DPR: Kepanikan Publik Hadapi Corona Bisa Dimanfaatkan Spekulan Pangan

Rabu, 04 Maret 2020 - 04:05 WIB
DPR: Kepanikan Publik...
DPR: Kepanikan Publik Hadapi Corona Bisa Dimanfaatkan Spekulan Pangan
A A A
JAKARTA - Kepanikan publik yang berlebihan dalam menyikapi kasus virus corona dengan memborong berbagai kebutuhan pokok (panic buying) dikhawatirkan justru dimanfaatkan para spekulan pangan. (Baca juga: Presiden Minta Masyarakat Tak Perlu Borong Kebutuhan Sehari-hari)

Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR Said Abdullah mengatakan, pemerintah harus segera mengambil langkah-langkah antisipatif guna menghadapi dampak yang ditimbulkan oleh Coronanomics dalam beberapa waktu ke depan. Upaya antisipatif harus ditempuh lantaran terjadi aksi panic buying atau pembelian besar-besaran bahan pangan setelah pemerintah secara terbuka mengumumkan dua orang positif virus corona. (Baca juga: Panik Penyebaran Corona, Warga Jakarta Borong Makanan di Supermarket)

“Saya berharap masyarakat tidak belanja terlalu banyak. Tidak usah panik, tidak usah memborong bahan makanan terlalu banyak. Tak perlu juga memborong segala aneka makanan ke rumah. Yakinlah bahwa stok pangan yang dibutuhkan saat ini sangat mencukupi,” ujar Said di Jakarta, Selasa (3/3/2020).

Menurutnya, masyarakat tidak perlu panik berlebihan merespons penyebaran Covid-19. Pasalnya, pemerintah sudah menyiapkan protokol krisis, termasuk menyiapkan 100 lebih rumah sakit untuk menampung warga terdampak virus ini. Ini artinya, mekanisme penanganan pasien terdampak virus Corona ini on the track. “Mari cintai negeri ini dengan semangat gotong royong membantu masyarakat yang kurang mampu. Dan bergotong royong mencegah penularan Covid-19 ini,” pintanya.

Said menilai, kepanikan masyarakat yang berlebihan ini biasanya dimanfaatkan para spekulan pangan. Spekulan akan memanfaatkan situasi naiknya permintaan kebutuhan produk oleh masyarakat untuk menaikan harga. “Kalau harga bahan pokok naik maka masyarakat sendiri yang rugi,” tegasnya.

Secara psikologis, lanjutnya, ketika harga barang naik tetapi barang amat dibutuhkan, konsumen tidak punya pilihan selain membelinya. "Akibatnya, harga sulit dikendalikan sebab yang berlaku ialah mekanisme pasar. Dan yang rugi ya masyarakat," katanya.

Karenanya, Said mengimbau masyarakat untuk tidak perlu panik dengan melakukan aksi borong bahan pokok. Pasalnya, pemerintah menjamin pasokan kebutuhan pokok masyarakat terpenuhi. “Berbelanjalah dengan bijaksana, tidak perlu memborong. Saya pastikan, stok kebutuhan bahan pokok mencukupi, nggak perlu panik,” tuturnya.

Selain memitigasi dampak virus Corona ini, Said juga meminta pemerintah agar fokus menjaga perekonomian nasional disamping tetap berusaha untuk mencapai target-target yang terdapat dalam APBN 2020. Walaupun Pemerintah harus mengeluarkan anggaran cukup besar, langkah antisipatif bisa meminimalisasi dampak ekonomi yang ditimbulkan. “Keselamatan jiwa masyarakat tetap harus diutamakan. Termasuk membatasi sementara mobilitas orang dari dan ke negara yang memang menjadi kawasan penyebaran corona,” tuturnya.

Ketua DPP PDI Perjuangan Bidang Perekonomian ini menjelaskan, dampak yang paling cepat dirasakan oleh Indonesia akibat virus corona ini adalah terganggunya ekspor dan impor nasional. Terganggunya perekonomian China akan berdampak terhadap permintaan terhadap barang komoditas yang menjadi andalan selama ini, seperti batu bara dan kelapa sawit.

Selain itu, juga akan berdampak terhadap ketersediaan barang impor, sehingga akan berpengaruh terhadap industri yang bahan baku atau barang modalnya berasal dari China. Oleh sebab itu, katanya, dalam jangka pendek, APBN harus mampu menstimulus permintaan domestik melalui kebijakan fiskal yang tepat sasaran.

“Saya akan terus mendorong, agar belanja pemerintah mampu meningkatkan daya beli masayarakat, melalui konsumsi rumah tangga sesegera mungkin. Seperti beberapa program, diantaranya, Program Keluarga Harapan (PKH),Padat Karya Tunai, Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT),” katanya.
(cip)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1452 seconds (0.1#10.140)