Parpol Beda dengan Klub Sepak Bola, Kebiasaan Comot Tokoh Tidak Baik
A
A
A
JAKARTA - Direktur Politik Hukum Wain Advisory Indonesia Sulthan Muhammad Yus menyoroti fenomena sebagian tokoh parpol yang 'mencomot' tokoh bermagnet elektoral untuk masuk ke partainya. Menurutnya, parpol beda dengan klub sepak bola yang kerap datangkan pemain bintang saat bursa transfer dibuka.
"Tapi ini kan partai politik yang tidak sama dengan klub sepak bola. Kebiasaan comot tokoh lalu diberi jabatan tinggi tidak baik bagi tumbuh kembangnya sebuah partai politik," ujar dia. Jumat (13/3/2020).
Sulthan mengatakan hal ini terkait adanya isu mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo akan masuk Partai Demokrat dan bahkan diusulkan menjadi calon ketua umum.
Menurutnya, ada fungsi pendidikan politik kader dalam partai. Idealnya partai melakukan regenerasi kepemimpinan dengan melakukan tahapan-tahapan dari bawah.
Analis politik asal UIN Jakarta ini mengatakan, jika peran kaderisasi ini dikesampingkan begitu saja, lantas memilih cara instan dengan merekrut orang-orang populer semata, publik akan lebih banyak lagi melihat peristiwa transfer politisi dari satu klub partai ke klub partai lainnya.
Akhirnya, menurut dia, berpartai itu bukan lagi karena ada kesamaan visi misi seseorang dengan partainya, akan tetapi lebih pada opportunity untuk mendapatkan jabatan yang disediakan. Dengan begitu, pragmatisme kekuasaan model begini yang lambat laun akan merusak partai politik.
"Saya melihat iklim dalam tubuh Partai Demokrat sudah berjalan sebagaimana mestinya. Tinggal kekompakan ini dijaga dengan terobosan-terobosan politik yang berpihak pada perjuangan kerakyatan," ujarnya.
Dengan begitu, lanjut dia, masyarakat bisa menilai partai mana yang benar-benar berpihak pada narasi kerakyatan dan partai-partai mana yang cenderung ngekor dengan selera kekuasaan. Untuk itu, elite partai perlu mengembalikan partai pada tupoksinya sebagai alat perjuangan politik bukan alat untuk bagi-bagi kursi semata. (Baca Juga: Diisukan Masuk Demokrat, Begini Jawaban Gatot Nurmantyo).
"Hal tersebut bisa dilakukan dengan lebih banyak memberi porsi pada kader-kader potensial dan telah teruji di mata rakyat. Dengan begitu eksistensi Partai Demokrat bisa semakin dirasakan oleh rakyat," pungkas dia.
"Tapi ini kan partai politik yang tidak sama dengan klub sepak bola. Kebiasaan comot tokoh lalu diberi jabatan tinggi tidak baik bagi tumbuh kembangnya sebuah partai politik," ujar dia. Jumat (13/3/2020).
Sulthan mengatakan hal ini terkait adanya isu mantan Panglima TNI Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo akan masuk Partai Demokrat dan bahkan diusulkan menjadi calon ketua umum.
Menurutnya, ada fungsi pendidikan politik kader dalam partai. Idealnya partai melakukan regenerasi kepemimpinan dengan melakukan tahapan-tahapan dari bawah.
Analis politik asal UIN Jakarta ini mengatakan, jika peran kaderisasi ini dikesampingkan begitu saja, lantas memilih cara instan dengan merekrut orang-orang populer semata, publik akan lebih banyak lagi melihat peristiwa transfer politisi dari satu klub partai ke klub partai lainnya.
Akhirnya, menurut dia, berpartai itu bukan lagi karena ada kesamaan visi misi seseorang dengan partainya, akan tetapi lebih pada opportunity untuk mendapatkan jabatan yang disediakan. Dengan begitu, pragmatisme kekuasaan model begini yang lambat laun akan merusak partai politik.
"Saya melihat iklim dalam tubuh Partai Demokrat sudah berjalan sebagaimana mestinya. Tinggal kekompakan ini dijaga dengan terobosan-terobosan politik yang berpihak pada perjuangan kerakyatan," ujarnya.
Dengan begitu, lanjut dia, masyarakat bisa menilai partai mana yang benar-benar berpihak pada narasi kerakyatan dan partai-partai mana yang cenderung ngekor dengan selera kekuasaan. Untuk itu, elite partai perlu mengembalikan partai pada tupoksinya sebagai alat perjuangan politik bukan alat untuk bagi-bagi kursi semata. (Baca Juga: Diisukan Masuk Demokrat, Begini Jawaban Gatot Nurmantyo).
"Hal tersebut bisa dilakukan dengan lebih banyak memberi porsi pada kader-kader potensial dan telah teruji di mata rakyat. Dengan begitu eksistensi Partai Demokrat bisa semakin dirasakan oleh rakyat," pungkas dia.
(zik)