Tangani partai, SBY tak fokus pimpin negara
A
A
A
Sindonews.com - Langkah yang diambil Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengurusi Partai Demokrat sangat berpengaruh pada kinerjanya sebagai kepala negara.
"Itu membuktikan bahwa langkah SBY yang intervensif pada DPP (Demokrat) dianggap tidak tepat oleh publik, karena pasti akan berpengaruh pada pkerjannya sebagai presiden," kata pengamat komunikasi politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Iding R Hasan kepada Sindonews, Senin (18/2/2013).
Dia juga mengatakan, kinerjanya SBY sebagai presiden tidak menunjukkan prestasi malah banyak menyimpan masalah. Selain itu, kata dia SBY tidak menunjukkan inkonsistensi sebagai pemimpin.
"SBY selalu bilang kepada para menterinya terutama yang dari parpol untuk mengutamakan kepentingan rakyat ketika jadi menteri, sementara SBY sendiri malah disibukkan urusan internal partainya," keluhnya.
Walaupun, tidak terlalu sering mengurusi partai. Tetapi, hal itu dapat membuyarkan konsentrasinya sebagai kepala negara.
"Meskipun beralasan hanya di waktu libur untuk ngurus partai, tetap saja akan mengurangi fokusnya," tandasnya.
Seperti diberitakan Sindonews sebelumnya, Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis bahwa 68,42 persen publik khawatir atas kinerja SBY, 24,29 persen tidak khawatir dan 7,29 persen tidak tahu.
Lebih lanjut survei itu mengatakan masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan, lebih khawatir terhadap kinerja SBY setelah kembali aktif urus partai. Diketahui, 68,58 persen masyarakat pedesaan khawatir, sementara 24,34 persen tidak khawatir.
"Itu membuktikan bahwa langkah SBY yang intervensif pada DPP (Demokrat) dianggap tidak tepat oleh publik, karena pasti akan berpengaruh pada pkerjannya sebagai presiden," kata pengamat komunikasi politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Iding R Hasan kepada Sindonews, Senin (18/2/2013).
Dia juga mengatakan, kinerjanya SBY sebagai presiden tidak menunjukkan prestasi malah banyak menyimpan masalah. Selain itu, kata dia SBY tidak menunjukkan inkonsistensi sebagai pemimpin.
"SBY selalu bilang kepada para menterinya terutama yang dari parpol untuk mengutamakan kepentingan rakyat ketika jadi menteri, sementara SBY sendiri malah disibukkan urusan internal partainya," keluhnya.
Walaupun, tidak terlalu sering mengurusi partai. Tetapi, hal itu dapat membuyarkan konsentrasinya sebagai kepala negara.
"Meskipun beralasan hanya di waktu libur untuk ngurus partai, tetap saja akan mengurangi fokusnya," tandasnya.
Seperti diberitakan Sindonews sebelumnya, Lembaga Survei Indonesia (LSI) merilis bahwa 68,42 persen publik khawatir atas kinerja SBY, 24,29 persen tidak khawatir dan 7,29 persen tidak tahu.
Lebih lanjut survei itu mengatakan masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan, lebih khawatir terhadap kinerja SBY setelah kembali aktif urus partai. Diketahui, 68,58 persen masyarakat pedesaan khawatir, sementara 24,34 persen tidak khawatir.
(mhd)