Siaga Virus Korona
A
A
A
Virus korona yang sedang mewabah di China menuntut kewaspadaan dan langkah sigap dari pemerintah. Jangan sampai terlambat melakukan langkah antisipasi terhadap penyebaran virus penyebab pneumonia berat ini. Caranya, pastikan seluruh pintu masuk ke Indoesia, terutama di bandara internasional dan pelabuhan, dilakukan pemeriksaan dengan menyasar penumpang yang datang dari China, negara tempat virus ini mewabah.
Cukup melegakan apa yang disampaikan Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto pada Jumat (17/1) lalu bahwa pihaknya kini telah menyiagakan seluruh satuan kesehatan di bandara internasional dan pelabuhan. Sebagaimana antisipasi penyebaran virus sebelum-sebelumnya, hal paling utama yang dilakukan adalah memasang alat thermal detector.
Langkah antisipasi oleh Kementerian Kesehatan ini penting demi memberi rasa aman dan tenang bagi warga Indonesia di tengah ramainya pemberitaan mengenai penyebaran virus yang bisa memicu kematian ini. Sejauh ini memang belum ada bukti yang menunjukkan bahwa virus korona ini bisa menular dari manusia ke manusia. Penyebaran ke manusia ditengarai berasal dari hewan. Namun langkah antisipasi dini tetap diperlukan.
Tidak hanya Indonesia, negara seperti Amerika Serikat pun sudah melakukan pemeriksaan ketat di bandara demi mencegah masuknya virus ini. Kekhawatiran negara-negara di dunia semakin besar karena dalam waktu dekat akan berlangsung perayaan Tahun Baru China, yakni pada akhir Januari.
Pada saat itu diperkirakan jutaan warga China akan bepergian pulang atau ke luar negeri. Pergerakan manusia dari China dalam jumlah besar ini tentu memerlukan langkah antisipasi oleh setiap negara, termasuk Indonesia.
Bahkan, khusus Indonesia, tanpa momentum Tahun Baru Imlek pun tetap harus memasang kewaspadaan tinggi. Hal itu tak lepas dari fakta banyaknya turis dari Negeri Tirai Bambu yang berkunjung ke Indonesia setiap waktu. Jumlah turis China merupakan yang terbesar kedua ke Indonesia setelah Malaysia.
Sebagai gambaran, Badan Pusat Statistik (BPS) pada Januari-Agustus 2019 menyebut turis China yang berwisata ke Tanah Air mencapai 193.400 kunjungan. Ini mencakup 12,43% dari total kunjungan turis mancanegara ke Indonesia pada periode tersebut.
Perkembangan penyebaran virus ini memang kian mengkhawatirkan sejak pertama kali terungkap di Wuhan, China bagian timur, pada awal Desember 2019. Sejauh ini sudah dua korban yang dinyatakan meninggal dunia setelah terinfeksi.
Ada lebih dari 60 kasus yang sudah terkonfirmasi, tetapi angka tersebut bisa jadi jauh lebih besar. Tiga kasus telah terdeteksi di luar China, dua di Thailand dan satu di Jepang. Para pejabat kesehatan di Thailand dan Jepang mengatakan kedua korban mengunjungi Wuhan sebelum jatuh sakit.
Jenis virus baru yang menggemparkan ini adalah 2019-nCoV. Ini diketahui sebagai virus dari jenis korona dan merupakan keluarga virus yang dapat menyebabkan gejala seperti pilek hingga severe acute respiratory syndrome (SARS).
Jika terinfeksi virus korona akan timbul demam, batuk, dan sesak napas sehingga sangat berbahaya pada lansia atau orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah atau sedang terinfeksi jenis penyakit lain. Dalam kasus yang parah, infeksi ini dapat berakibat pada gagal pernapasan dan gagal ginjal.
Pemeriksaan terhadap warga yang datang dari China tentu tidak cukup. Perlu langkah lain, termasuk mengingatkan WNI yang akan berkunjung ke China agar waspada. Sedapat mungkin aktivitas selama berada di negara tersebut tidak mendekati pasar hewan. Jikapun sulit dihindari seyogianya tetap memakai alat perlindungan diri, misalnya masker, kacamata, sarung tangan.
Di dalam negeri juga perlu ada pengumuman melalui media atau saluran lain yang dianggap efektif. Papan peringatan terutama perlu dipasang di bandara. Tak kalah penting, masyarakat perlu diimbau agar tidak segan memeriksakan diri jika mendapati gejala yang mengarah ke penyakit ini. Petugas kesehatan di rumah sakit di daerah juga perlu disiapkan jika sewaktu-waktu ditemukan kasus.
Kewaspadaan tinggi dengan memeriksa setiap pendatang dari negara yang terjangkit virus sebenarnya bukan hal yang baru dilakukan. Di antaranya ketika menyebar virus SARS pada 2002-2003. Waktu itu tidak kurang dari 774 orang yang meninggal akibat terjangkit virus ini di puluhan negara berbeda. Sementara itu sejak 2012 ada 858 orang yang meninggal akibat terjangkit virus MERS, yang sebagian besar kasusnya terjadi di Arab Saudi.
Namun, kendati perlu kewaspadaan tinggi, masyarakat tetap perlu tenang dan tidak khawatir berlebihan dalam merespons ramainya berita tentang penyebaran virus korona. Hal terpenting adalah tetap waspada dan melakukan persiapan ketika hendak bepergian ke luar negeri, terutama ke China.
Cukup melegakan apa yang disampaikan Menteri Kesehatan (Menkes) Terawan Agus Putranto pada Jumat (17/1) lalu bahwa pihaknya kini telah menyiagakan seluruh satuan kesehatan di bandara internasional dan pelabuhan. Sebagaimana antisipasi penyebaran virus sebelum-sebelumnya, hal paling utama yang dilakukan adalah memasang alat thermal detector.
Langkah antisipasi oleh Kementerian Kesehatan ini penting demi memberi rasa aman dan tenang bagi warga Indonesia di tengah ramainya pemberitaan mengenai penyebaran virus yang bisa memicu kematian ini. Sejauh ini memang belum ada bukti yang menunjukkan bahwa virus korona ini bisa menular dari manusia ke manusia. Penyebaran ke manusia ditengarai berasal dari hewan. Namun langkah antisipasi dini tetap diperlukan.
Tidak hanya Indonesia, negara seperti Amerika Serikat pun sudah melakukan pemeriksaan ketat di bandara demi mencegah masuknya virus ini. Kekhawatiran negara-negara di dunia semakin besar karena dalam waktu dekat akan berlangsung perayaan Tahun Baru China, yakni pada akhir Januari.
Pada saat itu diperkirakan jutaan warga China akan bepergian pulang atau ke luar negeri. Pergerakan manusia dari China dalam jumlah besar ini tentu memerlukan langkah antisipasi oleh setiap negara, termasuk Indonesia.
Bahkan, khusus Indonesia, tanpa momentum Tahun Baru Imlek pun tetap harus memasang kewaspadaan tinggi. Hal itu tak lepas dari fakta banyaknya turis dari Negeri Tirai Bambu yang berkunjung ke Indonesia setiap waktu. Jumlah turis China merupakan yang terbesar kedua ke Indonesia setelah Malaysia.
Sebagai gambaran, Badan Pusat Statistik (BPS) pada Januari-Agustus 2019 menyebut turis China yang berwisata ke Tanah Air mencapai 193.400 kunjungan. Ini mencakup 12,43% dari total kunjungan turis mancanegara ke Indonesia pada periode tersebut.
Perkembangan penyebaran virus ini memang kian mengkhawatirkan sejak pertama kali terungkap di Wuhan, China bagian timur, pada awal Desember 2019. Sejauh ini sudah dua korban yang dinyatakan meninggal dunia setelah terinfeksi.
Ada lebih dari 60 kasus yang sudah terkonfirmasi, tetapi angka tersebut bisa jadi jauh lebih besar. Tiga kasus telah terdeteksi di luar China, dua di Thailand dan satu di Jepang. Para pejabat kesehatan di Thailand dan Jepang mengatakan kedua korban mengunjungi Wuhan sebelum jatuh sakit.
Jenis virus baru yang menggemparkan ini adalah 2019-nCoV. Ini diketahui sebagai virus dari jenis korona dan merupakan keluarga virus yang dapat menyebabkan gejala seperti pilek hingga severe acute respiratory syndrome (SARS).
Jika terinfeksi virus korona akan timbul demam, batuk, dan sesak napas sehingga sangat berbahaya pada lansia atau orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah atau sedang terinfeksi jenis penyakit lain. Dalam kasus yang parah, infeksi ini dapat berakibat pada gagal pernapasan dan gagal ginjal.
Pemeriksaan terhadap warga yang datang dari China tentu tidak cukup. Perlu langkah lain, termasuk mengingatkan WNI yang akan berkunjung ke China agar waspada. Sedapat mungkin aktivitas selama berada di negara tersebut tidak mendekati pasar hewan. Jikapun sulit dihindari seyogianya tetap memakai alat perlindungan diri, misalnya masker, kacamata, sarung tangan.
Di dalam negeri juga perlu ada pengumuman melalui media atau saluran lain yang dianggap efektif. Papan peringatan terutama perlu dipasang di bandara. Tak kalah penting, masyarakat perlu diimbau agar tidak segan memeriksakan diri jika mendapati gejala yang mengarah ke penyakit ini. Petugas kesehatan di rumah sakit di daerah juga perlu disiapkan jika sewaktu-waktu ditemukan kasus.
Kewaspadaan tinggi dengan memeriksa setiap pendatang dari negara yang terjangkit virus sebenarnya bukan hal yang baru dilakukan. Di antaranya ketika menyebar virus SARS pada 2002-2003. Waktu itu tidak kurang dari 774 orang yang meninggal akibat terjangkit virus ini di puluhan negara berbeda. Sementara itu sejak 2012 ada 858 orang yang meninggal akibat terjangkit virus MERS, yang sebagian besar kasusnya terjadi di Arab Saudi.
Namun, kendati perlu kewaspadaan tinggi, masyarakat tetap perlu tenang dan tidak khawatir berlebihan dalam merespons ramainya berita tentang penyebaran virus korona. Hal terpenting adalah tetap waspada dan melakukan persiapan ketika hendak bepergian ke luar negeri, terutama ke China.
(nag)