SBY: Kerusuhan sosial bisa terjadi di negara manapun

Selasa, 28 Mei 2013 - 15:14 WIB
SBY: Kerusuhan sosial bisa terjadi di negara manapun
SBY: Kerusuhan sosial bisa terjadi di negara manapun
A A A
Sindonews.com - Kerusuhan bisa terjadi di mana saja, bahkan di Swedia sekalipun yang termasuk negara dengan pendapatan per kapita tergolong tinggi. Enam hari terakhir, negeri di Skandinavia ini diterpa konflik sosial di sejumlah kota dan distrik.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pun tak lupa menuliskan kesannya terhadap situasi di Swedia ini melalui akun Twitter @SBYudhoyono.

"Tadi malam, saya dan delegasi tiba di Swedia. Keamanan di pinggir kota Stockholm belum pulih benar, setelah 6 hari terjadi kerusuhan," kata Presiden SBY, Selasa (28/5/2013) pagi waktu setempat seperti dilansir laman presidenri.go.id.

Dalam perjalanan dari Bandara Internasional Arlanda menuju pusat kota Stockholm, ibukota Swedia, Senin 27 Mei 2013 malam, terasa sekali situasi keamanan belum sepenuhnya pulih, pasca kerusuhan enam hari tersebut.

Swedia merupakan negara dengan pendapatan per kapita sebesar 55.158 dolar AS. Menurut data Dana Moneter Internasional tahun 2012, Swedia menempati peringkat ke delapan negara dengan pendapatan per kapita terbesar di dunia.

"Swedia dikenal sebagai negara maju, aman dan makmur. Kerusuhan sosial yang terjadi, tentu menjadi pukulan bagi Swedia," ujar Presiden SBY.

"Kerusuhan sosial bisa terjadi di negara manapun. Yang penting, Indonesia terus bekerja keras untuk mencegah dan mengatasinya," SBY menambahkan.

Kerusuhan sosial di Swedia dipicu oleh penembakan terhadap seorang pria berusia 69 tahun oleh polisi, di kawasan Husby, pinggiran Stockholm. Konon, polisi menembak pria tersebut atas pengaduan isteri korban yang mengaku mengalami kekerasan rumah tangga. Ketika hendak dilerai, pria tersebut membawa senjata tajam, yang direspon polisi dengan menembaknya.

Kasus ini merebak menjadi kerusuhan sosial, terutama di kantung-kantung imigran Swedia. Populasi kaum pendatang di Swedia mencapai sekitar 16 persen dari total 9,5 juta lebih penduduk.

Mereka umumnya berada di kelompok ekonomi menengah ke bawah, tingkat pengangguran di kalangan imigran ini juga lebih tinggi dibanding penduduk asli. Di kota Husby, misalnya, dimana kerusuhan sosial ini bermula, tingkat pengangguran mencapai 8,8 persen pada saat pengangguran di Stockholm hanya 3,6 persen saja pada 2012 lalu.

Presiden SBY berkunjung ke Swedia atas undangan Raja Carl XVI Gustaf. Presiden juga akan melakukan pertemuan bilateral dengan PM Fredrik Reinfeld.
(kri)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.0952 seconds (0.1#10.140)
pixels