Jaga Kualitas Anak dengan Mencegah Alergi di Sejak Dini
A
A
A
JAKARTA - Kasus alergi pada anak maupun dewasa sering ditemukan di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Data World Allergy Organization 2011 menunjukkan terdapat sekitar 30-40 persen populasi di dunia mengalami kondisi alergi.
Pencegahan alergi sejak dini perlu menjadi perhatian orang tua karena dapat mempengaruhi asupan nutrisi pada masa 1.000 hari pertama kehidupan hingga berdampak pada tumbuh kembang dan kualitas hidup anak di masa depan.
"Dampak alergi tidak boleh dianggap remeh karena tidak hanya berhenti pada gejala yang dialami, tetapi juga berpengaruh pada kualitas hidup anak dan akan menjadi beban orang tua dalam hal biaya penangananya," ujar Prof Zakiudin Munasir, dalam Syneo Symposium di Jakarta, Minggu (12/1/2020).
"Dibutuhkan tindakan pencegahan mulai dari identifikasi faktor risiko, seperti riwayat keluarga, hingga pemberian nutrisi yang tepat untuk mendukung sistem imun yang lebih baik. Hal ini karena nyatanya, semua orang bisa mengalami alergi, namun dengan tingkat risiko yang berbeda-beda," tambahnya.
Selain pajanan allergen seperti pada kulit, polusi, atau lingkungan mikrobiota yang buruk di saluran cerna, seorang anak juga dapat mengalami kondisi alergi dari faktor keturunan.
"Bahkan, jika kedua orang tua mengalami alergi, risiko anak mengalami alergi dapat meningkatkan hingga 80%. Anak tanpa riwayat alergi di keluarga sekalipun masih berisiko menderita alergi sebesar 5-15%," jelas Zakiudin.
Selain dampak kesehatan, tingginya beban biaya yang diakibatkan oleh kondisi alergi semakin menekankan pentingnya tindakan pencegahan. Secara umum, terdapat 4 (empat) sumber beban biaya yang dialami oleh pasien dan keluarga dalam kondisi alergi, yaitu biaya pengobatan, biaya tambahan terkait nutrisi pengganti, penghindaran alergen, biaya konsultasi, hingga biaya imunoterapi.
Syneo Symposium juga menghadirkan seorang peneliti dari National University of Singapore Christophe Lay, PhD. yang menyajikan pembahasan terkini mengenai strategi nutrisi untuk mencegah kondisi alergi. Christophe menjelaskan bahwa keseimbangan mikrobiota saluran cerna berperan penting mendukung sistem imun yang baik dan melindungi anak dari risiko alergi.
Uniknya, mikrobiota saluran cerna merupakan kondisi yang diturunkan dari ibu kepada anaknya secara turun temurun. Keseimbangan mikrobiota saluran cerna juga dapat terganggu akibat faktor lingkungan seperti metode kelahiran, asupan nutrisi, hingga penggunaan antibiotik.
"Nutrisi yang dikonsumsi anak, terutama pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan, berperan penting dalam mendukung keseimbangan mikrobiota di saluran cerna. Penelitian baru-baru ini menemukan bahwa syneo atau sinbiotik, kombinasi prebiotik scGOS lcFOS 9:1 dan probiotik B breve M16V secara klinis terbukti," Christophe yang juga merupakan peneliti di Danone Nutricia Research, Singapore.
"Mendukung perbaikan kolonisasi Bifidobakterium serta kondisi fisiologis saluran cerna pada bayi dengan kelahiran sesar hingga menurunkan kejadian eczema yaitu manifestasi gejala alergi yang umum terjadi di awal kehidupan," tambahnya.
Diselenggarakan selama satu hari, Syneo Symposium membahas strategi nutrisi yang dibutuhkan untuk mencegah kasus alergi pada anak.
"Syneo Symposium membahas situasi terkini dari kondisi alergi di dunia, faktor risiko, strategi nutrisi, hingga dampak terhadap tumbuh kembang dan kualitas hidup anak," ujar Prof Rini Sekartini Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) cabang DKI Jakarta sebagai penyelenggara acara.
"Hal ini penting diketahui oleh para dokter anak dan tenaga kesehatan lainnya untuk meminimalisir potensi anak mengalami kondisi alergi dan dampaknya di kemudian hari," ungkapnya.
Pencegahan alergi sejak dini perlu menjadi perhatian orang tua karena dapat mempengaruhi asupan nutrisi pada masa 1.000 hari pertama kehidupan hingga berdampak pada tumbuh kembang dan kualitas hidup anak di masa depan.
"Dampak alergi tidak boleh dianggap remeh karena tidak hanya berhenti pada gejala yang dialami, tetapi juga berpengaruh pada kualitas hidup anak dan akan menjadi beban orang tua dalam hal biaya penangananya," ujar Prof Zakiudin Munasir, dalam Syneo Symposium di Jakarta, Minggu (12/1/2020).
"Dibutuhkan tindakan pencegahan mulai dari identifikasi faktor risiko, seperti riwayat keluarga, hingga pemberian nutrisi yang tepat untuk mendukung sistem imun yang lebih baik. Hal ini karena nyatanya, semua orang bisa mengalami alergi, namun dengan tingkat risiko yang berbeda-beda," tambahnya.
Selain pajanan allergen seperti pada kulit, polusi, atau lingkungan mikrobiota yang buruk di saluran cerna, seorang anak juga dapat mengalami kondisi alergi dari faktor keturunan.
"Bahkan, jika kedua orang tua mengalami alergi, risiko anak mengalami alergi dapat meningkatkan hingga 80%. Anak tanpa riwayat alergi di keluarga sekalipun masih berisiko menderita alergi sebesar 5-15%," jelas Zakiudin.
Selain dampak kesehatan, tingginya beban biaya yang diakibatkan oleh kondisi alergi semakin menekankan pentingnya tindakan pencegahan. Secara umum, terdapat 4 (empat) sumber beban biaya yang dialami oleh pasien dan keluarga dalam kondisi alergi, yaitu biaya pengobatan, biaya tambahan terkait nutrisi pengganti, penghindaran alergen, biaya konsultasi, hingga biaya imunoterapi.
Syneo Symposium juga menghadirkan seorang peneliti dari National University of Singapore Christophe Lay, PhD. yang menyajikan pembahasan terkini mengenai strategi nutrisi untuk mencegah kondisi alergi. Christophe menjelaskan bahwa keseimbangan mikrobiota saluran cerna berperan penting mendukung sistem imun yang baik dan melindungi anak dari risiko alergi.
Uniknya, mikrobiota saluran cerna merupakan kondisi yang diturunkan dari ibu kepada anaknya secara turun temurun. Keseimbangan mikrobiota saluran cerna juga dapat terganggu akibat faktor lingkungan seperti metode kelahiran, asupan nutrisi, hingga penggunaan antibiotik.
"Nutrisi yang dikonsumsi anak, terutama pada masa 1000 Hari Pertama Kehidupan, berperan penting dalam mendukung keseimbangan mikrobiota di saluran cerna. Penelitian baru-baru ini menemukan bahwa syneo atau sinbiotik, kombinasi prebiotik scGOS lcFOS 9:1 dan probiotik B breve M16V secara klinis terbukti," Christophe yang juga merupakan peneliti di Danone Nutricia Research, Singapore.
"Mendukung perbaikan kolonisasi Bifidobakterium serta kondisi fisiologis saluran cerna pada bayi dengan kelahiran sesar hingga menurunkan kejadian eczema yaitu manifestasi gejala alergi yang umum terjadi di awal kehidupan," tambahnya.
Diselenggarakan selama satu hari, Syneo Symposium membahas strategi nutrisi yang dibutuhkan untuk mencegah kasus alergi pada anak.
"Syneo Symposium membahas situasi terkini dari kondisi alergi di dunia, faktor risiko, strategi nutrisi, hingga dampak terhadap tumbuh kembang dan kualitas hidup anak," ujar Prof Rini Sekartini Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) cabang DKI Jakarta sebagai penyelenggara acara.
"Hal ini penting diketahui oleh para dokter anak dan tenaga kesehatan lainnya untuk meminimalisir potensi anak mengalami kondisi alergi dan dampaknya di kemudian hari," ungkapnya.
(maf)