Minimalisir Korban Banjir Jabodetabek Perlu Ketegasan Pemimpin

Kamis, 02 Januari 2020 - 20:40 WIB
Minimalisir Korban Banjir Jabodetabek Perlu Ketegasan Pemimpin
Minimalisir Korban Banjir Jabodetabek Perlu Ketegasan Pemimpin
A A A
JAKARTA - Sejumlah wilayah di Jabodetabek direndam banjir sejak Rabu (1/1/2020). Banjir yang disebabkan cuaca ekstrem itu menimbulkan korban jiwa dan harta benda.

Di Ibu Kota, derasnya air yang memasuki permukiman dan fasilitas umum membuat sekitar 62.453 orang mengungsi di 308 titik pengungsian. Tempat pengungsian tersebut tersebar di 49 kelurahan dan 34 kecamatan. (Baca juga: Rumah Warga Jakarta Banjir Air, Hotel-hotel Banjir Tamu )

Meski sudah banyak yang telah mengungsi, tidak sedikit juga warga yang tetap memilih tinggal dan bertahan di rumah. Alasannya mereka menjaga harta benda serta rumah masing-masing. Namun ketika memilih untuk bertahan di rumah, kebutuhan makanan, minuman, air bersih serta pakaian menjadi terbatas.

Kepala BNPB Doni Monardo mengharapkan ketegasan para pemimpin daerah dalam mengingatkan masyarakat untuk mengungsi. Apalagi jika melihat prediksi cuaca ekstrem yang masih akan terus terjadi hingga pertengahan Februari 2020. (Baca juga: Tips Menghadapi Pascabanjir yang Sering Terlupakan oleh Kita )

“Sangat diharapakan ketegasan para pemimpin daerah untuk mengingatkan masyarakat. Harta penting tetapi nyawa lebih penting,” kata Doni dalam siaran pers yang diterima SINDOnews, Kamis (2/1/2020).

Belajar dari pengalaman di Konawe Utara, bupati dan kepala dinas, camat serta kepala desa memaksa penduduk untuk mengungsi sementara. Dengan demikian ketika air hujan dan air bah datang, rumah mereka hanyut terbawa arus namun korban tidak ada. (Baca juga: 4 Langkah Paling Aman Atasi Mobil Matic Saat Terendam Banjir )

Doni juga mengingatkan bahwa merupakan tugas media untuk terus mengingatkan masyarakat melalui pemberitaan. Termasuk mengikuti perkembangan informasi cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Doni mengimbau bagi masyarakat yang berada di tempat relatif rendah atau dulu pernah menjadi kasawan penimbunan harus terus diwaspadai karena air akan kembali mencari tempat semula. “Untuk yang tinggal dekat daerah aliran sungai diusahakan jangan ada di rumah dan mengikuti arahan tim evakuasi untuk mengungsi di posko yang telah tersedia,” jelasnya.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, pihaknya memprediksi pada 5-10 Januari 2020 akan masuk aliran udara basah dari arah Samudera Hindia sebelah barat Sumatera di sepanjang ekuator. Dampaknya adalah meningkatnya intensitas curah hujan menjadi lebih ekstrem. “Dengan demikian hujan ekstrem akan berpotensi di wilayah Sumatera Barat, Riau, Sumatera Selatan, Jambi sampai Lampung, termasuk Jawa dan Jabodetabek,” katanya. (Lihat video: Cengkareng Banjir, Macet Panjang di Daan Mogot )

Kemudian aliran masih berjalan pada 10-15 Januari 2020 ke Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Tenggara. Fenomena ini dapat meningkatkan kembali intensitas curah hujan dan merupakan siklus.

Kondisi ini diprediksi terjadi lagi di akhir Januari sampai awal Februari (jangka waktu sekitar 3-5 hari) dan akan terulang lagi pada pertengahan Februari. “Siklus ini perlu diantisipasi sejak dini dan dipersiapkan mitigasinya,” ujarnya.
(poe)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7856 seconds (0.1#10.140)