Wakil Kepala BSSN Ajak Generasi Milenial Jaga Jati Diri Bangsa
A
A
A
JAKARTA - Wakil Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Komisaris Jenderal Polisi Dharma Pongrekun mengajak generasi milenial untuk ikut memajukan bangsa Indonesia.
Dia juga mengingatkan generasi milenial untuk mewaspadai berbagai hal. "Waspadai hedonis, materialistis, virtual, radikalisme yang membuat kita menjadi manusia-manusia yang nantinya akan lupa dengan jati diri, jati diri bangsa Indonesia adalah gotong royong jati diri bangsa Indonesia itu manusia yang fitrah," kata Dharma usai berbicara di Universitas Muhammadiyah Uhamka, Pasar Rebo, Jakarta, Jumat (22/11/2019).
Menurut Dharma, manusia yang fitrah itu selalu menjadikan Tuhan nomor satu di dalam hidupnya, bukan yang lain-lain. Untuk itu, dia berpesan kepada generasi milenial untuk membawa bangsa Indonesia lebih baik lagi
"Nah jangan sampai bangsa kita dibawa ke arah bangsa yang materialistis, hanya mengejar materi sehingga waktunya habis hanya untuk mengejar angka-angka (uang-red) yang justru membuat menjadikan kita manusia-manusia penuh kekhawatiran, karena selalu berhitung dengan logika, lupa bahwa setiap langkah hidup kita diatur oleh kuasa Tuhan," tuturnya.
Mengenai radikalisme, Dharma mengimbau generasi milenial untuk mengurangi penggunaan gadget yang jika tidak diperlukan. Kemajuan teknologi juga membuat penyebaran radikalisme bisa lewat mana pun, termasuk dunia maya dari gadget.
"Sangat sulit untuk tidak terpapar ketika gadget selalu melekat di tangan, salah satu sumber masalahnya ada pada gelombang elektromagnetic yang langsung melemahkan sel-sel tubuh kita di mana membran sel akan memproduksi hormon cortisol yang beracun yang akan merusak sel-sel dalam tubuh yang akhirnya melemahnya daya kritis kita sehingga gampang diperdaya," ungkapnya.
Tidak hanya itu, kata dia, ada juga konten di dunia maya yang membawa dampak negatif secara psikis. "Konten-kontennya juga dapat melemahkan karena jika kita membaca kontennya maka akan menyebabkan psikis kita akan turut bereaksi, misalnya kesal, lama-lama kita terbawa. Apalagi sekarang ada hypnowriter yang sengaja dipelajari khusus untuk bisa menulis dan orang bisa terhipnotis," tutur Dharma.
Dia juga mengingatkan generasi milenial untuk mewaspadai berbagai hal. "Waspadai hedonis, materialistis, virtual, radikalisme yang membuat kita menjadi manusia-manusia yang nantinya akan lupa dengan jati diri, jati diri bangsa Indonesia adalah gotong royong jati diri bangsa Indonesia itu manusia yang fitrah," kata Dharma usai berbicara di Universitas Muhammadiyah Uhamka, Pasar Rebo, Jakarta, Jumat (22/11/2019).
Menurut Dharma, manusia yang fitrah itu selalu menjadikan Tuhan nomor satu di dalam hidupnya, bukan yang lain-lain. Untuk itu, dia berpesan kepada generasi milenial untuk membawa bangsa Indonesia lebih baik lagi
"Nah jangan sampai bangsa kita dibawa ke arah bangsa yang materialistis, hanya mengejar materi sehingga waktunya habis hanya untuk mengejar angka-angka (uang-red) yang justru membuat menjadikan kita manusia-manusia penuh kekhawatiran, karena selalu berhitung dengan logika, lupa bahwa setiap langkah hidup kita diatur oleh kuasa Tuhan," tuturnya.
Mengenai radikalisme, Dharma mengimbau generasi milenial untuk mengurangi penggunaan gadget yang jika tidak diperlukan. Kemajuan teknologi juga membuat penyebaran radikalisme bisa lewat mana pun, termasuk dunia maya dari gadget.
"Sangat sulit untuk tidak terpapar ketika gadget selalu melekat di tangan, salah satu sumber masalahnya ada pada gelombang elektromagnetic yang langsung melemahkan sel-sel tubuh kita di mana membran sel akan memproduksi hormon cortisol yang beracun yang akan merusak sel-sel dalam tubuh yang akhirnya melemahnya daya kritis kita sehingga gampang diperdaya," ungkapnya.
Tidak hanya itu, kata dia, ada juga konten di dunia maya yang membawa dampak negatif secara psikis. "Konten-kontennya juga dapat melemahkan karena jika kita membaca kontennya maka akan menyebabkan psikis kita akan turut bereaksi, misalnya kesal, lama-lama kita terbawa. Apalagi sekarang ada hypnowriter yang sengaja dipelajari khusus untuk bisa menulis dan orang bisa terhipnotis," tutur Dharma.
(dam)