung tinggi.Hal yang sama juga pernah terjadi untuk beras dan garam. Sangat miris, jika kita melihat sumber daya yang membuat daging, kedelai, dan beras bisa dijangkau oleh rakyat di negeri ini. Solusi pemerintah adalah membuka keran impor agar persediaan meningkat sehingga bisa menstabilkan harga-harga komoditi tersebut, meski harga yang didapat oleh masyarakat pun masih cukup tinggi karena masih faktor biaya impor. Impor hanya mencegah, namun inti persoalan sebenarnya tidak bisa diselesaikan.

Impor komoditi tersebut hanya menyelesaikan masalah bersifat temporary. Lihat saja persoalan daging, beras, dan garam yang setiap tahun akan menghantui masyarakat Indonesia karena pemerintah hanya bisa mencegah tapi tidak bisa mengatasi, meski negeri ini mempunyai kapasitas untuk mengatasi ini. Peternakan dan pertanian adalah ilmu lama yang dimiliki oleh nenek moyang kita. Sumber daya alam yang dimiliki negeri ini sebagai modal besar agar negeri ini bisa melakukan mandiri pangan.

Sumber daya manusia pun tak jauh berbeda. Kombinasi ilmu dari nenek moyang hingga modernisasi peternakan dan pertanian bisa dimiliki atau dipelajari. Sayangnya, pemerintah seperti tidak mengambil langkah ini. Sangat yakin pejabat di negeri ini sangat ngeh dengan sumber daya yang dimiliki negeri ini untuk mandiri pangan. Sejak reformasi, atau sekitar 15 tahun, negeri ini tak memiliki konsep jangka panjang untuk mengelola sumber daya ini. Memang, kebutuhan pangan akan terus bertambah seiring bertambahnya penduduk.

Namun bukankah kondisi tersebut bisa diprediksi dan dinalar, sehingga pemerintah bisa melakukan perencanaan dan langkahlangkah antisipasi dengan mengedepankan sumber daya yang dimiliki? Negeri ini sangat luas. Pemerintah bisa memberdayakan wilayahnya untuk pengembangan kebutuhan pangan. Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur bisa dikembangkan pusat peternakan sapi secara nasional untuk menjaga persediaan daging nasional. Jawa dan Bali bisa digunakan pemerintah sebagai sentra padi nasional.

Sumatera bisa dikembangkan sebagai sentra sayurmayur dan buah nasional. Kalimantan bisa disiapkan sebagai sentra energi bagi negeri ini. Sulawesi bisa dikembangkan sebagai sentra perkebunan, sedangkan Papua pulau-pulau lain bisa menjadi sentra-sentra kebutuhan negeri ini. Sebagian besar daerah di pesisir pantai dijadikan sentra garam dan perikanan nasional. Sayang, pemerintah sepertinya tidak mempunyai konsep sehingga tidak mampu memberikan solusi-solusi jangka panjang.

Pemerintah hanya bisa melanggengkan negeri ini sebagai negeri ini makelar yang hanya mampu mendatangkan barang dari luar dan menjualnya di negeri ini. Semestinya pemerintah membangun mental produsen bagi bangsa ini sehingga negeri ini tidak bergantung pada bangsa lain, karena dengan impor pasti negeri ini akan bergantung pada negara lain. Ini sangat miris jika pemerintah hanya bisa memberikan pencegahan tanpa bisa mengatasi inti permasalahan sesungguhnya.

Dibutuhkan pemimpin yang bisa memaksimalkan sumber daya di negeri ini dan menghapus mental makelar di negeri ini. Sekali lagi, negeri ini sangat kaya dengan sumber daya yang semestinya mampu menciptakan mental-mental produsen, bukan makelar (distributor). Jika para pemimpin negeri ini mampu mengelola sumber daya negeri ini dengan sangat baik, rakyat negeri ini akan mempunyai ketahanan pangan yang luar biasa bahkan bisa menjadi mercusuar pangan dunia.

Kita berharap pemimpin-pemimpin negeri ini ke depannya mempunyai konsep jangka panjang untuk bisa memandirikan pangan. Bukan butuh pemimpin pintar namun pemimpin yang berintegritas yang mampu membangun negeri ini di atas kakinya sendiri.
(hyk)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7476 seconds (0.1#10.140)