Korupsi dan perselingkuhan elite politik picu ketidakpercayaan publik
A
A
A
Sindonews.com - Ketidakpercayaan masyarakat terhadap elite politik yang duduk di legislatif, yudikatif, hingga eksekutif merosot tajam sejak tahun 2005 hingga 2013.
Hal itu terlihat dari hasil temuan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang menyebut 51,5 persen publik tak percaya dengan elite politik. Angka ketidakpercayaan publik terus meningkat sejak dibanding pada angka survei yang dilakukan tahun 2005 dengan persentase 34,6 persen.
Antipati publik terhadap elite politik menurut survei LSI dipicu oleh kasus hukum dan perselingkuhan yang dilakukan para elite politik.
"Bisa aja karena kasus-kasus Hambalang, Wisma Atlet, bahkan kasus perselingkuhan," jelas Peneliti LSI Rully Akbar dalam pemaparan hasil surveinya bertema "Moralitas Publik Para Elite di Titik Nadir", di Graha Dua Rajawali, Rawa Mangun, Jakarta Timur, Minggu (7/7/2013).
Dia menjelaskan jika ketidakpercayaan masyarakat terhadap elite politik terjadi di semua segmentasi baik mereka yang tinggal di kota maupun desa, begitu pun dari batasan pendidikan. "Segmen pendidikan juga rata-rata nggak percaya. Dari tingkat SD hingga kuliah," jelasnya.
Seperti diberitakan Sindonews sebelumnya, 37,5 persen publik percaya dengan elit politik lalu 51,5 persen tidak percaya sementara 11 persen lainnya mengaku tidak tahu.
Berikut hasil survei LSI:
Sangat percaya 37,5 persen
Tidak percaya 51,5 persen
Tidak tahu 11,0 persen
Ketidak percayaan tahun 2005 34,6 persen
Ketidak percayaan tahun 2009 39,6 persen
Ketidak percayaan tahun 2013 51,5 persen
Hal itu terlihat dari hasil temuan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang menyebut 51,5 persen publik tak percaya dengan elite politik. Angka ketidakpercayaan publik terus meningkat sejak dibanding pada angka survei yang dilakukan tahun 2005 dengan persentase 34,6 persen.
Antipati publik terhadap elite politik menurut survei LSI dipicu oleh kasus hukum dan perselingkuhan yang dilakukan para elite politik.
"Bisa aja karena kasus-kasus Hambalang, Wisma Atlet, bahkan kasus perselingkuhan," jelas Peneliti LSI Rully Akbar dalam pemaparan hasil surveinya bertema "Moralitas Publik Para Elite di Titik Nadir", di Graha Dua Rajawali, Rawa Mangun, Jakarta Timur, Minggu (7/7/2013).
Dia menjelaskan jika ketidakpercayaan masyarakat terhadap elite politik terjadi di semua segmentasi baik mereka yang tinggal di kota maupun desa, begitu pun dari batasan pendidikan. "Segmen pendidikan juga rata-rata nggak percaya. Dari tingkat SD hingga kuliah," jelasnya.
Seperti diberitakan Sindonews sebelumnya, 37,5 persen publik percaya dengan elit politik lalu 51,5 persen tidak percaya sementara 11 persen lainnya mengaku tidak tahu.
Berikut hasil survei LSI:
Sangat percaya 37,5 persen
Tidak percaya 51,5 persen
Tidak tahu 11,0 persen
Ketidak percayaan tahun 2005 34,6 persen
Ketidak percayaan tahun 2009 39,6 persen
Ketidak percayaan tahun 2013 51,5 persen
(lal)