Perkuat Persaudaraan, PBNU Ingatkan Petingnya Trilogi Ukhuwah
A
A
A
JAKARTA - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengingatkan pentingnya trilogi ukhuwah sebagai pengingat semua pihak, khususnya politikus.
Hal itu diingatkan PBNU menyikapi fenomena politikus mengeksploitasi agama sebagai basis preferensi elektoral dan itu harus dihentikan.
"Nahdlatul Ulama perlu mengingatkan tentang trilogi ukhuwah sebagai fundamen membangun persaudaran," ujar Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj dalam jumpa pers mengenai Refleksi dan Taushiyah Kebangsaan NU Memasuki Tahun 2020 di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (2/1/2020).
Trilogi ukhuwwah itu, yakni persaudaran keislaman (ukhuwwah Islamiyah), persaudaraan kebangsaan (ukhuwwah wathaniyah), dan persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah basyariyah/insaniyah).
"Dia yang bukan saudaramu seagama adalah saudaramu sebangsa. Dia yang bukan saudaramu seagama dan sebangsa adalah saudaramu sesama anak manusia," kata Said.
Said mengatakan kebangkitan kembali ke agama hendaknya tidak melahirkan sektarianisme yang menimbulkan segregasi dan skisma sosial. Dia mencontohkan maraknya kampanye yang mengharamkan ucapan Selamat Natal adalah wujud kegagalan mentransformasikan trilogi ukhuwwah itu.
"Semakin kuat kembali ke agama justru semakin cenderung ke arah eksklusivisme dan intoleransi. Seharusnya kembali ke agama adalah kembali ke ajaran welas asih, tepo seliro, lapang dada, adil, dan proporsional," ungkapnya.
Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), lanjut Said, beragama harus senapas dengan berbangsa. Semua pihak bisa menjadi pemeluk agama yang taat sekaligus warga negara-bangsa yang baik.
"Radikalisme dan fundamentalisme yang mengeksploitasi agama sebagai basis segregasi harus ditolak dan dicegah melalui program deradikalisasi dan kontra-radikalisme yang tepat dan terarah," tuturnya.
Hal itu diingatkan PBNU menyikapi fenomena politikus mengeksploitasi agama sebagai basis preferensi elektoral dan itu harus dihentikan.
"Nahdlatul Ulama perlu mengingatkan tentang trilogi ukhuwah sebagai fundamen membangun persaudaran," ujar Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj dalam jumpa pers mengenai Refleksi dan Taushiyah Kebangsaan NU Memasuki Tahun 2020 di Gedung PBNU, Jakarta Pusat, Kamis (2/1/2020).
Trilogi ukhuwwah itu, yakni persaudaran keislaman (ukhuwwah Islamiyah), persaudaraan kebangsaan (ukhuwwah wathaniyah), dan persaudaraan kemanusiaan (ukhuwah basyariyah/insaniyah).
"Dia yang bukan saudaramu seagama adalah saudaramu sebangsa. Dia yang bukan saudaramu seagama dan sebangsa adalah saudaramu sesama anak manusia," kata Said.
Said mengatakan kebangkitan kembali ke agama hendaknya tidak melahirkan sektarianisme yang menimbulkan segregasi dan skisma sosial. Dia mencontohkan maraknya kampanye yang mengharamkan ucapan Selamat Natal adalah wujud kegagalan mentransformasikan trilogi ukhuwwah itu.
"Semakin kuat kembali ke agama justru semakin cenderung ke arah eksklusivisme dan intoleransi. Seharusnya kembali ke agama adalah kembali ke ajaran welas asih, tepo seliro, lapang dada, adil, dan proporsional," ungkapnya.
Dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), lanjut Said, beragama harus senapas dengan berbangsa. Semua pihak bisa menjadi pemeluk agama yang taat sekaligus warga negara-bangsa yang baik.
"Radikalisme dan fundamentalisme yang mengeksploitasi agama sebagai basis segregasi harus ditolak dan dicegah melalui program deradikalisasi dan kontra-radikalisme yang tepat dan terarah," tuturnya.
(dam)