Peluang perempuan di bursa capres minim
A
A
A
Sindonews.com - Peluang kaum perempuan dalam bursa calon presiden (Capres) 2014 mendatang dinilai minim. Pasalnya hingga kini hanya nama Ketua Umum Partai Demokrasi Indonsia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri yang sering disebut-sebut.
Namun demikian untuk pemilihan legislatif (pileg), potensi perempuan masuk parlemen akan meningkat. Direktur Perkumpulan Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengatakan, perempuan sebenarnya memiliki potensi sebagai capres dalam pemilu mendatang.
Namun hal ini tertutup oleh mekanisme partai yang tidak memberikan ruang bagi para kader perempuan, untuk andil dalam kontestasi pencapresan 2014 mendatang.
“Peluang perempuan dalam konteks kandidat sangat banyak yang potensial, sayangnya tidak diimbangi oleh dibukanya ruang oleh parpol untuk bisa berkompetisi dalam proses pemilu presiden,” katanya di Jakarta, Minggu (28/7/2013).
Dia mengatakan, ketersediaan kandidat perempuan yang potensial belum diimbangi peluang yang diberikan oleh partai politik. Partai saat ini lebih cenderung terfokus pada capres yang didominasi kaum laki-laki. “Opini yang terlalu berfokus kepada kandidat-kandidat lama yang notabene didominasi kandidat laki-laki,” ungkapnya.
Berbeda dengan kontestasi pencapresan, potensi perempuan di parlemen justru diprediksi meningkat. Titi mengatakan secara peluang akan lebih besar dibanding pemilu sebelumnya.
Pasalnya, dari sisi jumlah calon perempuan lebih banyak dari pemilu sebelumnya. “Sehingga peluang keterpilihan otomatis meningkat,” katanya.
Namun Titi mengingatkan, peluang tersebut bukan tanpa tantangan. Pasalnya para caleg perempuan pekerjaan rumahnya. Hal tersebut terkait bagaimana kandidat perempuan mampu mengelola basis dan konstituen sebaik mungkin.
“Di era sistem pemilu proporsional daftar terbuka dengan suara terbanyak perempuan tidak hanya akan bersaing dengan kandidat dari partai lain, tapi juga kandidat dari internal partai bahkan dengan kandidat perempuan dari satu partai,” ungkapnya.
Kemudian terkait dengan kualitas dari segi pendidikan tidak kalah dengan kandidat laki-laki. Namun menurutnya, persoalalan kualitas bukan hanya persoalan calon perempuan saja tetapi juga persoalan semua caleg.
“Yang diperlukan adalah komitmen partai untuk mengawal kualitas caleg, terutama komitmen terhadap caleg perempuan,” katanya.
Menurutnya, partai semestinya tidak hanya berhenti pada keterpenuhan jumlah caleg perempuan, melainkan juga harus memastikan keterpilihan. Lalu selanjutnya tetap menjaga kualitas dan integritas caleg-calegnya.
Namun demikian untuk pemilihan legislatif (pileg), potensi perempuan masuk parlemen akan meningkat. Direktur Perkumpulan Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengatakan, perempuan sebenarnya memiliki potensi sebagai capres dalam pemilu mendatang.
Namun hal ini tertutup oleh mekanisme partai yang tidak memberikan ruang bagi para kader perempuan, untuk andil dalam kontestasi pencapresan 2014 mendatang.
“Peluang perempuan dalam konteks kandidat sangat banyak yang potensial, sayangnya tidak diimbangi oleh dibukanya ruang oleh parpol untuk bisa berkompetisi dalam proses pemilu presiden,” katanya di Jakarta, Minggu (28/7/2013).
Dia mengatakan, ketersediaan kandidat perempuan yang potensial belum diimbangi peluang yang diberikan oleh partai politik. Partai saat ini lebih cenderung terfokus pada capres yang didominasi kaum laki-laki. “Opini yang terlalu berfokus kepada kandidat-kandidat lama yang notabene didominasi kandidat laki-laki,” ungkapnya.
Berbeda dengan kontestasi pencapresan, potensi perempuan di parlemen justru diprediksi meningkat. Titi mengatakan secara peluang akan lebih besar dibanding pemilu sebelumnya.
Pasalnya, dari sisi jumlah calon perempuan lebih banyak dari pemilu sebelumnya. “Sehingga peluang keterpilihan otomatis meningkat,” katanya.
Namun Titi mengingatkan, peluang tersebut bukan tanpa tantangan. Pasalnya para caleg perempuan pekerjaan rumahnya. Hal tersebut terkait bagaimana kandidat perempuan mampu mengelola basis dan konstituen sebaik mungkin.
“Di era sistem pemilu proporsional daftar terbuka dengan suara terbanyak perempuan tidak hanya akan bersaing dengan kandidat dari partai lain, tapi juga kandidat dari internal partai bahkan dengan kandidat perempuan dari satu partai,” ungkapnya.
Kemudian terkait dengan kualitas dari segi pendidikan tidak kalah dengan kandidat laki-laki. Namun menurutnya, persoalalan kualitas bukan hanya persoalan calon perempuan saja tetapi juga persoalan semua caleg.
“Yang diperlukan adalah komitmen partai untuk mengawal kualitas caleg, terutama komitmen terhadap caleg perempuan,” katanya.
Menurutnya, partai semestinya tidak hanya berhenti pada keterpenuhan jumlah caleg perempuan, melainkan juga harus memastikan keterpilihan. Lalu selanjutnya tetap menjaga kualitas dan integritas caleg-calegnya.
(stb)