Era tokoh muda

Senin, 04 Februari 2013 - 07:52 WIB
Era tokoh muda
Era tokoh muda
A A A
“Beri aku 1.000 orang tua, niscaya akan kucabut Semeru dari akarnya. Beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia.” (Soekarno)

Kata-kata bijak dari Presiden Pertama RI itu masih relevan diperbincangkan untuk melihat situasi politik nasional saat ini. Munculnya sederet tokoh muda dalam pentas politik nasional telah menorehkan harapan baru bagi Indonesia, negeri yang mayoritas penduduknya berusia muda.

Kader-kader muda bangsa yang tergolong wajah baru dalam pentas politik nasional ini mampu memberi gairah tersendiri dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Orang-orang muda ingin bangsa yang besar ini berlari lebih kencang lagi.

Tidak hanya untuk melampaui ketertinggalan dari bangsa lain yang sudah lari lebih kencang, tetapi juga untuk membuktikan bahwa Indonesia adalah bangsa besar yang mampu memimpin dunia seperti yang diimpikan Soekarno dan para pahlawan kita. Indonesia memiliki semuanya.

Sumber daya alam yang melimpah, penduduk dengan usia produktif dan kelas menengah yang besar, posisi geografis yang sangat baik, dan seterusnya.Dengan demikian wajar jika para pemuda berharap lebih pada penyelenggara negara agar lebih agresif mengarungi gelombang globalisasi sehingga bisa menggapai hasil maksimal.

Akselerasi dan percepatan menjadi kata kunci yang sangat penting. Demikian juga para pemimpin yang menakhodai Indonesia ini. Ibarat kita naik mobil sport bermesin mutakhir dengan tenaga super,kalau sopirnya lelet, tidak gesit dan energik, mustahil kita bisa menang di arena balap. Mungkin kita akan kalah jauh dari mobil tua, tetapi dikendalikan oleh sopir muda yang energik, gesit, dan banyak akal.

Itulah mengapa dalam Pilkada DKI masyarakat lebih memilih wajah baru yang muda, tetapi minim pengalaman seperti pasangan Jokowi-Ahok ketimbang tokoh senior yang kaya pengalaman seperti Fauzi Bowo. Kemenangan itu adalah bukti keinginan masyarakat Jakarta yang bisa dianggap representasi kemajemukan masyarakat Indonesia.

Kita tentu bersyukur dengan pemerintahan sekarang yang sudah mampu menjaga stabilitas politik dan ekonomi.

Tapi dilihat dari konteks kompetisi global seperti sekarang, kita tidak boleh berpuas diri.Kita bisa menggapai lebih dari yang kita dapat sekarang jika dipimpin oleh kalangan muda. Bukankah para pemimpin perusahaan yang sukses di dunia berasal dari kaum muda. Meski tidak ada jaminan kaum muda pasti akan lebih baik dari kaum tua,paling tidak era sekarang adalah era pemimpin muda.

Pemilu 2014 adalah momentum baik bagi bangsa Indonesia untuk menetapkan langkah ke depan. Sudah saatnya kita mendorong anak-anak muda untuk tampil sebagai pemimpin di pemerintahan. Dengan begitu alangkah bijaknya jika para politikus senior memberi kesempatan kepada yang muda-muda untuk menunjukkan kemampuannya. Bangsa ini membutuhkan penyegaran dan hanya kaum muda yang bisa melakukannya.

Sudah semestinya kemunculan tokoh-tokoh muda di panggung politik diberi apresiasi.Di tangan merekalah seharusnya harapan bangsa ini diberikan. Namun, keberhasilan tokoh-tokoh muda amat bergantung pada kerelaan dan kebesaran hati para tokoh senior. Jika mereka tidak rela, tentu saja laju tokoh-tokoh muda potensial tidak akan mulus dan bisa saja terganjal.

Tapi semua itu kembali pada keinginan masyarakat Indonesia yang mayoritas berasal dari kalangan muda. Jika mereka menghendaki tokoh muda untuk memimpin pada 2014, tidak ada yang bisa menghalangi. Termasuk tokoh-tokoh senior yang juga masih ingin tampil di Pemilu 2014.
(lns)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.3281 seconds (0.1#10.140)