Para Tokoh Diminta Lebih Bijak dan Bantu Pemerintah Lawan Corona

Jum'at, 20 Maret 2020 - 13:27 WIB
Para Tokoh Diminta Lebih...
Para Tokoh Diminta Lebih Bijak dan Bantu Pemerintah Lawan Corona
A A A
JAKARTA - Mantan Wakil Ketua DPR Fadli Zon seolah bersahut-sahutan dengan ekonom dan mantan Menteri Koordinator Kemaritiman Rizal Ramli dalam cuitannya di akun Twitter.

Mereka mempermasalahkan kedatangan 49 orang Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China melalui Bandara Haluoleo Kendari, Sulawesi Tenggara, Minggu (15/3/2020).

Dalam cuitannya, Rizal mengecam para pejabat yang merangkap jadi pengusaha yang dinilai tidak memperhatikan kepentingan nasional. Fadli Zon kemudian merespons cuitan Rizal dengan menuduh mereka yang memberi izin masuk TKA sebagai pengkhianat bangsa.

Menyikapi cuitan kedua tokoh tersebut, Suhendra Hadikuntono, pengamat intelijen senior memberikan apresiasi terhadap kepedulian Fadli Zon dan Rizal Ramli. Namun, menurut Suhendra, selayaknya dalam kondisi bangsa yang sedang menghadapi darurat penyebaran virus Corona atau Covid-19 ini kedua tokoh itu bisa menahan diri untuk tidak memperkeruh situasi.

"Meskipun secara obyektif pandangan Rizal Ramli dan Fadli Zon tersebut benar, tapi seharusnya mereka bijak dalam mengeluarkan pendapat. Setiap orang memang bebas berpendapat, namun dalam situasi darurat begini mereka seharusnya melakukan evaluasi diri apakah pendapatnya yang dikutip media tersebut produktif atau tidak bagi kemaslahatan bangsa," ujar Suhendra kepada wartawan, Kamis (19/3/2020).

Suhendra mengimbau semua pihak, terutama para tokoh bangsa untuk bahu-membahu membantu pemerintah pusat maupun daerah menciptakan situasi kondusif bagi proses penanganan virus Corona yang sudah memakankorban 25 jiwa.

Menurut dia, mereka seharusnya lebih berhati-hati menyampaikan informasi ke masyarakat. Setiap informasi ke publik, jelasnya, harus didahului dengan analisis intelijen yang akurat serta melakukan check and recheck.

Suhendra menyarankan lembaga intelijen, baik di pusat maupun daerah agar berhati-hati menganalisis masalah. Masukan yang diberikan kepada otoritas pejabat setempat menurut Suhendra harus disertai analisis dampak sosial politik yang mendalam.

Terkait kedatangan tenaga kerja asing asal China di Kendari, menurut Suhendra, aparat intelijen setempat tidak peka memaknai dampak sosial politik yang terjadi dalam situasi negara yang sedang darurat menangani COVID-19.

"Tugas intelijen itu memberi masukan komprehensif disertai analisis dampak sosial politik dan aspek pertahanan keamanan kepada aparat negara dalam setiap pengambilan keputusan dan kebijakan," paparnya.

Terlepas dari hari itu, Suhendra mengaku lega 49 orang TKA asal China tersebut sudah menjalani karantina selama 14 hari sesuai protokol kesehatan yang berlaku.

Dia mengajak semua pihak kembali fokus membantu pemerintah dalam menangani kondisi darurat Covid-19.

"Dalam kondisi darurat seperti ini saya mengajak semua tokoh bangsa untuk melakukan "statement distancing" yaitu menjaga memberikan pendapat pribadi yang bisa memperkeruh situasi. Mari kita tunjukkan kepada dunia bahwa kita mempunyai soliditas dan solidaritas sosial yang tinggi dalam menghadapi situasi darurat penyebaran Covid-19," pungkas Suhendra.

Suhendra juga mengkritik pernyataan mantan Panglima TNI Jenderal Purn Gatot Nurmantyo yang menggaungkan imbauan salat berjamaah di masjid yang menurut Suhendra sangat membahayakan keselamatan umat Islam dan berlawanan dengan upaya pemerintah dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk melakukan pembatasan interaksi sosial masyarakat.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.2060 seconds (0.1#10.140)