Pengamat Nilai Komunikasi di Lingkaran Istana Presiden Buruk

Selasa, 07 April 2020 - 11:56 WIB
Pengamat Nilai Komunikasi...
Pengamat Nilai Komunikasi di Lingkaran Istana Presiden Buruk
A A A
JAKARTA - Komunikasi publik di lingkaran Istana dan kabinet mengenai penanganan pandemi COVID-19 kerap menuai kontroversi dan terkesan tak satu suara. Sepekan terakhir, masyarakat disuguhi aksi saling ralat antar pembantu-pembantu presiden. (Baca juga: Cegah Penyebaran Corona di Lapas, Menkumham Usul 300 Napi Koruptor Dibebaskan)

“Tentu ironis di tengah wabah virus Corona yang mencemaskan justru di lingkaran Istana tidak solid dan satu pintu. Saling ralat antar elemen dalam Istana, jubir beda dan menteri beda. Ini menimbulkan kepanikan di masyarakat,” ujar pengamat politik dari UIN Jakarta Adi Prayitno saat dihubungi SINDOnews.com, Selasa (07/04/2020). (Baca juga: Presiden Jokowi Tegaskan Tak Ada Pembebasan Napi Koruptor)

Panik itu, menurutnya, karena masyarakat melihat nyaris tidak ada skenario yang betul-betul bulat disetujui. Beberapa polemik kebijakan yang diumbar ke publik, antara lain, surat edaran dari Badan Pengatur Transportasi Jabotabek (BPTJ) yang mengimbau penghentian operasional transportasi umum. Selang beberapa jam, kebijakan itu diralat oleh Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Marves).

“Surat tersebut bertujuan memberikan rekomendasi kepada daerah apabila sudah dikategorikan sebagai daerah yang diperkenankan untuk melakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB), dapat melakukan pembatasan penggunaan transportasi,” kata Jubir Kemenko Marves Jodi Mahardika, Rabu pekan lalu.

Polemik lain dibuat Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly yang mewacanakan pembebasan narapidana kasus korupsi. Pernyataan itu diralat oleh Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Mahfud MD dan Presiden Joko Widodo. “Saya ingin menyampaikan bahwa (pembebasan) napi koruptor tidak pernah dibahas dalam rapat-rapat kita,” ujar mantan Wali Kota Solo itu.

Adi menilai aksi saling ralat itu terjadi karena miskomunikasi dan koordinasi sehingga bunyi pernyataan yang keluar ke public berbeda-beda. Dia mendorong Jokowi untuk menertibkan pembantu-pembantunya yang sering offside, memberikan pernyataan kontroversial, dan overlapping.

Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia itu menyarankan agar menteri-menteri itu berbicara sesuai tupoksinya. Juga fokus terhadap penanganan pandemi COVID-19 ini. Namun, sampai saat ini masih ada yang bahas pembebasan narapidana kasus korupsi dan di Senayan bicara mengenai Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja.“Ini Corona seakan dianggap main-main. Jadi mestinya sampai tiga bulan ke depan, fokus darurat Corona. Setop pembicaraan politik apapun. Ini folus bicara penanggulangan Corona,” katanya.
(cip)
Berita Terkait
Selain Wapres, Jokowi...
Selain Wapres, Jokowi Disarankan Aktifkan Ma'ruf Amin Jadi Penasihat
Wapres: Kebijakan Pemerintah...
Wapres: Kebijakan Pemerintah Terkait Corona Demi Keselamatan Rakyat
Jokowi Harus Respons...
Jokowi Harus Respons Soal Perombakan Kabinet di Tengah Pandemi Corona
Dari Awal COVID-19 Muncul,...
Dari Awal COVID-19 Muncul, Pemerintah Dinilai Sudah Mulai Mencla-mencle
Belva Hengkang, Andi...
Belva Hengkang, Andi Taufan Harus Mundur dari Stafsus Jokowi
Sebut Jokowi Kerja Sendirian...
Sebut Jokowi Kerja Sendirian Hadapi Corona, Arief Sindir Kinerja Menteri
Berita Terkini
Hadapi Arus Balik, Jasa...
Hadapi Arus Balik, Jasa Marga Siapkan Pengalihan Lalin dari Transjawa ke Jakarta
2 jam yang lalu
Lebaran: Diplomasi,...
Lebaran: Diplomasi, Solidaritas, dan Harapan bagi Peradaban Global
3 jam yang lalu
Budi Arie Sowan ke Jokowi,...
Budi Arie Sowan ke Jokowi, Dapat Pesan soal Koperasi Desa Merah Putih
4 jam yang lalu
2 Makna Silaturahmi...
2 Makna Silaturahmi Didit Prabowo ke Mega, SBY, dan Jokowi
5 jam yang lalu
228 Kecelakaan Terjadi...
228 Kecelakaan Terjadi saat Lebaran, 22 Orang Tewas, 287 Luka-luka
5 jam yang lalu
Gempa Besar M6,3 Guncang...
Gempa Besar M6,3 Guncang Maluku Barat Daya, Begini Analisa BMKG
6 jam yang lalu
Infografis
10 Makanan Khas Lebaran...
10 Makanan Khas Lebaran di Indonesia selain Opor dan Ketupat
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved