Guru mengeluhkan singkatnya penerapan kurikulum 2013
A
A
A
Sindonews.com - Pelaksanaan kurikulum 2013 sudah berjalan, namun pro dan kontra terhadap pelaksanaan kurikulum tersebut terus mengundang reaksi dari berbagai kalangan.
Sementara itu, untuk implementasi kurikulum 2013, guru matematika Kelas 7 SMP Negeri 8 Yogyakarta Theresia, Parwati menyatakan, dirinya harus bekerja lebih keras dalam waktu yang singkat.
Meski telah memegang buku panduan yang diberikan dari pusat, Parwati mengaku masih harus menyempurnakan silabus dan membuat rencana pengembangan pembelajaran (RPP).
"Silabus untuk mata pelajaran matematika memang ada, tapi belum lengkap, sehingga harus saya lengkapi dahulu. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) justru tidak ada sama sekali, bahkan petunjuknya pun tidak ada. Saya harus mengejar waktu, apalagi waktu yang tersedia sangat singkat," katanya, di Yogyakarta, Kamis (18/7/2013).
Sama halnya dengan Parwati, guru IPA Kelas 7 SMP Negeri 8 Yogyakarta Ety Hernawati mengungkapkan, UN sudah tidak cocok sebagai tolok ukur penilaian keberhasilan siswa. "Sampai sekarang memang belum jelas apakah UN masih akan diterapkan atau tidak. Namun yang jelas untuk penilaian sikap dan keterampilan jelas tidak cocok," imbuhnya.
Meski diakui Ety, penilaian sikap dan keterampilan mampu dilakukan secara obyektif oleh semua guru, namun keobyektifan antara guru yang satu dengan yang lain pun tidak akan sama. "Apalagi dalam mata pelajaran IPA, kedalaman materinya berkurang namun aspek pembelajaran sikap dan keterampilan siswa lebih menonjol," pungkasnya.
Sementara itu, untuk implementasi kurikulum 2013, guru matematika Kelas 7 SMP Negeri 8 Yogyakarta Theresia, Parwati menyatakan, dirinya harus bekerja lebih keras dalam waktu yang singkat.
Meski telah memegang buku panduan yang diberikan dari pusat, Parwati mengaku masih harus menyempurnakan silabus dan membuat rencana pengembangan pembelajaran (RPP).
"Silabus untuk mata pelajaran matematika memang ada, tapi belum lengkap, sehingga harus saya lengkapi dahulu. RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) justru tidak ada sama sekali, bahkan petunjuknya pun tidak ada. Saya harus mengejar waktu, apalagi waktu yang tersedia sangat singkat," katanya, di Yogyakarta, Kamis (18/7/2013).
Sama halnya dengan Parwati, guru IPA Kelas 7 SMP Negeri 8 Yogyakarta Ety Hernawati mengungkapkan, UN sudah tidak cocok sebagai tolok ukur penilaian keberhasilan siswa. "Sampai sekarang memang belum jelas apakah UN masih akan diterapkan atau tidak. Namun yang jelas untuk penilaian sikap dan keterampilan jelas tidak cocok," imbuhnya.
Meski diakui Ety, penilaian sikap dan keterampilan mampu dilakukan secara obyektif oleh semua guru, namun keobyektifan antara guru yang satu dengan yang lain pun tidak akan sama. "Apalagi dalam mata pelajaran IPA, kedalaman materinya berkurang namun aspek pembelajaran sikap dan keterampilan siswa lebih menonjol," pungkasnya.
(maf)