Gotong-Royong Atasi Banjir
A
A
A
TAHUN 2020 diawali dengan bencana banjir di beberapa daerah di Pulau Jawa. Selain Jakarta, banjir juga melanda daerah sekitarnya yakni Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi.
Bencana banjir juga terjadi di sebagian wilayah Jawa Barat, yakni Indramayu, Bandung Barat. Termasuk ruas tol Cikampek, Palimanan, hingga Brebes di Jawa Tengah. Hujan dengan intensitas tinggi menjadi satu di antara penyebab bencana tersebut.
Masyarakat harus tetap waspada meskipun intensitas hujan pada 1 Januari 2020 mulai menurun. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) memantau masih terdapat indikasi peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan. Tak hanya di Jakarta, tapi di banyak wilayah di Indonesia.
BMKG memprakirakan dalam sepekan ke depan potensi cuaca ekstrem, curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang berpotensi terjadi di beberapa wilayah di wilayah Indonesia dari Lampung hingga Papua. Masyarakat pun perlu mewaspadai dampak yang dapat ditimbulkan. Seperti tanah longsor, banjir bandang, dan angin kencang.
Bencana banjir yang terjadi di awal 2020 ini tak hanya merendam perumahan dan permukiman masyarakat, tetapi juga merusak fasilitas pelayanan sosial ekonomi masyarakat dan prasarana publik, bahkan sudah menelan korban jiwa. Kerugian semakin besar apabila kegiatan ekonomi dan pemerintahan juga terganggu.
Bencana banjir merupakan kejadian yang terus berulang sepanjang tahun. Tentunya, ini menuntut upaya lebih besar dalam mengantisipasinya sehingga kerugian yang diderita masyarakat dapat diminimalkan.
Partisipasi masyarakat sebagai satu di antara stakeholder harus ditingkatkan. Juga, kebijakan pemerintah daerah tentang penanggulangan bencana harus menjadi skala prioritas. Pemerintah daerah perlu meningkatkan partisipasi masyarakat pada setiap tahap kegiatan sesuai dengan jenis kegiatan penanggulangan banjir. Dari berbagai kajian yang telah dilakukan, banjir yang melanda daerah-daerah rawan pada dasarnya disebabkan oleh beberapa hal.
Di antaranya kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya perubahan tata ruang dan berdampak pada perubahan alam. Kedua, peristiwa alam seperti curah hujan yang sangat tinggi. Juga, degradasi lingkungan seperti hilangnya tumbuhan penutup tanah, pendangkalan sungai akibat sedimentasi, penyempitan alur sungai dan sebagainya.
Di sepanjang aliran Sungai Pesanggrahan yang melintas jantung Jakarta misalnya, banyak kawasan-kawasan permukiman yang memiliki kontur lebih rendah dari sungai. Apabila sungai meluap, maka air akan langsung merendam permukiman-permukiman itu.
Pemerintah baik pusat maupun pemerintah daerah harus memberi kesempatan dan wewenang lebih luas kepada masyarakat untuk memecahkan berbagai persoalan bersama-sama. Apalagi, penyebab utama banjir yakni perubahan dan eskalasi perilaku manusia dalam mengubah fungsi lingkungan.
Di kawasan-kawasan serapan air misalnya telah terjadi perubahan tata ruang secara masif sehingga daya dukung lingkungan menurun drastis. Pesatnya pertumbuhan permukiman dan kawasan industri telah mengubah keseimbangan fungsi lingkungan, bahkan kawasan retensi banjir yang disediakan alam berupa situ telah beralih fungsi.
Ada yang berubah fungsi menjadi permukiman atau fungsi lainnya. Keadaan ini tentu menurunkan kapasitas penyerapan air secara drastis. Penanganan bencana banjir dan pencegahan di masa mendatang harus dilakukan bersama-sama secara gotong-royong. Melibatkan seluruh stakeholder.
Dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, bahkan dunia usaha. Mencegah masyarakat membangun rumah dan permukiman di bantaran sungai. Melakukan edukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak membuang sampah ke dalam sungai dan rutin mengadakan program pengerukan sungai. Juga, program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan, dibarengi pengurangan aktivitas di bagian sungai rawan banjir.
Bencana banjir juga terjadi di sebagian wilayah Jawa Barat, yakni Indramayu, Bandung Barat. Termasuk ruas tol Cikampek, Palimanan, hingga Brebes di Jawa Tengah. Hujan dengan intensitas tinggi menjadi satu di antara penyebab bencana tersebut.
Masyarakat harus tetap waspada meskipun intensitas hujan pada 1 Januari 2020 mulai menurun. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ( BMKG) memantau masih terdapat indikasi peningkatan potensi cuaca ekstrem di beberapa wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan. Tak hanya di Jakarta, tapi di banyak wilayah di Indonesia.
BMKG memprakirakan dalam sepekan ke depan potensi cuaca ekstrem, curah hujan dengan intensitas lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang berpotensi terjadi di beberapa wilayah di wilayah Indonesia dari Lampung hingga Papua. Masyarakat pun perlu mewaspadai dampak yang dapat ditimbulkan. Seperti tanah longsor, banjir bandang, dan angin kencang.
Bencana banjir yang terjadi di awal 2020 ini tak hanya merendam perumahan dan permukiman masyarakat, tetapi juga merusak fasilitas pelayanan sosial ekonomi masyarakat dan prasarana publik, bahkan sudah menelan korban jiwa. Kerugian semakin besar apabila kegiatan ekonomi dan pemerintahan juga terganggu.
Bencana banjir merupakan kejadian yang terus berulang sepanjang tahun. Tentunya, ini menuntut upaya lebih besar dalam mengantisipasinya sehingga kerugian yang diderita masyarakat dapat diminimalkan.
Partisipasi masyarakat sebagai satu di antara stakeholder harus ditingkatkan. Juga, kebijakan pemerintah daerah tentang penanggulangan bencana harus menjadi skala prioritas. Pemerintah daerah perlu meningkatkan partisipasi masyarakat pada setiap tahap kegiatan sesuai dengan jenis kegiatan penanggulangan banjir. Dari berbagai kajian yang telah dilakukan, banjir yang melanda daerah-daerah rawan pada dasarnya disebabkan oleh beberapa hal.
Di antaranya kegiatan manusia yang menyebabkan terjadinya perubahan tata ruang dan berdampak pada perubahan alam. Kedua, peristiwa alam seperti curah hujan yang sangat tinggi. Juga, degradasi lingkungan seperti hilangnya tumbuhan penutup tanah, pendangkalan sungai akibat sedimentasi, penyempitan alur sungai dan sebagainya.
Di sepanjang aliran Sungai Pesanggrahan yang melintas jantung Jakarta misalnya, banyak kawasan-kawasan permukiman yang memiliki kontur lebih rendah dari sungai. Apabila sungai meluap, maka air akan langsung merendam permukiman-permukiman itu.
Pemerintah baik pusat maupun pemerintah daerah harus memberi kesempatan dan wewenang lebih luas kepada masyarakat untuk memecahkan berbagai persoalan bersama-sama. Apalagi, penyebab utama banjir yakni perubahan dan eskalasi perilaku manusia dalam mengubah fungsi lingkungan.
Di kawasan-kawasan serapan air misalnya telah terjadi perubahan tata ruang secara masif sehingga daya dukung lingkungan menurun drastis. Pesatnya pertumbuhan permukiman dan kawasan industri telah mengubah keseimbangan fungsi lingkungan, bahkan kawasan retensi banjir yang disediakan alam berupa situ telah beralih fungsi.
Ada yang berubah fungsi menjadi permukiman atau fungsi lainnya. Keadaan ini tentu menurunkan kapasitas penyerapan air secara drastis. Penanganan bencana banjir dan pencegahan di masa mendatang harus dilakukan bersama-sama secara gotong-royong. Melibatkan seluruh stakeholder.
Dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, masyarakat, bahkan dunia usaha. Mencegah masyarakat membangun rumah dan permukiman di bantaran sungai. Melakukan edukasi dan meningkatkan kesadaran masyarakat agar tidak membuang sampah ke dalam sungai dan rutin mengadakan program pengerukan sungai. Juga, program penghijauan daerah hulu sungai harus selalu dilaksanakan, dibarengi pengurangan aktivitas di bagian sungai rawan banjir.
(maf)