Jurus Insentif untuk Gairahkan Pariwisata

Kamis, 27 Februari 2020 - 06:03 WIB
Jurus Insentif untuk...
Jurus Insentif untuk Gairahkan Pariwisata
A A A
JAKARTA - PEMERINTAH bergerak cepat menyelamatkan sektor pariwisata yang mulai lesu akibat mewabahnya virus corona. Sangat wajar jika pemerintah bereaksi cepat karena pariwisata selama ini menjadi andalan utama untuk menyumbang devisa negara.

Jika pariwisata ambruk terlalu dalam, ancaman terbesarnya adalah perekonomian dalam negeri akan ikut terganggu. Demi mengatasi lesunya pariwisata, berbagai jurus ampuh pun disiapkan. Jurus pemerintah kali ini berupa insentif. Total dana insentif yang disiapkan untuk pariwisata sebesar Rp295 miliar.

Dari dana tersebut pemerintah antara lain akan memanjakan wisatawan dengan memberikan harga tiket pesawat yang murah. Bahkan diskon tiket pesawat ini bisa mencapai 50% untuk destinasi tertentu. Maskapai dan agen perjalanan diminta memberikan diskon khusus agar para pelancong tetap tertarik berkunjung ke Indonesia.

Adapun alokasi dari dana insentif ini masing-masing tiket pesawat sebesar Rp98,5 miliar, promosi sebesar Rp103 miliar, kegiatan pariwisata sebesar Rp25 miliar, dan relasi media serta influencer (jasa pemengaruh) sebesar Rp72 miliar.

Tak berhenti pada insentif. pemerintah juga menyiapkan kompensasi untuk pelaku usaha di 10 destinasi wisata yang paling terdampak virus corona. Kebijakannya berupa pembebasan pajak hotel dan restoran yang berlaku selama enam bulan. Atas kebijakan itu pemerintah akan menyubsidi pemerintah daerah yang pemasukannya menurun karena terdampak pembebasan tarif pajak.

Besaran dana untuk pemerintah daerah ini sebesar Rp3,3 triliun. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan paket insentif itu akan dievaluasi lagi setelah tiga bulan berjalan. Adapun paket perpajakan di daerah akan ditinjau setelah enam bulan.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama berharap dengan kebijakan tersebut akan ada 736.000 wisatawan mancanegara yang bisa digaet berlibur ke Tanah Air. Pasar yang dibidik adalah dari Australia, Amerika, dan Eropa. Alasannya wisatawan dari tiga negara tersebut memiliki jumlah belanja alias spending yang besar untuk setiap kunjungannya. Devisa yang diharapkan dari kunjungan 736.000 turis asing mencapai Rp13 triliun dengan asumsi rata-rata belanja per kunjungan sebesar USD1.700 per orang.

Pariwisata memang sektor yang paling terpukul setelah virus bernama Covid-19 mewabah ke banyak negara. Sejumlah negara sudah dibuat kalang kabut karena penyebarannya yang cepat dan masif. Beruntung di Indonesia belum ditemukan ada kasus. Meski demikian dampaknya ke perekonomian sudah terasa.

Karena virus korona, Menteri Keuangan Sri Mulyani memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia meleset dari target 5,3%. Menkeu realistis angka pertumbuhan hanya di kisaran 4,7­–5% saja. Prediksi ini dengan asumsi bahwa pertumbuhan ekonomi China sebagai negara asal mula virus korona anjlok hingga 1%.

Maka langkah penyelamatan sektor pariwisata memang mutlak dilakukan dengan cepat. Konsep pemerintah dengan memberi insentif fiskal juga bagus. Hanya, pertanyaannya, seberapa efektif kebijakan ini untuk bisa menggairahkan pariwisata? Apakah kebijakan ini diambil dengan meminta masukan pelaku industri pariwisata?

Yang tak boleh dilupakan, penyebab pariwisata di banyak negara saat ini lesu karena isu koronanya. Ada kekhawatiran pada masyarakat internasional untuk bepergian lintas negara karena korona sehingga mereka memilih tidak bepergian untuk sementara waktu.

Jadi bisa saja kebijakan diskon tiket, hotel, dan restoran tidak akan berpengaruh banyak. Untuk bisa melihat wisatawan secara alami kembali antusias berlibur, itu ketika wabah korona sudah berhasil diatasi. Adapun saat ini tidak satu pun pihak yang bisa memastikan kapan wabah ini akan berakhir.

Hal yang tak kalah penting adalah pemetaan. Misalnya pada destinasi yang diberi insentif atau kompensasi perlu dilihat dulu wisatawan dari negara mana yang paling banyak berkunjung. Selama ini yang banyak mendominasi adalah wisatawan China, Malaysia, dan Singapura. Dengan kondisi wabah yang masih terus menyebar ke beberapa negara seperti saat ini, kunjungan wisatawan dari tiga negara ini belum bisa terlalu diharapkan akan meningkat.

Untuk wisatawan dalam negeri, saat ini juga bukan musim liburan, baik Lebaran, Natal ataupun Tahun Baru. Masyarakat Indonesia cenderung berbondong-bondong berwisata hanya ketika masuk musim liburan, termasuk liburan sekolah, karena ingin mengajak anggota keluarga.

Karena itu kebijakan pemerintah untuk sektor pariwisata akan diuji oleh waktu. Ada tiga bulan waktu untuk menerapkan kebijakan insentif dan enam bulan untuk paket perpajakan bagi pemerintah daerah. Jika ini memberi dampak signifikan pada kunjungan wisatawan, baik lokal maupun mancanegara, tentu kebijakan ini penting dilanjutkan.
(maf)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7886 seconds (0.1#10.140)