Optimistis Hadapi Dampak Korona

Rabu, 26 Februari 2020 - 07:08 WIB
Optimistis Hadapi Dampak Korona
Optimistis Hadapi Dampak Korona
A A A
"Tentu kita harus optimistis. Di satu sisi ada masalah, tetapi kalau kita bisa mengambil sisi positifnya bisa menjadi kesempatan. Seperti perang dagang Amerika Serikat (AS) dan China, bagaimana kita bisa memindahkan pabrik ke Indonesia," ujar Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo (HT) di sela-sela acara Manager Forum XLIV bertema "Kebijakan Investasi untuk Mendorong Perekonomian Nasional" di Gedung iNews Jakarta.Pernyataan tersebut untuk menjawab dampak dari wabah virus korona, COVID-19. Tidak hanya dampak virus yang merebak ke masyarakat dunia. Dampak ekonomi juga telah dirasakan. Dan, ini telah diprediksi oleh pengamat ekonomi dunia.
Optimistis dianggap penting karena dunia usaha butuh harapan untuk terus tumbuh. Jika tidak maka kelesuan ekonomi justru akan mendera dunia. Di tengah kesulitan pasti ada peluang yang bisa diambil. Dibutuhkan kemauan dan kemampuan untuk bisa memanfaatkan peluang tersebut. Dan langkah awal untuk mau dan mampu menangkap peluang tersebut adalah rasa optimistis.
Dampak ekonomi yang sudah di depan mata adalah gelombang utang menghantam perusahaan-perusahaan China yang tengah berjuang membayar pekerja dan pemasok di tengah wabah virus korona. Sebelumnya pada akhir pekan kemarin, Presiden Xi Jinping mengatakan China tengah menghadapi ujian besar untuk memerangi wabah virus korona yang terus menyebar. Pemerintah China telah meminta perbankan menawarkan lebih banyak kredit, sebagai upaya membantu perekonomian dari jeratan dampak wabah virus yang menyebar dengan cepat. Namun survei terhadap perusahaan kecil dan menengah di China menemukan fakta ada jutaan yang sedang berada di ambang kebangkrutan.
Asosiasi Usaha Kecil dan Menengah China mengutarakan, sekitar 60% dapat bertahan untuk melakukan pembayaran rutin hanya selama satu hingga dua bulan sebelum kehabisan uang tunai. Diterangkan, hanya 10% yang bisa bertahan selama enam bulan atau lebih. Pada saat yang sama, kelompok industri mengatakan bahwa hampir 60% dari perusahaan (yang disurvei) telah kembali bekerja. People's Bank of China menjelaskan Perusahaan Kecil dan Menengah China menjadi sorotan, karena mereka merupakan 60% penyumbang ekonomi dan 80% penyerap tenaga kerja. Banyak perusahaan dan pekerja telah memperpanjang libur mereka sejak akhir Januari ketika China memperpanjang libur Tahun Baru Imlek hingga pertengahan Februari.
Managing Director Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva pada akhir pertemuan G-20 memperingatkan bank sentral di seluruh dunia bahwa China yang merupakan ekonomi terbesar kedua dunia akan mengalami penurunan tajam dalam pertumbuhan ekonomi di kuartal I tahun ini. Kantor berita BBC lebih lanjut memberitakan skenario awal IMF saat ini melihat perekonomian China baru akan kembali normal pada kuartal kedua tahun ini.
Bagaimana dengan Indonesia? Tentu ketika ekonomi China terguncang, Indonesia akan sangat terpengaruh. China adalah negara dengan tujuan perdagangan (ekspor dan impor) terbesar bagi Indonesia. Indef pun memprediksi ada tujuh dampak dari wabah ini. Pertama adalah sektor pariwisata, kedua , keluarnya modal asing, ketiga, perdagangan Indonesia-China terganggu; keempat, penjualan energi akan menurun, kelima, penurunan omzet perhotelan, keenam, terganggunya industri penerbangan, dan ketujuh penurunan devisa.
Artinya peringatan dari luar dan dalam negeri telah ada. Pemerintah harus bisa mengantisipasi jika tidak mau mengguncang ekonomi Tanah Air. Apalagi Presiden Joko Widodo telah menggelar rapat untuk membahas ini. Salah satu yang menjadi sorotan adalah menurunnya kunjungan wisatawan dari Negeri Tirai Bambu. Tentu dampak-dampak lain juga perlu diperhatikan. Setidaknya Indef telah memprediksi tujuh dampak yang harus bisa diantisipasi. IMF pun telah memberikan warning bahwa ekonomi akan kembali normal pada semester kedua nanti.
Optimisme menghadapi ancaman menjadi modal awal. Optimistis melihat peluang. Tanpa optimisme berarti kita akan kehilangan kemauan dan kemampuan. Ini yang harus ditanamkan semua pihak agar dampak ekonomi dari wabah virus korona bisa diantisipasi.
(mhd)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6324 seconds (0.1#10.140)