Strategi hilirisasi produk primer

Jum'at, 18 Januari 2013 - 09:06 WIB
Strategi hilirisasi...
Strategi hilirisasi produk primer
A A A
Pemulihan ekonomi di Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS) masih jauh dari memadai. Daya beli masyarakat di dua benua itu merosot. Padahal,Uni Eropa dan AS selama ini menjadi pasar tradisional tujuan ekspor Indonesia, terutama produk primer seperti kopi,kakao,minyak sawit mentah (CPO), teh dan karet.

China dan India juga berjuang melindungi diri dari imbas krisis. Dua negara ini juga merupakan tujuan ekspor CPO Indonesia.Penurunan permintaan produk primer itu memengaruhi stok dan pasokan produk primer di tingkat global. Harga-harga produk primer tertekan.Keseimbangan baru belum juga terbentuk. Instabilitas harga dipastikan masih akan berlanjut di masa depan. Rata-rata harga CPO dunia turun drastis, dari USD1.125 per ton pada 2011 jadi USD1.020 per ton pada 2012.

Bahkan, pada Desember 2012 harga tersungkur lebih dalam: USD800 per ton.Harga minyak biji sawit (PKO) dunia anjlok sampai USD810 per ton,setara harga CPO. Akibatnya, harga tandan buah segar sawit di tingkat petani anjlok sampai Rp 700/kg. Setali tiga uang dengan pasar karet.Rata-rata harga karet dunia anjlok, dari USD4,52/kg pada 2011 jadi USD3,18/kg tahun 2012. Bahkan, pada Desember 2012 harga tersungkur di bawah USD2,90/kg.

Harga getah karet di tingkat petani kurang Rp15.000/kg.Tanpa insentif harga, peningkatan produksi karet hingga 3 juta ton sekalipun tidak cukup memperbaiki kesejahteraan petani. Kondisi serupa dialami kopi dan teh. Harga kopi arabika anjlok dari USD5,97/kg tahun 2011 menjadi USD4,18/kg tahun 2012. Harga kopi robusta anjlok dari USD2,40/kg pada 2011 menjadi USD2,28/kg tahun 2012. Harga rata-rata teh dunia anjlok, dari USD2,92/kg pada 2011 menjadi USD2,28/ kg tahun 2012. Hal yang sama juga terjadi pada kakao.

*** Anjloknya komoditas andalan ekspor ini tidak hanya menekan perekonomian nasional, tapi juga memukul perekonomian rakyat dan ekonomi perdesaan. Krisis ekonomi di Uni Eropa dan AS diperkirakan masih akan lama. Ini menjadi pukulan telak bagi negara-negara yang mengandalkan pasar ekspornya di dua benua itu. Menggeser pasar ekspor ke negara lain menjadi keniscayaan. Akan tetapi, hal itu tidak bisa dilakukan segera.

Perlu diplomasi ekonomi yang cerdas.Para perunding, diplomat dan atase perdagangan bisa menjadi ujung tombak dalam diplomasi dagang ini. Namun, pengalaman menunjukkan, para diplomat kita masih belum bisa bekerja optimal. Oleh karena itu,bersamaan dengan memperkuat diplomasi ekonomi,percepatan mendorong industri hilir produk primer tidak bisa ditawar-tawar.

Lebih setengah abad lalu ekonom Argentina Raul Prebisch dan ekonom Jerman Hans Singer mengingatkan bahwa nilai tukar riil produk primer pertanian atas produk manufaktur menurun secara permanen. Harga produk primer cenderung fluktuatif, sedangkan produk jadi meningkat, paling tidak stabil. Ekonomi yang menggantungkan diri pada produk primer menghadapi kepincangan harga yang tajam bila berhadapan dengan pemilik teknologi.

*** Berbagai usaha dilakukan pemerintah untuk mendorong dan mengembangkan industri hilir,khususnya industri berbasis komoditas pertanian. Namun, industri hilir berbasis komoditas pertanian belum begitu berkembang. Berbagai komoditas unggulan, seperti minyak sawit, karet, kopi, kakao, teh, rempah-rempah dan produk biji-bijian, dijual dalam bentuk mentah dengan nilai tambah rendah. Ironisnya, setelah diolah produk jadi itu membanjiri pasar kita. Yang meraih keuntungan tentu importir pengolah bahan mentah itu.

Sampai kini industri (hilir) produk primer pertanian jauh panggang dari api. Untuk mendorong industri hilir komoditas pertanian diusulkan menerapkan bea ekspor atau menutup ekspor bahan mentah (baku).Pemberlakuan bea ekspor diusulkan untuk kelapa, kelapa sawit (CPO), dan kakao. Sedangkan penutupan ekspor bahan mentah diusulkan untuk rotan. Alasan klasik selalu mengiringi usulan ini: bea ekspor atau penutupan ekspor bahan mentah akan menjamin pasokan bahan baku bagi industri domestik.

Hal ini akan mendorong perkembangan industri hilir.Pertanyaannya,benarkah bea ekspor atau penutupan ekspor bahan mentah langkah tepat mendorong industri hilir? Bahan baku merupakan unsur penting bagi berkembangtidaknya industri hilir.Ketika bahan baku tersedia berkesinam bungan industri hilir akan mendapatkan kepastian pasokan berproduksi sepanjang tahun dengan harga rendah. Masalahnya, bahan baku bukan satu-satunya penentu berkembang-tidaknya industri hilir.

Di luar bahan baku ada lembaga keuangan (perbankan), ketersediaan infrastruktur pendukung,ekonomi biaya tinggi akibat pelbagai pungutan, beban pajak yang memberatkan, dan berbagai insentif yang tidak mendukung.Tanpa dukungan memadai dari semua faktor itu, ketersediaan bahan baku tidak akan menjamin industri hilir berkembang. Bahan baku pun sia-sia. Oleh karena itu, perlu ditelisik terlebih dahulu secara saksama apakah benar biaya bahan baku jadi penyebab tidak berkembangnya industri hilir produk primer pertanian.

Selama ini kita sering melakukan generalisasi, seolaholah semua produk primer sama. Tantangan paling penting dari usaha mendorong industri hilir produk primer komoditas pertanian adalah kejelian memetakan masingmasing komoditas. Solusi tak bisa dipukul rata. Tiap komoditas memiliki karakteristik persoalan berbeda. Untuk mendorong industri hilir, kebijakan mustinya diarahkan untuk mengatasi masalah riil yang menjadi penyebab lambatnya industri hilir pertanian.

Pertama,memudahkan industri hilir menembus pasar yang didominasi perusahaan multinasional, seperti kebijakan tarif, promosi dan kerja sama bilateral/multilateral. Kedua, menurunkan tarif bea masuk untuk mesin dan bahan penolong industri hilir perkebunan. Ketiga,melakukan harmonisasi tarif yang belum harmonis. Keempat, memberikan insentif investasi dalam bentuk keringanan pajak (tax holiday), kemudahan izin investasi, dan dukungan infrastruktur yang memadai.●

KHUDORI
Anggota Pokja Ahli Dewan Ketahanan Pangan Pusat,
Pegiat Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI),
Penulis Buku Ironi Negeri Beras
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0842 seconds (0.1#10.140)