Wabah Virus Corona, Jokowi Perintahkan Evakuasi WNI di Wuhan
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memerintahkan jajarannya untuk segera mengevakuasi warga negara Indonesia (WNI) yang terisolasi di Wuhan dan daerah lain yang menjadi pusat wabah virus korona di Provinsi Hubei China.
Keputusan ini diambil setelah Presiden bertemu Menlu Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama, dan Kepala BNPB Doni Monardo di ruang tunggu Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, kemarin.
Sejauh ini pemerintah sudah melakukan sejumlah prakondisi evakuasi, seperti pendataan dan skenario evakuasi. Berdasar data resmi Kementerian Luar Negeri (Kemlu), WNI yang berada di Provinsi Hubei berjumlah 243.
Hingga kemarin dipastikan belum ada diantara mereka yang terpapar virus korona. “Tadi Bapak Presiden sudah memerintahkan agar evakuasi WNI Provinsi Hubei dilakukan segera,” kata Menlu Retno melalui siaran pers yang diterima SINDO kemarin. (Baca: Heboh Virus Corona, Lima Maskapai Masih Diizinkan Terbang ke China)
Menlu memastikan Pemerintah China siap memfasilitasi dalam membantu proses evakuasi ratusan warga Indonesia dari wilayah wabah. “Sudah ada perkembangan, dalam arti mereka bersedia bantu fasilitasi evakuasi (WNI),” katanya.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Teuku Faizasyah menegaskan, pemerintah sudah melakukan praevakuasi dengan mendata WNI yang berada di China. Praevakuasi dimaksud adalah pemutakhiran data WNI yang berada di Hubei yang dilakukan di bawah koordinasi Kedubes RI di Beijing dan dibantu mahasiswa PPI yang berada di China dan tim lintas kementerian.
Walaupun jumlah WNI terdata sebanyak 242 orang, jumlah ini bisa bertambah. “Kita memaklumi bahwa di era kemudahan perjalanan saat sekarang ada masyarakat kita yang mungkin tidak segera melaporkan diri mereka ke perwakilan,” ujar Faizasyah dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 bertajuk “Antisipasi Penyebaran Corona” di Ruang Serbaguna Kementerian Kominfo, Jakarta, kemarin.
Selain wakil Kemlu, diskusiyang dipandu Pemimpin Redaksi MNC Radio Network-MNCTrijaya FM Gaib Maruti Sigit tersebut juga melibatkan Direktur Keamanan Penerbangan pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Muhammad Alwi, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Agus Suprapto, serta Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono.
Untuk proses evakuasi, Anung Sugihantono memaparkan dua skenario evakuasi warga negara Indonesia yang berada di Hubei agar bisa meminimalkan penyebaran virus corona. Skenario itu diusulkan Kementerian Luar Negeri. Skenario pertama pemerintah akan menjemput WNI secara langsung dari Hubei dengan pesawat, apabila provinsi tersebut berstatus lockout atau tidak lagi terisolasi.
Skenario kedua, jika pemerintah setempat masih menyatakan status isolasi atau lockdown, WNI akan dibawa ke luar Hubei, kemudian dijemput di wilayah berbeda. “Kami masih menunggu informasi lanjutnya,” ujar Anung pada Forum Merdeka Barat 9 kemarin.
Bagaimana perlakukan mereka setiba di Tanah Air? Menurut Anung, begitu mereka tiba di Indonesia, ada beberapa tahapan berikutnya yang dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus corona. Hal ini dilakukan dengan mengetahui detail status WNI di sana, mulai nama, visa, alamat, dan mengetahui status kesehatannya lewat pemeriksaan di bandara dengan menggunakan evacuation capsule di bandara.
Namun, karena pemulangan WNI masih dalam status isolasi (lockdown), kepulangan mereka akan diawasi dalam proseskarantina. Sebaliknya, jika sta -tus di Hubei sudah lockout, me -reka akan dibagi menjadi duakelompok, yaitu peopleunderobservationdan suspect.
Anung menjelaskan, people under observation diberikan bila WNI yang baru kembali dari China dan dalam kondisi sehat dan tidak menunjukkan gejala sakit. Terhadap orang yang menjadi suspect, mereka akan langsung dirawat di ruang isolasi karena menunjukkan gejala terjangkit virus corona dan mendapatkan penanganan khusus.
Pada kesempatan tersebut Anung memastikan tidak ada WNI yang terjangkit virus corona. Hingga kemarin sejumlah rumah sakit di Tanah Air sudah diperiksa ada 16 orang,terdiri atas 7 WNA dan 19 WNI. Semua juga negatif terjangkit virus corona. “Kenapa Indonesia masih negatif? Ya inilah faktanya, kita berbicara fakta bahwa di sekitar kita ini semuanya ada kuman, dipastikan ada kuman mau bakteri mobil ras mau jamur ada di sekitar kita, tetapi tidak semua diantara kita sakit. Kejadian ini yang harus kita dorong untuk pengawasan yang sangat ketat,” tambah Anung.
Antisipasi
Pemerintah berusaha mencegah penyebaran virus corona agar tidak masuk di setiap gerbang masuk di wilayah NKRI. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menyediakan thermal scannerdi pintu-pintu masuk warga asing di bandara, pelabuhan, maupun kawasan perbatasan.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM total terdapat 201 tempat pemeriksaan imigrasi (TOI) yang terdiri atas 93 pelabuhan laut, 34 bandara, delapan pos lintas batas negara, 39 pos lintas batas, dan 27 pos lintas batas perairan. “Di seluruh tempat itu yang kita data berpotensi masuknya virus corona kita maksimalkan,” ujar Direktur Lalu Lintas Keimigrasian Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Cucu Koswara.
Cucu mengungkapkan, potensi penyebaran virus corona yang dikenal dengan Novel Coronavirus (2019-nCov) tak hanya berasal dari penumpang asal China. Pasalnya, sudah ada sejumlah negara yang warganya terindikasi virus corona di belahan Asia dan Eropa. “Karena itu, dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak Imigrasi kita wajibkan mengenakan masker dan peralatan perlindungan lain yang diperlukan,” katanya. (Baca juga: Pemerintah Sebut Sudah Ada Titik Cerah Evakuasi 243 WNI di Wuhan)
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemenko PMK, Agus Suprapto mengapresiasi koordinasi yang dilakukan antar kementerian maupun inst ansi. “Termasuk Menteri PMK sudah memberikan arahan kepada Kemenkes dan jajaran terkait, misalnya dengan menyiapkan rumah sakit rujukan dan memperketat pengawasan di pintu-pintu masuk,” ungkapnya. Kemlu, lanjut Agus, juga terus memantau KBRI, terutama di Beijing, demi melindungi WNI yang berada di daerah atau lokasi terjangkit.
Direktur Keamanan Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Muhammad Alwi menegaskan, sampai saat ini belum ada kasus penumpang pesawat udara Hubei yang terkena virus corona. Namun, pihaknya melalui Direktorat Keamanan Penerbangan, terus melakukan pemeriksaan di pintu masuk bandara melalui kedatangan internasional. “Penerbangan dari Wuhan sudah tidak ada sementara waktu ini. Namun, pemeriksaan penumpang dari negara lain yang terjangkit terus kami koordinasikan bersama kantor kesehatan pelabuhan udara,” ucapnya.
Dia juga memastikan thermal scanner terpasang di setiap bandara, terutama bandara-bandara utama seperti Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Bandara Ngurah Rai Bali, Bandara Hasanuddin Makassar, Bandara Kuala Namu Sumatera Utara, serta bandara internasional lain seperti Jayapura.
Alwi kemudian membeberkan, hingga saat ini masih mengizinkan lima maskapai untuk terbang ke China. Namun, untuk penerbangan ke Wuhan pihaknya sudah melakukan pelarangan. Alasannya, Wuhan sebagai kota yang terindikasi sebagai pusat penyebaran virus corona. “Kami selalu memberikan peringatan secara preventif, karena transportasi udara ini sifatnya bukan hanya lokal, tapi juga internasional, dari negara mana pun tetap kami izinkan beroperasi, kecuali ke Wuhan. Itu kita sudah stop karena ada beberapa bandara di China ini juga banyak, tidak hanya satu, bahkan ada 28 bandara,” ungkapnya.
Keputusan ini diambil setelah Presiden bertemu Menlu Retno Marsudi, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Wishnutama, dan Kepala BNPB Doni Monardo di ruang tunggu Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, Jakarta, kemarin.
Sejauh ini pemerintah sudah melakukan sejumlah prakondisi evakuasi, seperti pendataan dan skenario evakuasi. Berdasar data resmi Kementerian Luar Negeri (Kemlu), WNI yang berada di Provinsi Hubei berjumlah 243.
Hingga kemarin dipastikan belum ada diantara mereka yang terpapar virus korona. “Tadi Bapak Presiden sudah memerintahkan agar evakuasi WNI Provinsi Hubei dilakukan segera,” kata Menlu Retno melalui siaran pers yang diterima SINDO kemarin. (Baca: Heboh Virus Corona, Lima Maskapai Masih Diizinkan Terbang ke China)
Menlu memastikan Pemerintah China siap memfasilitasi dalam membantu proses evakuasi ratusan warga Indonesia dari wilayah wabah. “Sudah ada perkembangan, dalam arti mereka bersedia bantu fasilitasi evakuasi (WNI),” katanya.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Teuku Faizasyah menegaskan, pemerintah sudah melakukan praevakuasi dengan mendata WNI yang berada di China. Praevakuasi dimaksud adalah pemutakhiran data WNI yang berada di Hubei yang dilakukan di bawah koordinasi Kedubes RI di Beijing dan dibantu mahasiswa PPI yang berada di China dan tim lintas kementerian.
Walaupun jumlah WNI terdata sebanyak 242 orang, jumlah ini bisa bertambah. “Kita memaklumi bahwa di era kemudahan perjalanan saat sekarang ada masyarakat kita yang mungkin tidak segera melaporkan diri mereka ke perwakilan,” ujar Faizasyah dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 bertajuk “Antisipasi Penyebaran Corona” di Ruang Serbaguna Kementerian Kominfo, Jakarta, kemarin.
Selain wakil Kemlu, diskusiyang dipandu Pemimpin Redaksi MNC Radio Network-MNCTrijaya FM Gaib Maruti Sigit tersebut juga melibatkan Direktur Keamanan Penerbangan pada Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Muhammad Alwi, Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Agus Suprapto, serta Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono.
Untuk proses evakuasi, Anung Sugihantono memaparkan dua skenario evakuasi warga negara Indonesia yang berada di Hubei agar bisa meminimalkan penyebaran virus corona. Skenario itu diusulkan Kementerian Luar Negeri. Skenario pertama pemerintah akan menjemput WNI secara langsung dari Hubei dengan pesawat, apabila provinsi tersebut berstatus lockout atau tidak lagi terisolasi.
Skenario kedua, jika pemerintah setempat masih menyatakan status isolasi atau lockdown, WNI akan dibawa ke luar Hubei, kemudian dijemput di wilayah berbeda. “Kami masih menunggu informasi lanjutnya,” ujar Anung pada Forum Merdeka Barat 9 kemarin.
Bagaimana perlakukan mereka setiba di Tanah Air? Menurut Anung, begitu mereka tiba di Indonesia, ada beberapa tahapan berikutnya yang dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus corona. Hal ini dilakukan dengan mengetahui detail status WNI di sana, mulai nama, visa, alamat, dan mengetahui status kesehatannya lewat pemeriksaan di bandara dengan menggunakan evacuation capsule di bandara.
Namun, karena pemulangan WNI masih dalam status isolasi (lockdown), kepulangan mereka akan diawasi dalam proseskarantina. Sebaliknya, jika sta -tus di Hubei sudah lockout, me -reka akan dibagi menjadi duakelompok, yaitu peopleunderobservationdan suspect.
Anung menjelaskan, people under observation diberikan bila WNI yang baru kembali dari China dan dalam kondisi sehat dan tidak menunjukkan gejala sakit. Terhadap orang yang menjadi suspect, mereka akan langsung dirawat di ruang isolasi karena menunjukkan gejala terjangkit virus corona dan mendapatkan penanganan khusus.
Pada kesempatan tersebut Anung memastikan tidak ada WNI yang terjangkit virus corona. Hingga kemarin sejumlah rumah sakit di Tanah Air sudah diperiksa ada 16 orang,terdiri atas 7 WNA dan 19 WNI. Semua juga negatif terjangkit virus corona. “Kenapa Indonesia masih negatif? Ya inilah faktanya, kita berbicara fakta bahwa di sekitar kita ini semuanya ada kuman, dipastikan ada kuman mau bakteri mobil ras mau jamur ada di sekitar kita, tetapi tidak semua diantara kita sakit. Kejadian ini yang harus kita dorong untuk pengawasan yang sangat ketat,” tambah Anung.
Antisipasi
Pemerintah berusaha mencegah penyebaran virus corona agar tidak masuk di setiap gerbang masuk di wilayah NKRI. Salah satu upaya yang dilakukan adalah menyediakan thermal scannerdi pintu-pintu masuk warga asing di bandara, pelabuhan, maupun kawasan perbatasan.
Berdasarkan data Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM total terdapat 201 tempat pemeriksaan imigrasi (TOI) yang terdiri atas 93 pelabuhan laut, 34 bandara, delapan pos lintas batas negara, 39 pos lintas batas, dan 27 pos lintas batas perairan. “Di seluruh tempat itu yang kita data berpotensi masuknya virus corona kita maksimalkan,” ujar Direktur Lalu Lintas Keimigrasian Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM, Cucu Koswara.
Cucu mengungkapkan, potensi penyebaran virus corona yang dikenal dengan Novel Coronavirus (2019-nCov) tak hanya berasal dari penumpang asal China. Pasalnya, sudah ada sejumlah negara yang warganya terindikasi virus corona di belahan Asia dan Eropa. “Karena itu, dalam pemeriksaan yang dilakukan oleh pihak Imigrasi kita wajibkan mengenakan masker dan peralatan perlindungan lain yang diperlukan,” katanya. (Baca juga: Pemerintah Sebut Sudah Ada Titik Cerah Evakuasi 243 WNI di Wuhan)
Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kesehatan Kemenko PMK, Agus Suprapto mengapresiasi koordinasi yang dilakukan antar kementerian maupun inst ansi. “Termasuk Menteri PMK sudah memberikan arahan kepada Kemenkes dan jajaran terkait, misalnya dengan menyiapkan rumah sakit rujukan dan memperketat pengawasan di pintu-pintu masuk,” ungkapnya. Kemlu, lanjut Agus, juga terus memantau KBRI, terutama di Beijing, demi melindungi WNI yang berada di daerah atau lokasi terjangkit.
Direktur Keamanan Penerbangan Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub Muhammad Alwi menegaskan, sampai saat ini belum ada kasus penumpang pesawat udara Hubei yang terkena virus corona. Namun, pihaknya melalui Direktorat Keamanan Penerbangan, terus melakukan pemeriksaan di pintu masuk bandara melalui kedatangan internasional. “Penerbangan dari Wuhan sudah tidak ada sementara waktu ini. Namun, pemeriksaan penumpang dari negara lain yang terjangkit terus kami koordinasikan bersama kantor kesehatan pelabuhan udara,” ucapnya.
Dia juga memastikan thermal scanner terpasang di setiap bandara, terutama bandara-bandara utama seperti Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Bandara Ngurah Rai Bali, Bandara Hasanuddin Makassar, Bandara Kuala Namu Sumatera Utara, serta bandara internasional lain seperti Jayapura.
Alwi kemudian membeberkan, hingga saat ini masih mengizinkan lima maskapai untuk terbang ke China. Namun, untuk penerbangan ke Wuhan pihaknya sudah melakukan pelarangan. Alasannya, Wuhan sebagai kota yang terindikasi sebagai pusat penyebaran virus corona. “Kami selalu memberikan peringatan secara preventif, karena transportasi udara ini sifatnya bukan hanya lokal, tapi juga internasional, dari negara mana pun tetap kami izinkan beroperasi, kecuali ke Wuhan. Itu kita sudah stop karena ada beberapa bandara di China ini juga banyak, tidak hanya satu, bahkan ada 28 bandara,” ungkapnya.
(ysw)