Etika lama PSSI

Rabu, 20 Maret 2013 - 06:28 WIB
Etika lama PSSI
Etika lama PSSI
A A A
Jelang laga kualifikasi Piala Asia 2015 melawan Arab Saudi, pelatih tim nasional sepak bola Indonesia mengalami pergantian dari Luis Manuel Blanco ke Rahmad Darmawan (RD).

Tentu pergantian ini sangat riskan karena pergantian hanya lima hari sebelum laga yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada Sabtu 23 Maret mendatang. Praktis RD hanya mempunyai waktu lima hari untuk persiapan. Sebuah kondisi yang sulit untuk membuat timnas kita bermain solid.

Bergabungnya para pemain ISL dengan IPL memang membuat kita lega karena akan banyak pilihan dari pemain-pemain terbaik yang dimiliki oleh RD. Namun, ini juga menjadi persoalan karena harus menyatukan dua pemain dari kompetisi yang berbeda.

Ini juga akan menjadi faktor kesolidan timnas dan menjadi pekerjaan lebih bagi RD. Apalagi jika ada para pemain baik dari ISL maupun IPL, yang terlibat dalam pusaran konflik sepak bola nasional.

Dari sisi kemampuan, kita semua yakin RD tak kalah dari Blanco, atau bahkan RD bisa dikatakan lebih. RD lebih mengenal karakter para pemain kita dan rekam jejak pelatih berlatar belakang militer ini sangat bagus karena beberapa kali membawa klub yang berbeda menjuarai kompetisi di tanah air. Karena rekam jejak dan karakter RD yang kebapakan ini, banyak pemain yang segan dan hormat kepadanya.

Singkat kata, tidak ada yang meragukan kemampuan RD dalam memimpin dan melatih timnas. Sayangnya, cara dari para pengurus PSSI dalam melakukan transisi pelatih yang tampaknya tidak mengindahkan etika. Pemecatan Blanco semestinya disampaikan secara pribadi, baik lisan maupun tulisan, terlebih dahulu sebelum diumumkan ke publik.

Artinya ketika KLB PSSI yang dihelat pada Minggu 17 Maret 2013 mendatang memutuskan pemecatan Blanco dan digantikan RD, sudah semestinya pengurus PSSI yang berwenang menyampaikan itu kepada Blanco secara langsung.

Jika dia diangkat menggunakan surat dan kontrak, pemecatan lazimnya juga menggunakan surat keputusan langsung kepada Blanco dan ada kesempatan yang bersangkutan untuk berdialog dengan pihak PSSI.

Tampaknya langkah ini etis ini dilangkahi oleh PSSI sehingga mengesankan ketidakprofesionalan PSSI. Bahkan, Blanco mengaku mengetahui pemecatan dari media atau pihak lain selain pengurus PSSI. Parahnya lagi, ketika ini belum tuntas, RD sudah didatangkan untuk menangani timnas. Jelas cara-cara seperti itu jauh dari etika sebuah organisasi, apalagi organisasi ini mewakili nama negara kita.

Cara-cara seperti ini yang disayangkan karena sangat tidak mengedepankan etika, meski secara aturan dibenarkan. Cara pemecatan itu adalah lagu lama dari PSSI. Selalu saja pemecatan pelatih di akhir dengan hubungan yang tidak bagus. Beberapa pelatih luar negeri seperti Peter Withe, Ivan Kolev, dan Alfred Riedl pun menjalani akhir kepelatihannya dengan meninggalkan hubungan yang kurang baik.

Saat ini ditambah lagi nama Blanco yang juga tidak meninggalkan hubungan yang baik. Etika seperti ini yang seolah masih jauh dari organisasi sepak bola nasional. Semestinya, dengan kepengurusan dan semangat baru dari PSSI hasil KLB kemarin, PSSI bisa membenahi sikap dan tindakan yang menjunjung etika. Selama etika tidak dihormati, diyakini PSSI akan terus memberikan catatan hitam.

Kekisruhan sepak bola nasional kemarin juga diakibatkan betapa etika dibuang dan tidak dijunjung tinggi. Kita berharap, dengan PSSI yang baru ini, caracara lama yang tidak menjunjung etika ditinggalkan.

Kita tidak menginginkan PSSI hanya berganti casing,namun sikap, tingkah laku, dan pola pikir logika yang masih seperti dulu. Rakyat Indonesia tidak mau lagi disodori pertunjukan tak beretika. Dan, untuk timnas Indonesia dan coach RD, diharapkan bisa membanggakan Indonesia pada laga melawan Arab Saudi nanti dengan tetap menjunjung etika.
(rsa)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5004 seconds (0.1#10.140)