WHO Tetapkan Corona Jadi Pandemi, Ini Respons Pemerintah
A
A
A
JAKARTA - Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto mengatakan dengan adanya ketetapan Badan Kesehatan Dunia atau WHO yang menetapkan Corona sebagai pandemi global, artinya virus ini bisa menyerang siapa saja dan setiap negara diharuskan melakukan antisipasi.
Apalagi, sudah 114 negara yang terserang virus tersebut dan menimbulkan kematian yang cukup banyak. “Semua harus memberikan antisipasi dan memberi respons,” katanya di Kantor Presiden, Kamis (13/3/2020). (Baca juga: Dua Pasien Meninggal Dunia di RSPI, Spesimennya Masih Diperiksa)
Dia mengatakan dengan adanya ketetapan ini dipastikan kewaspadaan dunia meningkat. Dimana banyak negara akan meninjau kembali visa kunjungan antarnegara. “Kami tunggu kebijakan Kemlu seperti apa untuk kita. Tapi artinya tidak lagi dunia memberi kemudahan pergerakan orang dari suatu negara ke negara lain. Tujuannya mengurangi penyebaran,” ungkapnya. (Baca juga: Satu Pasien Suspect Corona Meninggal Dunia di RSUD Moewardi Solo)
Kemudian adanya ketetapan pandemi global akan memberikan konsekuensi yakni semua negara bersiap-siap. Dalam hal ini semua negara akan berusaha mengamankan sarana dan prasarana kesehatan untuk kepentingannya. “Mereka akan menyiapkan berbagai macam perangkat, mengamankan stok masker, APD (alat pelindung diri). Masing-masing negara akan mengamankan jumlah yang dianggap cukup. Termasuk dalam konteks ini mengamankan jumlah kebutuhan kit laboratorium pemeriksaan,” paparnya.
Namun begitu Yuri memastikan berbagai sarana dan prasarana kesehatan telah disiapkan. Setidaknya terdapat 10.000 kit untuk pemeriksaan laboratorium. Dimana pemerintah masih berencana untuk menambahkannya. “Di beberapa kesempatan dari beberapa BUMN/BUMD kita punya kurang lebih 15 juta masker. Tapi ini bukan jumlah yang kita anggap kurang ataupun kita anggap cukup. Bukan. Artinya kita sudah punya stok,” ujarnya.
Dia menegaskan, hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengendalikan penularan dengan maksimal. Maka dari itu dia akan semakin mengintesifkan penelusuran kontak atau contact tracking.
“Contact tracking harus lebih kencang dan berusaha cari kasus positif untuk kemudian kita isolasi. Oleh karena itu dalam beberapa kasus maka kita mulai mendapatkan laporan-laporan dari daerah tentang PDP (pasien dalam pengawasan) yang semakin meningkat. Sudah barang tentu ini pintu mencari kemungkinan munculnya kasus positif yang bisa jadi pegangan kita untuk mengendalikan kontak,” jelasnya.
Apalagi, sudah 114 negara yang terserang virus tersebut dan menimbulkan kematian yang cukup banyak. “Semua harus memberikan antisipasi dan memberi respons,” katanya di Kantor Presiden, Kamis (13/3/2020). (Baca juga: Dua Pasien Meninggal Dunia di RSPI, Spesimennya Masih Diperiksa)
Dia mengatakan dengan adanya ketetapan ini dipastikan kewaspadaan dunia meningkat. Dimana banyak negara akan meninjau kembali visa kunjungan antarnegara. “Kami tunggu kebijakan Kemlu seperti apa untuk kita. Tapi artinya tidak lagi dunia memberi kemudahan pergerakan orang dari suatu negara ke negara lain. Tujuannya mengurangi penyebaran,” ungkapnya. (Baca juga: Satu Pasien Suspect Corona Meninggal Dunia di RSUD Moewardi Solo)
Kemudian adanya ketetapan pandemi global akan memberikan konsekuensi yakni semua negara bersiap-siap. Dalam hal ini semua negara akan berusaha mengamankan sarana dan prasarana kesehatan untuk kepentingannya. “Mereka akan menyiapkan berbagai macam perangkat, mengamankan stok masker, APD (alat pelindung diri). Masing-masing negara akan mengamankan jumlah yang dianggap cukup. Termasuk dalam konteks ini mengamankan jumlah kebutuhan kit laboratorium pemeriksaan,” paparnya.
Namun begitu Yuri memastikan berbagai sarana dan prasarana kesehatan telah disiapkan. Setidaknya terdapat 10.000 kit untuk pemeriksaan laboratorium. Dimana pemerintah masih berencana untuk menambahkannya. “Di beberapa kesempatan dari beberapa BUMN/BUMD kita punya kurang lebih 15 juta masker. Tapi ini bukan jumlah yang kita anggap kurang ataupun kita anggap cukup. Bukan. Artinya kita sudah punya stok,” ujarnya.
Dia menegaskan, hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana mengendalikan penularan dengan maksimal. Maka dari itu dia akan semakin mengintesifkan penelusuran kontak atau contact tracking.
“Contact tracking harus lebih kencang dan berusaha cari kasus positif untuk kemudian kita isolasi. Oleh karena itu dalam beberapa kasus maka kita mulai mendapatkan laporan-laporan dari daerah tentang PDP (pasien dalam pengawasan) yang semakin meningkat. Sudah barang tentu ini pintu mencari kemungkinan munculnya kasus positif yang bisa jadi pegangan kita untuk mengendalikan kontak,” jelasnya.
(cip)