Rasa Kebangsaan Mampu Perkokoh Semangat Persaudaraan

Kamis, 27 Februari 2020 - 15:00 WIB
Rasa Kebangsaan Mampu Perkokoh Semangat Persaudaraan
Rasa Kebangsaan Mampu Perkokoh Semangat Persaudaraan
A A A
JAKARTA - Salam kebangsaan sejatinya adalah untuk mengokohkan persaudaran dalam perbedaan. Konsensus nasional yang dibangun oleh pendiri bangsa bukan untuk menghapus perbedaan tetapi untuk merawat perbedaan.

Karena itu, iktikad membangun bangsa yang satu adalah tetap menghargai perbedaan bukan menyeragamkan perbedaan.

Staf Khusus Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Romo Benny Susetyo menjelaskan rasa kebangsaan penting untuk memperkuat seluruh masyarakat sebagai bangsa dan negara.

“Karena sebenarnya ada yang namanya ruh Pancasila di dalam diri kita bangsa Indonesia dan perlu juga untuk disosialisasikan kepada masyarakat bahwa sebenarnya salam Pancasila itu sudah lama ada. Karena itu untuk memperkuat kehidupan berbangsa dan bernegara,” ujar Romo Benny di Jakarta, Rabu 26 Februari 2020.

Romo Benny menyampaikan, salam Pancasila itu muncul untuk membatinkan Pancasila agar perilaku mencerminkan sila-sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Karena dari sila pertama hingga sila kelima itu masing-masing sila itu adalah satu kesatuan yang utuh dan tidak bisa dilihat secara parsial.

“Karena itu, ketika seseorang semakin mencintai Tuhannya maka harusnya dia menghormati martabat manusia dengan menjaga persatuan yang kemudian membawa kita mencintai Bhineka Tunggal Ika dan segala perbedaannya,” tutur Rohaniawan Konferensi Wali Gereja Indonesia (KWI) ini.

Menurut dia, untuk dapat mencintai Bhineka Tunggal Ika perlu musyawarah mufakat untuk mencari solusi terbaik. Ketika musyawarah mufakat itu tercipta, akan muncul keadilan.

“Adil itu bukan sama rasa, sama rata. Tapi adil adalah terwujudnya masyarakat sejahtera. Masyarakat tanpa diskriminasi yang hidupnya aman, tenteram, damai, yang kebutuhan-kebutuhan dasarnya terpenuhi,” kata alumni Pasca Sarjana Sekolah Tinggi Filsafat dan Teologi (STFT) Widya Sasana Malang ini.

Romo Benny juga mengatakan, semua itu bisa diwujudkan dengan melakukan gotong-royong. Oleh karena itu salam Pancasila harus disosialisasikan agar bisa menjadi kesadaran bersama.

“Kita jadikan Pancasila menjadi cara bertindak, berpikir dan berelasi. Salam itu harus terinternalisasi dalam diri kita. Karena dengan adanya salam Pancasila, tentunya perilaku kita harusnya menjadi manusia yang memiliki nilai-nilai Pancasila itu dan menjadi manusia yang berbudi luhur,” tuturnya.

Menurut dia, tidak benar kemudian dikatakan salam Pancasila akan menggantikan salam yang lain, karena salam Pancasila itu salam kebangsaan. “Karena itu berdasarkan maklumat Presiden dan ada Keputusan Presiden (Keppres)-nya,” tuturnya

Pria yang juga anggota Gerakan Suluh Kebangsaan ini juga mengakui perlu peran media untuk menyosialisasikan makna sebenarnya salam Pancasila dan bagaimana aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari.

“BPIP juga melakukan tugas menyosialisasikan bagaimana Pancasila itu menjadi kebijakan publik, dan Pancasila itu menjadi ideologi bangsa dengan metode yang kekinian. Bukan berarti metode yang lama dibuang, tidak seperti itu,” tuturnya.

Dia juga berharap agar sosialisasi nantinya bisa digunakan menggunakan teknologi kekinian untuk menyasar milenial seperti menggunakan aplikas, menggunakan media social ataupun juga menggunakan jaringan anak-anak milenial.

“Bisa juga mungkin pakai aplikasi TikTok dan sebagainya. Karena menurut hasil riset, milenial menyukai hal-hal yang sifatnya fun dan menarik. Kemudian orientasi mereka juga kepada tokoh idola seperti artis atau atlet olahraga. Nah dari dasar riset itu yang menjadi pedoman BPIP untuk melakukan sosialisasi dikalangan milenial,” tuturnya mengakhiri.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 1.1266 seconds (0.1#10.140)