Daftar pemilih bermasalah, golput diprediksi tinggi
A
A
A
Sindonews.com - Masih ditemukannya daftar pemilih ganda merupakan potensi bermasalahnya data pemilih. Permasalahan tersebut dimungkinkan akan membuat angka golongan putih (golput) menjadi tinggi.
Koordinator Komite Pemilih Indonesia (Tepi) Jeirry Sumampouw mengatakan, ditemukannya data pemilih ganda sebanyak 1.8 juta jiwa bukanlah lagi berpotensi bermasalah, tetapi sudah bermasalah. Hal ini akan memicu lahirnya angka golput pada pemilihan umum (pemilu) mendatang.
"Dengan data pemilih seperti ini golput akan tinggi. Karena salah satu penyumbang golput terbesar adalah karena data pemilih yang buruk," ungkapnya kepada wartawan, Selasa (3/9/2013).
Dia mengatakan, hal ini sudah terbukti di pemilihan kepala daerah (pilkada). Misalnya dalam Pilkada Jatim banyak yang tidak memilih karena memang tidak di data pemilih, bukan karena masyarakat tidak mau memilih.
"Masyarakat kita juga tidak peduli apakah sudah terdaftar atau belum. Sosialisasi yang dilakukan KPU tidak cukup untuk menarik masyarakat aktif dalam proses pendataan," ungkapnya.
Dia menilai, data ganda hanyalah salah satu permasalahan data pemilih. Pasalnya pemasalahan lain belum diungkapkan, seperti data fiktif dalam daftar pemilih. "Banyak data pemilih yang fiktif di pemilih kita. Orangnya tidak ada tetapi namanya ada atau orangnya sudah meninggal namanya tetap ada," katanya.
Menurutnya, hal ini akan sulit teratasi meskipun pemilu sudah semakin dekat. Kemudian akan menjadi tanda bahwa permasalahan pemilu semakin besar. "Ini kan sudah bermasalah. Di beberapa daerah. Banyak yang belum relatif pendataan disana tidak berjalan jika mendengar cerita yang berkembang," tandasnya.
Koordinator Komite Pemilih Indonesia (Tepi) Jeirry Sumampouw mengatakan, ditemukannya data pemilih ganda sebanyak 1.8 juta jiwa bukanlah lagi berpotensi bermasalah, tetapi sudah bermasalah. Hal ini akan memicu lahirnya angka golput pada pemilihan umum (pemilu) mendatang.
"Dengan data pemilih seperti ini golput akan tinggi. Karena salah satu penyumbang golput terbesar adalah karena data pemilih yang buruk," ungkapnya kepada wartawan, Selasa (3/9/2013).
Dia mengatakan, hal ini sudah terbukti di pemilihan kepala daerah (pilkada). Misalnya dalam Pilkada Jatim banyak yang tidak memilih karena memang tidak di data pemilih, bukan karena masyarakat tidak mau memilih.
"Masyarakat kita juga tidak peduli apakah sudah terdaftar atau belum. Sosialisasi yang dilakukan KPU tidak cukup untuk menarik masyarakat aktif dalam proses pendataan," ungkapnya.
Dia menilai, data ganda hanyalah salah satu permasalahan data pemilih. Pasalnya pemasalahan lain belum diungkapkan, seperti data fiktif dalam daftar pemilih. "Banyak data pemilih yang fiktif di pemilih kita. Orangnya tidak ada tetapi namanya ada atau orangnya sudah meninggal namanya tetap ada," katanya.
Menurutnya, hal ini akan sulit teratasi meskipun pemilu sudah semakin dekat. Kemudian akan menjadi tanda bahwa permasalahan pemilu semakin besar. "Ini kan sudah bermasalah. Di beberapa daerah. Banyak yang belum relatif pendataan disana tidak berjalan jika mendengar cerita yang berkembang," tandasnya.
(maf)