Umumkan Oknum Penikmat Impor Migas

Selasa, 17 Desember 2019 - 05:07 WIB
Umumkan Oknum Penikmat Impor Migas
Umumkan Oknum Penikmat Impor Migas
A A A
NERACA Perdagangan Indonesia (NPI) untuk periode November 2019 catat defisit lagi. Kinerja NPI yang lebih sering menghasilkan defisit ketimbang surplus dalam beberapa tahun ini membuat Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku jengkel karena kebiasaan rajin impor menjadi biang keroknya.

Publikasi terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan impor senilai USD15,34 miliar pada November 2019. Angka tersebut memang turun sekitar 9,24% dibandingkan periode sama tahun lalu, namun nilai impor mengalami kenaikan tipis sekitar 3,94% bila dibandingkan Oktober 2019. Persoalan defisit NPI sebuah masalah serius yang terus mendera negeri ini.

Presiden yang menyampaikan kejengkelannya dalam pembukaan Musyawarah Perencanaan Nasional (Musrenbangnas) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 di Istana Negara, kemarin, membeberkan bahwa impor paling besar dikontribusikan dari energi, barang modal, dan bahan baku. Namun, dia tidak mempersoalkan tingginya impor barang modal dan bahan baku karena bisa diekspor kembali atau reekspor. Sebaliknya, terkait energi (minyak dan gas) habis untuk dikonsumsi. Saat ini impor bahan bakar minyak (BBM) mencapai 700.000 hingga 800.000 barel per hari. Celakanya, diperparah oleh impor produk turunan dari petrokimia.

Sulit untuk ditutup-tutupi bahwa di balik tingginya angka impor minyak dan gas (migas), ada sejumlah oknum bermain untuk meraih keuntungan besar. Jokowi mengaku sudah tahu siapa oknum yang terus berusaha menghalangi Indonesia untuk mandiri di sektor energi sehingga negara ini tetap dalam ketergantungan impor migas. Dalam urusan gas, negeri ini memiliki sumber daya melimpah, misalnya batu bara yang bisa dikonversi menjadi gas. Namun, sulit untuk diwujudkan karena oknum yang sudah menikmati enaknya impor gas terus menghalangi.

Mengacu dari data terbaru BPS, kinerja NPI mengalami defisit USD1,33 miliar pada November 2019. Angka tersebut selisih dari nilai impor sebesar USD15,34 miliar dengan nilai ekspor sebesar USD14,01 miliar. Nilai impor pada November naik sekitar 3,94% dibandingkan bulan Oktober 2019 yang dikontribusi dari komoditas migas dan nonmigas. Secara kumulatif dari periode Januari hingga November 2019, defisit NPI tercatat sebesar USD3,1 miliar, yang tercipta dari nilai impor sebesar USD156,22 miliar dibandingkan nilai ekspor sebesar USD153,11 miliar. Sepanjang tahun ini BPS mencatat NPI mengalami lima kali tekor dan enam kali surplus.

Lebih rinci, nilai impor sebesar USD15,34 miliar meliputi impor migas sebesar USD2,13 miliar dan nonmigas sebesar USD13,2 miliar. Adapun impor migas November 2019 mencatat kenaikan sekitar 21,6% dari posisi Oktober 2019 sebesar USD 1,75 miliar. Untuk impor nonmigas selama November 2019 hanya naik sekitar 1,55% dari Oktober 2019 yang tercatat sebesar USD13,0 miliar. Komoditas impor masih didominasi oleh produk China senilai USD4,2 miliar, disusul Jepang senilai USD1,23 miliar. Impor barang konsumsi mencatat kenaikan sepanjang November lalu, di antaranya apel dan jeruk mandarin dari China.

Sebaliknya, kinerja ekspor alami penurunan sekitar 6% pada November lalu dibandingkan periode Oktober 2019. Secara tahunan kinerja ekspor juga membukukan penurunan sebesar 5,67%. Penurunan kinerja ekspor di antaranya disebabkan ekspor hasil pertanian dan industri pengolahan yang melemah. Ekspor hasil pertanian yang turun meliputi tanaman obat dan rempah-rempah, sayuran, kopi, dan mutiara hasil budi daya. Sementara dari ekspor industri pengolahan yang melandai di antaranya besi baja, logam, kendaraan bermotor, hingga bubur kertas.

Dalam menyikapi defisit NPI, terutama yang disebabkan oleh impor migas, Presiden Jokowi mengingatkan, "Bukan saya cari, sudah ketemulah siapa yang senang impor. Sudah ngerti saya. Hanya perlu saya ingatkan bolak-balik, hati-hati, kamu hati-hati, saya ikuti kamu," kata Jokowi.

Sikap tegas orang nomor satu di negeri ini harus diikuti semua jajaran yang ada di bawahnya. Kalau memang Presiden Jokowi serius ingin memberantas oknum penikmat impor migas, seharusnya tidak ada ganjalan untuk membuka siapa pelakunya di depan publik, apalagi sudah ketahuan siapa yang bermain. Biar masyarakat tahu bahwa inilah orangnya yang selalu merepotkan negeri ini.
(cip)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9781 seconds (0.1#10.140)