Dengan SDM yang Biasa, Indonesia Tak Akan Maju

Kamis, 09 Januari 2020 - 07:31 WIB
Dengan SDM yang Biasa, Indonesia Tak Akan Maju
Dengan SDM yang Biasa, Indonesia Tak Akan Maju
A A A
Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Wakil Presiden (Wapres) KH Ma’ruf Amin berkomitmen untuk fokus membangun sumber daya manusia (SDM) yang unggul. Tanpa didukung SDM yang hebat, tidak mungkin cita-cita menjadikan Indonesia maju bisa terwujud dengan baik.

Berbagai kebijakan baru diluncurkan oleh pemerintah untuk mendukung keberhasilan pembangunan SDM, dari mengurangi stunting, peningkatan kemampuan (skill) lewat pendidikan vokasi, pemberian Kartu Pra Kerja, reformasi pendidikan formal, hingga reformasi birokrasi.

Dengan berbagai langkah di atas, Kiai Ma’ruf berharap terwujud SDM yang tidak saja sehat, cerdas, produktif, berakhlak mulia tapi juga mempunyai fighting spirit yang tinggi. Selain itu, Kiai Ma’ruf juga menyinggung pentingnya stabilitas nasional sebagai bekal pembangunan bangsa menuju Indonesia Maju.

Hanya dengan kerukunan nasional, termasuk kerukunan umat beragama di dalamnya, tujuan mulia tersebut bisa tercapai. Berikut petikan wawancara khusus dengan KH Ma’ruf Amin di Kantor Wakil Presiden beberapa waktu lalu.

Pembangunan SDM jadi fokus utama pemerintah saat ini. Apa target pemerintah dalam pembangunan SDM ini?


Pertama, yang tentu kita benahi adalah kemampuan sumber daya kita yang masih lemah. Kita beri keahlian atau skilling, yang sudah atau upskilling itu melalui pendidikan vokasi. Kita ingin mengubah supaya mereka memiliki keterampilan sesuai tuntutan pasar kerja.

Kemudian bagi mereka yang memiliki bakat untuk menjadi pengusaha atau entrepreneur, kita arahkan juga agar mereka diberikan arahan dan bimbingan. Termasuk juga kemudian bagi mereka yang sudah di-training akan diberikan Kartu Pra Kerja. Supaya mereka menjadi tertarik, bahkan ada insentif yang diberikan sebelum mereka mendapatkan pekerjaan.

Jangka panjangnya, kita melakukan upaya pembenahan melalui reformasi pendidikan formal. Supaya pendidikan kita itu output-nya atau tamatannya itu memiliki kompetensi sesuai tuntutan, memiliki juga integritas sebagai warga bangsa. Kalau kita simpulkan, kita ingin membangun sumber daya manusia yang sehat, cerdas, dan juga produktif.

Jadi tidak hanya pintar, tapi juga harus produktif. Karena itu, keberhasilan-keberhasilan harus dilihat dari segi seberapa produktivitasnya. Ini kita yang akan dorong. Tentu terakhir adalah berakhlak mulia. Dan kita juga mempunyai semangat bersaing yang tinggi.

Harus ada fighting spirit. Kalau tidak ada fighting spirit akan loyo. Nah, ini kita akan dorong. Sumber daya manusia kita harus kita dorong sehat, cerdas, produktif, berakhlak mulia tapi juga mempunyai fighting spirit yang tinggi.

Kita mendapatkan bonus demografi. Bagaimana kesiapan anak-anak muda Indonesia?

Kita sebenarnya masih prihatin dengan sumber daya manusia kita. Dengan SDM kita masih biasa-biasa saja, tidak mungkin kita menjadi Indonesia Maju. Oleh karena itu, kita akan mengubah wajah sumber daya manusia kita itu menjadi SDM unggul, karena kita menganggap yang sekarang ini masih biasa-biasa saja.

Itulah yang akan dipacu oleh pemerintah supaya terlahir sumber daya manusia unggul untuk kita siapkan ke depan. Nah, kita tentu fasenya sekarang ini membangun landasannya supaya nanti 2024 ke atas sudah bisa tinggal landas menuju Indonesia Maju. Tapi kalau kita tidak mempersiapkan landasannya, tidak akan bisa tinggal landas.

Penurunan angka stunting jadi langkah pembangunan SDM. Untuk tahun 2020 ini, apa yang akan dilakukan?

Sampai 2024 menurut RPJMN, kita itu (angka stunting) 19%. Sekarang 27-an%. Kita ingin menurunkan di RPJMN di 19%. Tapi kita punya misi ingin lebih dari itu. Kalau bisa sampai 14%. Kita ingin mengejar itu. Oleh karena itu, untuk sunting, kita melakukan upaya-upaya yang intensif dan serius.

Lalu juga melakukan koordinasi, melibatkan semua lembaga terkait, dengan pemda baik provinsi maupun kabupaten/kota. Termasuk juga perusahaan-perusahaan swasta ikut mengambil bagian dalam penanganan stunting yang lokasinya disesuaikan dengan daerah-daerah di mana mereka berkegiatan.

Di mana fokus penanganan penurunan angka stunting tahun 2020?


Ada 100 daerah yang menjadi sasaran baik di Jawa maupun di luar Jawa. Tentu daerah-daerah yang paling tinggi tingkat stunting-nya itu menjadi fokus.

Bagaimana pelibatan sektor swasta dalam upaya penurunan angka stunting?

Ya, perusahaan swasta itu nanti kita arahkan di mana mengambil peran. Nanti bekerja sama dengan pemerintah daerah. Misalnya daerah Banten, Jawa Barat, atau Jawa tengah. Perusahaan-perusahaan swasta ini nanti kita libatkan untuk mengambil posisi di daerah-daerah itu.

Apakah nantinya CSR diarahkan untuk penanggulangan stunting?

Betul

Selain stunting, apalagi yang menjadi fokus pemerintah di bidang kesehatan?


Ya kan sedang membenahi persoalan BPJS. Itu penting. Terutama pengelolaan manajemennya. Supaya kita mengurangi defisit. Dan kewajiban pemerintah kepada mereka yang miskin atau yang rentan. Yang sudah ditanggung pemerintah itu kan 96 juta sekian dan dananya sudah dialokasikan oleh pemerintah.

Tapi kemudian juga yang sebenarnya itu mandiri tidak memenuhi kewajibannya, sehingga menambah lagi tambahan-tambahan dana dari pemerintah. Ini sedang kita benahi. Kemudian kita ingin mengarahkan juga fokusnya tidak pada penanggulangan, tapi pada yang sifatnya pencegahan. Baik melalui program Indonesia dengan pendekatan keluarga maupun Germas.

Ini akan menjadi fokus kita sehingga nanti puskesmas-puskemas itu lebih diarahkan tidak menanggulangi orang-orang yang sakit, tetapi juga melakukan upaya pencegahan. Termasuk juga konsumsinya. GGL itu gula garam lemak. Konsumsi itu dikurangi. Jadi upaya seperti edukasi, sosialisasi sehingga biaya pengobatan lebih kecil karena sehat.

Selain itu, apa saja target pada 2020?


Tahun 2020, Omnibus Law sudah masuk Prolegnas di DPR, sebab penyederhanaan regulasi itu yang akan disederhanakan itu mencapai 70 lebih undang-undang. Ini supaya jangan menghambat investasi. Kemudian juga tentang reformasi birokrasi yang sudah dilakukan ini menurut yang kita amati, baru kulitnya saja.

Belum paru-parunya, belum jantungnya. Nah, salah satunya itu adalah bagaimana kita mengubah yang sifatnya pelayanan administratif menjadi fungsional. Yang administratif itu bisa menggunakan sistem digital. Kalau bahasa sekarang menggunakan artificial intelligence (AI), sehingga orang tidak berhubungan dengan orang tapi dia dengan sistem yang berjalan.

Bagaimana pembangunan SDM aparatur negara?

Kita sedang mematangkan reformasi seperti reformasi birokrasi ke depannya. Tentang alih fungsi dari administrasi ke fungsional.

Apakah ada kekhawatiran dari aparatur negara dengan perampingan birokrasi?


Yang penting, kita ingin agar mereka tidak dirugikan. Intinya begitu. Mereka tidak dirugikan sebagai ASN. Tidak dibuang begitu saja, tapi dialihtugaskan dengan tugas yang lebih diperlukan. Nah, ini sedang dikaji. Ini masih dalam proses.

Bagaimana dengan peningkatan kompetensi aparatur negara?


Pasti. Harus. Akan terus dilakukan peningkatan-peningkatan kemampuan. Pelatihan. Dengan cara training, supaya mereka mampu melakukan tugas-tugas fungsionalnya.

Soal kerukunan umat beragama di Indonesia. Apakah tahun ini ada peningkatan kerukunan umat beragama?


Menurut saya iya, sebab kerukunan umat bergama itu sumber utama kerukunan nasional. Kalau kerukunan umat beragama terganggu, kerukunan nasional terganggu. Maka itu, ini sumber utama. Sekarang itu pranata-pranatanya itu sudah ada. Misalnya FKUB baik di provinsi maupun kabupaten/kota, termasuk majelis-majelis agama.

Saya sudah mengumpulkan majelis-majelis agama untuk berbincang dan membuat kesepakatan untuk mengawal kerukunan ini dan untuk menghindari narasi kebencian, permusuhan. Ini harus diakhiri, kita harus membangun narasi saling membantu, saling mencintai, dan saling menyayangi, membangun keutuhan.

Narasi positif lah, jangan narasi konflik. Dan kita mengembangkan dialog-dialog kebangsaan, kerukunan baik di nasional maupun regional. Mengadakan kegiatan yang mencerminkan kemajemukan masing-masing agama. Saya optimistis kerukunan ini akan semakin terbangun.

Apakah dengan kerukunan antarumat beragama terjaga akan memudahkan pembangunan?

Kalau kondisi stabil, berarti ekonomi stabil. Kalau tidak stabil, ya pasti ekonomi kita terganggu. Nah, pembangunan-pembangunan SDM juga akan terganggu. Karena stabilitasnya tidak terjaga. Investasi juga terganggu. Semua akan terganggu. Karena itu, stabilitas menjadi sumber utama. Stabilitas itu jika kerukunan terbangun. Kerukunan nasional juga harus dibangun sumbernya kerukunan umat beragama. Ini sangat terkait.

Apa harapan Pak Kiai pada 2020?

Tahun 2020 itu terjadi perubahan-perubahan. Saya kira yang dimulai dari tadi penyederhanaan regulasi melalui Omnibus Law. Itu satu terobosan baru. Kemudian, pengembangan sumber daya manusia untuk menuju SDM unggul melalui pendidikan, pelatihan, dan kemudian juga pemberian kemampuan yang lebih dari skilling, upskilling, dan reskilling.

Karena itu, sekarang BLK sudah tersebar bukan hanya di masyarakat, melainkan juga di pesantren. Kemudian juga soal industrialisasi. Yang dulu itu kita hanya mengandalkan komoditas, sekarang kita melakukan hilirisasi dengan pemberian nilai tambah. Ini saya kira perubahan-perubahan besar.
(don)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5420 seconds (0.1#10.140)