Memilih Destinasi Negeri Sendiri
A
A
A
Seperti sebelumnya, pada musim liburan Natal dan Tahun Baru kali ini kita kembali menyaksikan warga Indonesia yang ramai-ramai berlibur ke luar negeri. Fakta ini memunculkan pertanyaan, apa yang membuat warga Indonesia kerap memilih destinasi di luar ketimbang di dalam negeri? Jika jawabannya adalah kebutuhan akan pengalaman yang berbeda, tentu bisa dimaklumi. Tapi jika ada jawaban lain di luar itu, misalnya alasan berlibur ke luar negeri karena lebih nyaman, ada kemudahan akses, dan biaya yang lebih murah, tentu ini pekerjaan rumah yang perlu segera dicarikan solusinya. Perlu ada strategi bagaimana membuat turis domestik lebih memilih destinasi dalam negeri ketimbang luar negeri. Sebab sungguh disayangkan ketika pemerintah berjuang menarik banyak devisa melalui kunjungan wisatawan mancanegara (wisman), di saat yang sama jumlah devisa yang keluar juga besar karena warga Indonesia memilih berlibur ke luar negeri.
Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) memperkirakan jumlah wisatawan Indonesia yang berlibur ke luar negeri pada 2019 bisa melewati angka 10 juta orang, sebuah rekor tertinggi sepanjang sejarah. Salah satu penyebabnya adalah harga tiket penerbangan internasional yang lebih kompetitif daripada penerbangan domestik. Harga tiket pesawat memang masih jadi kendala. Banyak masyarakat yang terpaksa menunda perjalanan karena mahalnya harga tiket. Dalam situasi seperti itu urusan berwisata sangat mungkin tidak lagi menjadi prioritas. Di tengah tingginya biaya operasional maskapai, tentu tidak mudah begitu saja menurunkan harga tiket pesawat. Namun pemerintah perlu terus mencari formula terbaik agar harga tiket ini bisa dijangkau masyarakat. Salah satu tujuannya adalah demi menggairahkan minat wisatawan dalam negeri.
Upaya memancing minat masyarakat berwisata ke dalam negeri memang perlu terus dilakukan. Perlu banyak strategi, termasuk yang menyasar generasi muda. Saat ini Indonesia memiliki penduduk usia milenial yang jumlahnya sangat besar. Kaum milenial sering dikelompokkan sebagai generasi yang lahir antara 1981 hingga 1997. Para milenial Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 82 juta orang. Pasar pariwisata Asia saat ini bahkan didominasi wisatawan milenial dengan persentase hingga 57%. China terbesar dengan kaum milenial mencapai 333 juta orang, Filipina 42 juta, Vietnam 26 juta, Thailand 19 juta.
Terjadi perubahan tren gaya hidup pada kelompok milenial ini. Jika dulu kebiasaan menabung anak muda cenderung untuk membeli benda, saat ini uang dikumpulkan untuk keperluan pelesiran alias liburan. Nah, sangat penting untuk menjaring minat generasi muda ini. Apalagi segmen travel Indonesia saat ini mengalami pertumbuhan paling cepat di Asia Pasifik sehingga perlu ada strategi jangka panjang untuk menggaet mereka. Jika tidak, pasar besar ini justru akan lebih banyak dinikmati negara lain. Cara yang bisa dilakukan tentu menjamin biaya perjalanan––terutama harga tiket pesawat––terjangkau, menyediakan fasilitas yang nyaman di tujuan, dan memberikan sesuatu yang lebih ketimbang sekadar pemandangan alam. Intinya kaum milenial ini harus selalu bisa mendapatkan experience demi mendapatkan loyalitas mereka. Selain itu perlu memahami perilaku generasi milenial yang sangat gadget minded. Mereka ini generasi digital yang memiliki kecenderungan berbeda dalam memilih destinasi, antara lain memilih lokasi yang menjadi perbincangan atau sedang viral di media sosial.
Terlepas dari tugas pemerintah di atas, penting juga bagi wisatawan dalam negeri untuk bangga dengan destinasi milik bangsa sendiri. Bangsa ini dikenal memiliki keindahan alam dan kekayaan budaya yang tiada duanya di dunia. Fakta ini kembali dipertegas dengan predikat terbaru Indonesia sebagai The Best Countries in the World: 2019 Reader’s Choice Awards versi Conde Nast Traveler melalui situs cntraveler. Conde Nast Traveler menyebut perkembangan Indonesia sangat pesat dan menjadi destinasi baru pilihan nomadic traveler. Penilaian itu diberikan antara lain karena pesona Bali yang selalu memikat di mana wisman bisa menikmati seni dan budaya, matahari tropis, dan pesta yang mengesankan. Juga Indonesia disebut menakjubkan karena memiliki pantai-pantai terpencil hingga candi-candi yang indah.
Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) memperkirakan jumlah wisatawan Indonesia yang berlibur ke luar negeri pada 2019 bisa melewati angka 10 juta orang, sebuah rekor tertinggi sepanjang sejarah. Salah satu penyebabnya adalah harga tiket penerbangan internasional yang lebih kompetitif daripada penerbangan domestik. Harga tiket pesawat memang masih jadi kendala. Banyak masyarakat yang terpaksa menunda perjalanan karena mahalnya harga tiket. Dalam situasi seperti itu urusan berwisata sangat mungkin tidak lagi menjadi prioritas. Di tengah tingginya biaya operasional maskapai, tentu tidak mudah begitu saja menurunkan harga tiket pesawat. Namun pemerintah perlu terus mencari formula terbaik agar harga tiket ini bisa dijangkau masyarakat. Salah satu tujuannya adalah demi menggairahkan minat wisatawan dalam negeri.
Upaya memancing minat masyarakat berwisata ke dalam negeri memang perlu terus dilakukan. Perlu banyak strategi, termasuk yang menyasar generasi muda. Saat ini Indonesia memiliki penduduk usia milenial yang jumlahnya sangat besar. Kaum milenial sering dikelompokkan sebagai generasi yang lahir antara 1981 hingga 1997. Para milenial Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 82 juta orang. Pasar pariwisata Asia saat ini bahkan didominasi wisatawan milenial dengan persentase hingga 57%. China terbesar dengan kaum milenial mencapai 333 juta orang, Filipina 42 juta, Vietnam 26 juta, Thailand 19 juta.
Terjadi perubahan tren gaya hidup pada kelompok milenial ini. Jika dulu kebiasaan menabung anak muda cenderung untuk membeli benda, saat ini uang dikumpulkan untuk keperluan pelesiran alias liburan. Nah, sangat penting untuk menjaring minat generasi muda ini. Apalagi segmen travel Indonesia saat ini mengalami pertumbuhan paling cepat di Asia Pasifik sehingga perlu ada strategi jangka panjang untuk menggaet mereka. Jika tidak, pasar besar ini justru akan lebih banyak dinikmati negara lain. Cara yang bisa dilakukan tentu menjamin biaya perjalanan––terutama harga tiket pesawat––terjangkau, menyediakan fasilitas yang nyaman di tujuan, dan memberikan sesuatu yang lebih ketimbang sekadar pemandangan alam. Intinya kaum milenial ini harus selalu bisa mendapatkan experience demi mendapatkan loyalitas mereka. Selain itu perlu memahami perilaku generasi milenial yang sangat gadget minded. Mereka ini generasi digital yang memiliki kecenderungan berbeda dalam memilih destinasi, antara lain memilih lokasi yang menjadi perbincangan atau sedang viral di media sosial.
Terlepas dari tugas pemerintah di atas, penting juga bagi wisatawan dalam negeri untuk bangga dengan destinasi milik bangsa sendiri. Bangsa ini dikenal memiliki keindahan alam dan kekayaan budaya yang tiada duanya di dunia. Fakta ini kembali dipertegas dengan predikat terbaru Indonesia sebagai The Best Countries in the World: 2019 Reader’s Choice Awards versi Conde Nast Traveler melalui situs cntraveler. Conde Nast Traveler menyebut perkembangan Indonesia sangat pesat dan menjadi destinasi baru pilihan nomadic traveler. Penilaian itu diberikan antara lain karena pesona Bali yang selalu memikat di mana wisman bisa menikmati seni dan budaya, matahari tropis, dan pesta yang mengesankan. Juga Indonesia disebut menakjubkan karena memiliki pantai-pantai terpencil hingga candi-candi yang indah.
(wib)