Waspadai utang Valas

Selasa, 27 Agustus 2013 - 08:01 WIB
Waspadai utang Valas
Waspadai utang Valas
A A A
BUNTUT melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bisa mengibas terbitnya utang macet dalam bentuk valuta asing (valas), terutama utang yang dicetak oleh pihak swasta nasional.

Kekhawatiran itu sangat beralasan sebagaimana disinyalir Bank Indonesia (BI) bahwa utang luar negeri pihak swasta yang tidak di-backup dengan lindung nilai (hedging) jumlahnya cukup besar. Data terbaru dari bank sentral menunjukkan sekitar 20% hingga 22% atau senilai USD26,8 miliar hingga USD29,5 miliar utang luar negeri swasta nasional tanpa pengaman alias tidak disertai lindung nilai. Sebelum menjadi beban yang serius, BI sudah menyalakan lampu kuning tanda hati-hati kepada pihak swasta nasional agar segera memproteksi utang valas tersebut.

BI menilai langkah hedging utang luar negeri itu salah satu upaya menghadapi dampak penguatan dolar AS, yang dipicu oleh spekulasi kelanjutan stimulus ekonomi AS yang ditempuh bank sentral AS (The Federal Reserve) untuk memulihkan perekonomian negara adi daya itu, yang terus terselimuti awan gelap krisis ekonomi global. Catatan BI menunjukkan utang swasta nasional yang jatuh tempo mencapai sebesar USD22,27 miliar pada semester kedua tahun ini.

Sementara pada penutupan perdagangan awal pekan ini rupiah dan indeks harga saham gabungan (ISHG) kompak melemah. Nilai tukar rupiah melemah pada level Rp10.870 per USD pada penutupan perdagangan kemarin atau melemah Rp100 dibanding penutupan perdagangan akhir pekan lalu pada posisi Rp10.770 per USD. Adapun indeks mencatat penurunan sebanyak 49 poin akibat terseret tekanan jual hingga penutupan perdagangan pada level 4.120,699.

Rupanya, investor asing masih ramai-ramai melepas saham. Sebenarnya peringatan BI tersebut terhadap pihak swasta nasional juga wajib dicermati pemerintah, khususnya pihak yang berwenang menangani dan mengatur utang luar negeri pemerintah. Saat iniutangluar negeri pemerintah, BI, dan swasta mencapai sebesar USD 257,98 miliar. Jumlah utang tersebut naik-turun yang dipengaruhi oleh nilai tukar rupiah. Contoh, Senin (19/8) pekan lalu nilai tukar rupiah sebesar Rp10.451 per USD sehingga total utang luar negeri kalau dirupiahkan menjadi Rp2.696 triliun.

Selanjutnya, Kamis (22/8) nilai tukar rupiah tembus Rp10.795 per USD sehingga nilai utang pun terdongkrak menjadi Rp2.784 triliun atau mengalami kenaikan sebesar Rp88 triliun hanya dalam empat hari andaikan tanpa lindung nilai. Meski BI mencemaskan perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang berpotensi mengancam munculnya utang macet swasta nasional, Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri tenang-tenang saja.

Berdasarkan rasio utang terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar22% danmenjadi23% pada tahundepan, Chatib meyakini pembayaran utang pemerintah, BI, dan swasta tak perlu dikhawatirkan. Hanya, barangkali Menkeu lupa dengan menggunakan rasio kemampuan membayar utang (debt to servicesratio/ DSR), Indonesia sudah masuk kategori mengkhawatirkan karena sudah berada pada level 41,4%. Adapun batas wajar DSR pada level 30%.

Berdebat soal aman atau tidak aman posisi utang pemerintah, BI dan swasta di tengah terpuruknya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tak perlu dimunculkan. Namun, langka mengantisipasi kemungkinan terburuk itu wajib segera dilaksanakan. Mengutip saran dari Kepala Pusat Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gajah Mada (UGM) A Tony Prasetiantono bahwa pihak swasta maupun pemerintah segera merestrukturisasi utang lebih awal ketimbang menunggu macet.

Tinggal negosiasi saja dengan para kreditur dan langkah tersebut pernah ditempuh pada 2008. Memang, pemerintah sudah menerbitkan paket kebijakan ekonomi untuk menahan laju nilai tukar rupiah dan anjloknya IHSG. Namun, pelaku pasar masih bersikap wait and see atas kebijakan tersebut sebab dinilai masih terlalu lebar untuk mengatasi persoalan sebenarnya.

Kebijakan ekonomi itu cukup bagus, tetapi belum menukik mengatasi persoalan rupiah dan indeks. Pelaku pasar butuh langkah teknis dan konkret dalam jangka pendek. Termasuk bagaimana mengantisipasi utang valas yang berpotensi macet.
(nfl)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6906 seconds (0.1#10.140)