Siaga Virus Korona

Senin, 20 Januari 2020 - 05:54 WIB
Siaga Virus Korona
Siaga Virus Korona
A A A
Virus korona yang sedang mewabah di China menuntut kewaspadaan dan langkah sigap dari pemerintah. Jangan sampai terlambat melakukan langkah antisi­pa­si terhadap penyebaran virus penyebab pneumonia be­rat ini. Caranya, pastikan seluruh pintu masuk ke Indo­esia, terutama di bandara internasional dan pe­la­buh­an, dilakukan pemeriksaan dengan menyasar penum­pang yang datang dari China, negara tempat virus ini mewabah.

Cukup melegakan apa yang disampaikan Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto pada Jumat (17/1) lalu bahwa pihaknya kini telah menyiagakan seluruh satuan kesehatan di bandara internasional dan pelabuhan. Sebagaimana antisipasi penyebaran virus sebelum-sebelumnya, hal paling utama yang dilakukan adalah memasang alat thermal detector.

Langkah antisipasi oleh Kementerian Kesehatan ini penting demi memberi rasa aman dan tenang bagi warga Indonesia di tengah ramainya pemberitaan mengenai penyebaran virus yang bisa memicu kematian ini. Sejauh ini memang belum ada bukti yang menunjukkan bahwa virus korona ini bisa menular dari manusia ke manusia. Penyebaran ke manusia ditengarai berasal dari hewan. Namun langkah antisipasi dini tetap diperlukan.

Tidak hanya Indonesia, negara seperti Amerika Serikat pun su­dah melakukan pemeriksaan ketat di bandara demi mencegah ma­suknya vi­rus ini. Kekhawatiran negara-negara di dunia semakin be­sar karena da­lam waktu dekat akan berlangsung perayaan Tahun Ba­ru China, yak­ni pada akhir Januari.

Pada saat itu diperkirakan jutaan warga Chi­na akan bepergian pulang atau ke luar negeri. Pergerakan ma­nusia dari China dalam jumlah besar ini tentu memerlukan lang­kah antisipasi oleh setiap negara, termasuk Indonesia.

Bahkan, khu­sus Indonesia, tanpa momentum Tahun Baru Imlek pun tetap harus me­masang kewaspadaan tinggi. Hal itu tak lepas dari fakta ba­nyak­nya turis dari Negeri Tirai Bambu yang berkunjung ke Indonesia se­tiap waktu. Jumlah turis China merupakan yang terbesar kedua ke Indo­nesia setelah Malaysia.

Sebagai gambaran, Badan Pusat Sta­tis­tik (BPS) pada Januari-Agustus 2019 menyebut turis China yang ber­wi­sata ke Tanah Air mencapai 193.400 kunjungan. Ini mencakup 12,43% dari total kunjungan turis mancanegara ke Indonesia pada periode tersebut.

Perkembangan penyebaran virus ini memang kian meng­kha­wa­tir­kan sejak pertama kali terungkap di Wuhan, China bagian timur, pa­da awal Desember 2019. Sejauh ini sudah dua korban yang di­nya­ta­kan meninggal dunia setelah terinfeksi.

Ada lebih dari 60 kasus yang sudah terkonfirmasi, tetapi angka tersebut bisa jadi jauh lebih be­sar. Tiga kasus telah terdeteksi di luar China, dua di Thailand dan sa­tu di Jepang. Para pejabat kesehatan di Thailand dan Jepang me­nga­takan kedua korban mengunjungi Wuhan sebelum jatuh sakit.

Jenis virus baru yang menggemparkan ini adalah 2019-nCoV. Ini diketahui sebagai virus dari jenis korona dan merupakan keluarga virus yang dapat menyebabkan gejala seperti pilek hingga severe acute respiratory syndrome (SARS).

Jika terinfeksi virus korona akan timbul demam, batuk, dan sesak napas sehingga sangat berbahaya pada lansia atau orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah atau sedang terinfeksi jenis penyakit lain. Dalam kasus yang parah, infeksi ini dapat berakibat pada gagal pernapasan dan gagal ginjal.

Pemeriksaan terhadap warga yang datang dari China tentu tidak cukup. Perlu langkah lain, termasuk mengingatkan WNI yang akan ber­kunjung ke China agar waspada. Sedapat mungkin aktivitas se­lama berada di negara tersebut tidak mendekati pasar hewan. Ji­kapun sulit dihindari seyogianya tetap memakai alat perlindung­an diri, misalnya masker, kacamata, sarung tangan.

Di dalam negeri juga perlu ada pengumuman melalui media atau saluran lain yang dianggap efektif. Papan peringatan terutama perlu dipasang di bandara. Tak kalah penting, masyarakat perlu diimbau agar tidak segan memeriksakan diri jika mendapati gejala yang mengarah ke penyakit ini. Petugas kesehatan di rumah sakit di daerah juga perlu disiapkan jika sewaktu-waktu ditemukan kasus.

Kewaspadaan tinggi dengan memeriksa setiap pendatang dari negara yang terjangkit virus sebenarnya bukan hal yang baru dilakukan. Di antaranya ketika menyebar virus SARS pada 2002-2003. Waktu itu tidak kurang dari 774 orang yang meninggal akibat terjangkit virus ini di puluhan negara berbeda. Sementara itu sejak 2012 ada 858 orang yang meninggal akibat terjangkit virus MERS, yang sebagian besar kasusnya terjadi di Arab Saudi.

Namun, kendati perlu kewaspadaan tinggi, masyarakat tetap perlu tenang dan tidak khawatir berlebihan dalam merespons ramainya berita tentang penyebaran virus korona. Hal terpenting adalah tetap waspada dan melakukan persiapan ketika hendak bepergian ke luar negeri, terutama ke China.
(nag)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6351 seconds (0.1#10.140)