Indonesia Harus Cepat Sikapi Dampak Ekonomi akibat Corona

Selasa, 24 Maret 2020 - 17:09 WIB
Indonesia Harus Cepat...
Indonesia Harus Cepat Sikapi Dampak Ekonomi akibat Corona
A A A
JAKARTA - Virus Corona telah melanda berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Korban akibat infeksi virus ini pun terus bertambah.

Wabah Corona berdampak kepada berbagai aspek kehidupan masyarakat dan negara, khususnya perekonomian Indonesia yang mengalami hambatan begitu besar.

Ketua Umum Aliansi Masyarakat Untuk Nawacita, Muhammad Rafik Perkasa Alamsyah berpendapat tidak ada yang menyangka wabah akan sedemikian cepat menyebar di Indonesia dan dunia saat ini.

Menurut dia, sebarannya tak pandang bulu hingga merasuki sistem perekomomian bangsa Indonesia.

Guncangan ekonomi berpotensi menggerus kepercayaan diri bangsa ini. Perekonomian Indonesia pun tersendat dan bukan tidak mungkin banyaknya pengangguran tak terencana.

"Neraca ekomomi Indonesia saat ini terjadi kemandulan, karena sebuah musibah pasti akan melahirkan paradoks berupa surutnya aktivitas ekonomi, apalagi bagi bangsa yang banyak bertumpu pada konsumsi domestik-belanja sehari-hari dan sektor informal, tantangan ini tak bisa dibantah menuntut solusi dari pemerintah," kata Muhammad Rafik.

Kendati demikian dia menilai kebijakan Menteri Kordinator Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto perlu diapresiasi di tengah loyonya kinerja perdagangan global, loyonya lapangan kerja, pasar keuangan, nilai tukar, hingga aktivitas bisnis yang sudah diyakini dampaknya.

Setidaknya kebijakan pemerintah yang baru-baru ini di luncurkan oleh Menko Perekonomian, yakni program kartu prakerja di saat ini dianggap waktu yang tepat.

"Di saat meloyonya perekomian Indonesia karena terkena dampak COVID-19. Program ini diharapkan menjadi solusi dari Menteri Kordinator Ekonomi yang bisa juga dianggap sebagai bagawan ekonomi Indonesia saat ini. saat ini di tangan beliau bertumpu nasib dari ekonomi bangsa Indonesia apalagi terkait peningkatan sumber daya Indonesia yang siap bersaing secara ekonomi ditengah keterpurukan ekonomi Indonesia," tuturnya.

Dia juga menyoroti kondisi ekonomi global saat ini, Bank Indonesia merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020, dari 5,0-5,4 persen menjadi 4,2-4,6 persen. Proyeksi dipengaruhi adanya kasus pendemi virus corona (covid -19) yang juga melanda Indonesia.

"Indonesia harus mengambil peluang ekonomi dari dampak COVID-19 ini, untuk memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia pada posisi stabil," katanya.

Dia mencontohkan pernyataan Presiden Jokowi pernah menyampaikan bahwa Indonesia memiliki potensi rempah-rempah yang bekhasiat sebagia obat, diantaranya racikan jamu ‘empon-empon” yang menjadi konsumsi minuman kesehatan rutin Presiden dan keluarga sehari-hari.

Empon-empon sendiri digunakan sebagai istilah yang dipakai untuk berbagai bahan baku dan rempah yang biasa digunakan untuk membuat minuman tradisional Indonesia yang terdiri dari jahe, kunyit, temulawak, dan kencur.

"Banyak harapan dari kebijakan ekonomi program kartu pra kerja, Program peningkatan skill sebagai implementasi program diharapkan melahirkan inovasi jamu-jamu khas dari rempah-rempah Indonesia asli, sehingga menjadi ikon perdagangan obat-obatan dunia dari Indonesia," tuturnya.

Di saat mewabahnya COVID-19, kata Muhammad Rafik, Indonesia harus bergerak cepat. Setidaknya untuk mulai mengenalkan obat-obat tradisional Indonesia kepada dunia.

Menurut dia, pemerintah saat ini harus berinisiatif memulai untuk bersinergi dengan produsen obat-obat tradisional Indonesia, untuk bersama-sama memproduksi masal racikan obat-obatan tradisional tersebut.

"Karena sejarah membuktikan bahwa Indonesia pernah menjadi lumbung perdagangan rempah dunia terkait khasiat dan daya tariknya yang menyehatkan dan menyegarkan," tuturnya.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8985 seconds (0.1#10.140)