Kemenkes: Kurangnya Puskesmas penyedia penditeksi penyakit autisme

Rabu, 10 April 2013 - 14:53 WIB
Kemenkes: Kurangnya...
Kemenkes: Kurangnya Puskesmas penyedia penditeksi penyakit autisme
A A A
Sindonews.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mendata hanya terdapat 200 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) yang tenaga medisnya pernah dilatih dalam penditeksian anak autis.

Dirjen Bina Upaya Kesehatan (BUK) Kemenkes Akmal Taher mengatakan, pelatihan sangat sulit dilakukan. Karena jumlah Puskesmas di Indonesia yang tersebar di provinsi dan kabupaten sekitar 9.000 puskes.

"Banyak kendala yang kami dapatkan bukan hanya permasalahan tenga kesehatan seperti dokter. Namun, medan menuju daerah tersebut juga masih sulit untuk (di)jangkau," kata dia saat ditemui di Jakarta, Rabu (10/4/2013).

Lanjut dia, saat ini Kemenkes sedang menyiapkan tingkat pelayanan dasar (primer) di Pusekesmas mulai dari konsultasi sampai ketingkat rujukan ke rumash sakit. Menurutnya, autisme adalah penyakit yang membutuhkan penganan multi disiplin.

Untuk itu diperlukan tenaga kesehatan seperti dokter anak, dokter jiwa, bahkan dokter umum. Hal itu agar bisa memberikan diagnosa dan memberikan pengatuan mengenai mulai dari gejala sampai penanganan anak autis kepada masyarkat khususnya orangtua para penyandang autisme.

"Ini yang masih menjadi kendala kami, tentunya kami berusaha untuk meratakan tingkat pelayanan ini sampai kepelosok desa," ucapnya.

Akmal mengatakan, saat ini Kemenkes belum mempunyai data akuratif mengenai jumlah anak autis di Indonesia. Namun, bila diprevalensikan autisme pada anak di Hongkong yang jumlah sekitar 66 juta jiwa pada data BPS, maka diperikrakan anak-anak di Indonesia 112 ribu adalah penyangdang autisme. "Kebanyakan memang anak yang berumur berkisar (di bawah) -15 tahun," kata dia.

Menurutnya, saat ini pemerintah sedang menggalangkan program sosialisasi kepada masyarakat untuk memberikan pengatahuan lebih khususnya para orangtua panyangdang autisme untuk bisa mensupport anak-anak mereka untuk bisa memperbaiki kualitas hidup sang anak.

Hal ini dikarenakan, melihat banyaknya orangtua atau masyarakat yang malu untuk memperkenalkan dan menggali potensi anak mereka yang autisme.

"Anak autis itu bukan bodoh, tetapi memang ada kelainan mental yang dikarenakan berbagai faktor. Memberikan pengatahuan secepatnya agar dilakukan interpensi cepat dan tepat dalam menanganinya," ujarnya.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7105 seconds (0.1#10.140)