Potensi yang terabaikan
A
A
A
Di tengah hiruk-pikuk politik dan hukum yang melelahkan, ada secercah harapan dari dunia pendidikan yang mestinya menjadi perhatian kita semua.
Setitik harapan yang bakal membesarkan nama bangsa dan negara jika dikelola dengan baik itu datang dari putra-putri terbaik, para pelajar, mahasiswa, guru maupun dosen yang mengukir prestasi mengagumkan di berbagai ajang kompetisi ilmiah level dunia. Paling tidak prestasi yang ditorehkan Melody Grace Natalie (SMA Stella Duce I Yogyakarta), Mariska Grace (SMA Kristen Cita Hati Surabaya), Devika Asmi Pandanwangi (SMAN 6 Yogyakarta), Sri Fatmawati (dosen ITS Surabaya), Wisnu (SMA Taruna Nusantara), Dwi Nailul Izzah & Rintya Miki Aprianti (SMA Muhammadiyah I Babat, Lamongan) adalah contoh yang layak dihargai.
Prestasi para ilmuwan muda ini tidak kalah, bahkan mampu mengungguli koleganya dari negara-negara lain yang dianggap lebih maju. Tidak sedikit karya-karya ilmiah brilian putra-putri bangsa ini yang justru dimanfaatkan orang atau bangsa lain. Ada yang diambil oleh perusahaan atau universitas negara lain untuk dikembangkan menjadi temuan-temuan baru yang diproduksi massal dalam berbagai industri.
Tentu saja fenomena ini tidak boleh dibiarkan. Jangan karena kita menganut pasar bebas, kemudian berpikir semua potensi bangsa ini bebas dimanfaatkan dan dimiliki siapa saja. Prestasi ilmiah yang mereka hasilkan memang belum sampai pada tahap bisa diproduksi massal. Harus ada tangan-tangan lain yang membantu dan membesarkan gagasan-gagasan brilian itu sehingga menjadi nilai tambah bagi kemajuan bangsa.
Di sinilah peran negara dan pemerintah.Tapi sayang di negeri ini dunia penelitian dan riset masih dianggap sebagai bidang kelas dua. Perhatian pada dunia penelitian dan pengembangan di Indonesia memang masih terbilang seadanya. Padahal di negara-negara maju bidang ini adalah andalan. Mereka berani menganggarkan miliaran dolar. Karena dari sinilah keunggulan-keunggulan mereka berasal.
Di negara yang kurang menghargai budaya penelitian dan pengembangan, pemerintah mestinya memberi perhatian penuh. Tapi kenyataannya, apa yang sedang dilakukan dan dikembangkan Kementerian Riset dan Teknologi jarang sekali terdengar publik. Anggaran yang minim adalah salah satu sebab mengapa bidang yang menjanjikan ini sering kali kurang dianggap.
Kita berharap pemerintahan baru 2014 mendatang mampu membaca tanda-tanda ini. Apa yang diukir para pelajar di atas adalah bukti nyata bahwa kita memiliki sumber daya manusia yang mumpuni. Tidak kalah dengan negara lain. Tapi mengapa keberadaan mereka seperti tidak mampu menjadi nilai tambah negara dalam kompetisi global?
Prestasi kelas dunia itu harus bisa diubah dan diberdayakan menjadi senjata ampuh dalam menghadapi ketatnya pasar global. Tanpa campur tangan negara, mustahil individu-individu terbaik bangsa itu mampu memaksimalkan perannya. Campur tangan juga diharapkan dari kalangan legislatif untuk membuat regulasi yang mendukung pengembangan riset nasional yang serius.
Harus ada paksaan hukum agar pemerintah benar-benar menggarap bidang riset ini. Tanpa itu, pengembangan riset hanyalah menjadi syarat dan pajangan semata. Jika demikian potensi terpendam itu hanyalah potensi yang takakan pernah tergali dan termanfaatkan.
Setitik harapan yang bakal membesarkan nama bangsa dan negara jika dikelola dengan baik itu datang dari putra-putri terbaik, para pelajar, mahasiswa, guru maupun dosen yang mengukir prestasi mengagumkan di berbagai ajang kompetisi ilmiah level dunia. Paling tidak prestasi yang ditorehkan Melody Grace Natalie (SMA Stella Duce I Yogyakarta), Mariska Grace (SMA Kristen Cita Hati Surabaya), Devika Asmi Pandanwangi (SMAN 6 Yogyakarta), Sri Fatmawati (dosen ITS Surabaya), Wisnu (SMA Taruna Nusantara), Dwi Nailul Izzah & Rintya Miki Aprianti (SMA Muhammadiyah I Babat, Lamongan) adalah contoh yang layak dihargai.
Prestasi para ilmuwan muda ini tidak kalah, bahkan mampu mengungguli koleganya dari negara-negara lain yang dianggap lebih maju. Tidak sedikit karya-karya ilmiah brilian putra-putri bangsa ini yang justru dimanfaatkan orang atau bangsa lain. Ada yang diambil oleh perusahaan atau universitas negara lain untuk dikembangkan menjadi temuan-temuan baru yang diproduksi massal dalam berbagai industri.
Tentu saja fenomena ini tidak boleh dibiarkan. Jangan karena kita menganut pasar bebas, kemudian berpikir semua potensi bangsa ini bebas dimanfaatkan dan dimiliki siapa saja. Prestasi ilmiah yang mereka hasilkan memang belum sampai pada tahap bisa diproduksi massal. Harus ada tangan-tangan lain yang membantu dan membesarkan gagasan-gagasan brilian itu sehingga menjadi nilai tambah bagi kemajuan bangsa.
Di sinilah peran negara dan pemerintah.Tapi sayang di negeri ini dunia penelitian dan riset masih dianggap sebagai bidang kelas dua. Perhatian pada dunia penelitian dan pengembangan di Indonesia memang masih terbilang seadanya. Padahal di negara-negara maju bidang ini adalah andalan. Mereka berani menganggarkan miliaran dolar. Karena dari sinilah keunggulan-keunggulan mereka berasal.
Di negara yang kurang menghargai budaya penelitian dan pengembangan, pemerintah mestinya memberi perhatian penuh. Tapi kenyataannya, apa yang sedang dilakukan dan dikembangkan Kementerian Riset dan Teknologi jarang sekali terdengar publik. Anggaran yang minim adalah salah satu sebab mengapa bidang yang menjanjikan ini sering kali kurang dianggap.
Kita berharap pemerintahan baru 2014 mendatang mampu membaca tanda-tanda ini. Apa yang diukir para pelajar di atas adalah bukti nyata bahwa kita memiliki sumber daya manusia yang mumpuni. Tidak kalah dengan negara lain. Tapi mengapa keberadaan mereka seperti tidak mampu menjadi nilai tambah negara dalam kompetisi global?
Prestasi kelas dunia itu harus bisa diubah dan diberdayakan menjadi senjata ampuh dalam menghadapi ketatnya pasar global. Tanpa campur tangan negara, mustahil individu-individu terbaik bangsa itu mampu memaksimalkan perannya. Campur tangan juga diharapkan dari kalangan legislatif untuk membuat regulasi yang mendukung pengembangan riset nasional yang serius.
Harus ada paksaan hukum agar pemerintah benar-benar menggarap bidang riset ini. Tanpa itu, pengembangan riset hanyalah menjadi syarat dan pajangan semata. Jika demikian potensi terpendam itu hanyalah potensi yang takakan pernah tergali dan termanfaatkan.
(hyk)