Jokowi bisa ungguli capres militer
A
A
A
Sindonews.com - Direktur Eksekutif Institute for Transformation Studies (Intrans), Saiful Haq mengatakan, Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo (Jokowi) bisa menyingkirkan keberadaan calon presiden (capres) dari militer untuk Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014.
Menurutnya, saat ini masyarakat membutuhkan sosok presiden yang memiliki kedekatan dengan mereka, seperti yang dilakukan mantan Wali Kota Solo itu.
"Untuk track record, profesionalisme, soal kriteria cawapres pemilih lebih ketat. Tetapi kalau untuk presiden, lebih kepada melihat kerakyatan," kata Saiful dalam diskusi bertemakan Menimbang Capres Sipil atau Purnawirawan Militer Pada Pemilu 2014, di Kantor Imparsial, Jalan Slamet Riyadi, Matraman, Jakarta Timur, Rabu (17/7/2013).
Dengan unsur kerakyatan yang dimiliki Jokowi, kata dia, mampu untuk menyingkirkan capres militer yang akan ikut bertarung untuk Pilpres 2014. "Tetapi bukan karena militer tidak disukai, tetapi ada tokoh lain, seperti Jokowi," ucapnya.
Kendati demikian, lanjutnya, jika tidak ada figur macam Jokowi yang ikut dalam pesta demokrasi tahun depan maka capres militer mampu jadi pemenang. "Jadi persoalannya, apakah ada politisasi sipil yang lebih baik dan kuat, sehingga jika di ruang itu kosong maka tokoh militer masih bisa menjadi pilihan masyarakat. Tetapi ketika sipil memiliki ruang track record lebih baik, maka sipil bisa mengungguli," tuntasnya.
Menurutnya, saat ini masyarakat membutuhkan sosok presiden yang memiliki kedekatan dengan mereka, seperti yang dilakukan mantan Wali Kota Solo itu.
"Untuk track record, profesionalisme, soal kriteria cawapres pemilih lebih ketat. Tetapi kalau untuk presiden, lebih kepada melihat kerakyatan," kata Saiful dalam diskusi bertemakan Menimbang Capres Sipil atau Purnawirawan Militer Pada Pemilu 2014, di Kantor Imparsial, Jalan Slamet Riyadi, Matraman, Jakarta Timur, Rabu (17/7/2013).
Dengan unsur kerakyatan yang dimiliki Jokowi, kata dia, mampu untuk menyingkirkan capres militer yang akan ikut bertarung untuk Pilpres 2014. "Tetapi bukan karena militer tidak disukai, tetapi ada tokoh lain, seperti Jokowi," ucapnya.
Kendati demikian, lanjutnya, jika tidak ada figur macam Jokowi yang ikut dalam pesta demokrasi tahun depan maka capres militer mampu jadi pemenang. "Jadi persoalannya, apakah ada politisasi sipil yang lebih baik dan kuat, sehingga jika di ruang itu kosong maka tokoh militer masih bisa menjadi pilihan masyarakat. Tetapi ketika sipil memiliki ruang track record lebih baik, maka sipil bisa mengungguli," tuntasnya.
(maf)