Tergiur Presiden 2014, karir Jokowi tamat
A
A
A
Sindonews.com - Pengamat politik dari Lingkar Madani untuk Indonesia (LIMA), Ray Rangkuti, menilai positif sikap Joko Widodo (Jokowi) yang tidak tergiur oleh beberapa hasil survei yang menempatkan posisinya paling tinggi sebagai capres 2013.
Menurutnya, baru satu tahun menjabat Gubernur DKI Jakarta ini, harusnya banyak hal bisa dibuktikan oleh Jokowi kepada warga Jakarta. Dan salah besar, jika Jokowi akhirnya mencalonkan diri menjadi Presiden 2014.
"Secara pribadi saya mendukung sikap Jokowi yang tidak terpengaruh untuk dicalonkan sebagai calon presiden. Sekalipun di berbagai survei dia sangat diunggulkan," ujar Ray Rangkuti kepada Sindonews.com, Selasa (4/6/2013).
Dia melanjutkan, bila Jokowi memaksakan diri untuk maju di pilpres, maka secara tidak langsung telah membuka ruang liberalisasi kekuasaan tanpa batas.
Satu hal, kata Ray, buah reformasi kini cenderung terlalu liberal. Intinya, Jokowi harus merealisasikan janjinya untuk merubah Jakarta.
"Baru satu tahun di DKI, banyak hal yang belum terkerjakan. Belum ada satu buktipun yang sudah dapat dinyatakan sukses," paparnya.
Selain itu, kata Ray, jika akhirnya Jokowi tergiur dengan jabatan RI 1, secara nalar, etika jabatannya hilang. Jokowi, lanjutnya, akan terlihat seperti banyak tokoh lain yang begitu mudahnya tergiur kekuasaan.
Jokowi belum selesai di Solo, terus jadi Gubernur DKI, kemudian ia digadang-gadang maju Capres. Hal itu, kesannya terjadi lompatan jabatan yang terlalu haus kekuasaan.
"Belum selesai di Solo pindah ke Jakarta, baru setahun di Jakarta lalu ke pilpres. Kesannya lompatan-lompatan ini ambisius dan juga haus kekuasaan," jelasnya.
Kendati demikian, kans Jokowi selalu terbuka untuk capres, bila kinerjanya bagus di DKI. Tidak mustahil ia menjadi kandidat paling bersinar Tahun 2014 mendatang. Namun, semuanya tergantung Jokowi dan masyarakat pemilih.
Menurutnya, baru satu tahun menjabat Gubernur DKI Jakarta ini, harusnya banyak hal bisa dibuktikan oleh Jokowi kepada warga Jakarta. Dan salah besar, jika Jokowi akhirnya mencalonkan diri menjadi Presiden 2014.
"Secara pribadi saya mendukung sikap Jokowi yang tidak terpengaruh untuk dicalonkan sebagai calon presiden. Sekalipun di berbagai survei dia sangat diunggulkan," ujar Ray Rangkuti kepada Sindonews.com, Selasa (4/6/2013).
Dia melanjutkan, bila Jokowi memaksakan diri untuk maju di pilpres, maka secara tidak langsung telah membuka ruang liberalisasi kekuasaan tanpa batas.
Satu hal, kata Ray, buah reformasi kini cenderung terlalu liberal. Intinya, Jokowi harus merealisasikan janjinya untuk merubah Jakarta.
"Baru satu tahun di DKI, banyak hal yang belum terkerjakan. Belum ada satu buktipun yang sudah dapat dinyatakan sukses," paparnya.
Selain itu, kata Ray, jika akhirnya Jokowi tergiur dengan jabatan RI 1, secara nalar, etika jabatannya hilang. Jokowi, lanjutnya, akan terlihat seperti banyak tokoh lain yang begitu mudahnya tergiur kekuasaan.
Jokowi belum selesai di Solo, terus jadi Gubernur DKI, kemudian ia digadang-gadang maju Capres. Hal itu, kesannya terjadi lompatan jabatan yang terlalu haus kekuasaan.
"Belum selesai di Solo pindah ke Jakarta, baru setahun di Jakarta lalu ke pilpres. Kesannya lompatan-lompatan ini ambisius dan juga haus kekuasaan," jelasnya.
Kendati demikian, kans Jokowi selalu terbuka untuk capres, bila kinerjanya bagus di DKI. Tidak mustahil ia menjadi kandidat paling bersinar Tahun 2014 mendatang. Namun, semuanya tergantung Jokowi dan masyarakat pemilih.
(lns)