PKS Ikut Lirik Gibran, Pengamat: Ini Membuktikan Tak Ada Partai Ideologis
A
A
A
JAKARTA - Direktur Eksekutif Indonesia Political Review (IPR), ujang Komarudin menganggap, sinyal Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang 'melirik' putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming untuk Pilkada Solo 2020 membuktikan bahwa selama ini tak ada partai politik yang ideologis.
"Jika memang benar PKS ingin mencalonkan Gibran dan wakilnya dari kadernya sendiri, ini membuktikan bahwa di Indonesia tak ada partai ideologis," ujar Ujang saat dihubungi Sindonews, Jumat (15/11/2019).
Lebih dari itu, Ujang mengatakan, yang ada partai bersikap pragmatis dan realistis. Menurutnya, partai bersikap hanya berbasis kepentingan sesaat yakni kepentingan hanya ingin menang dan hanya ingin mudah mendapat kekuasaan.
Sementara, harapan rakyat untuk mendapatkan partai yang sungguh-sungguh memperjuangakan aspirasinya tak akan kesampaian. "Karena partai-partai asyik dengan dirinya dan asyik untuk mengejar dan mendapatkan kekuasaan," tutur dia.
Di sisi lain, lanjut Ujang, jika PKS konsisten ingin menjadi oposisi, seharusnya partai yang dipimpin Shohibul Iman itu tak mendukung Gibran. Karena semua orang sudah tahu bahwa Gibran sudah terdaftar sebagai kader PDI Perjuangan.
Menurutnya, jika PKS memaksakan ingin mendukung Gibran dan kadernya, itu hanya jalan pintas agar bisa menempatkan kadernya di eksekutif. Sebaliknya, jika PKS merasa kuat seharusnya berani mengusung kadernya sendiri untuk melawan dominasi PDIP di kampung kelahiran Jokowi. (Baca juga: Pengamat: Semua Partai Pasti Tertarik Usung Gibran Bukan Hanya PKS )
"Elite daerah dan elite pusat banyak yang mempertontonkan politik tanpa identitas, politik tanpa karakter, dan politik tanpa nilai. Yang terjadi akhirnya pragmatisme politik," pungkasnya.
"Jika memang benar PKS ingin mencalonkan Gibran dan wakilnya dari kadernya sendiri, ini membuktikan bahwa di Indonesia tak ada partai ideologis," ujar Ujang saat dihubungi Sindonews, Jumat (15/11/2019).
Lebih dari itu, Ujang mengatakan, yang ada partai bersikap pragmatis dan realistis. Menurutnya, partai bersikap hanya berbasis kepentingan sesaat yakni kepentingan hanya ingin menang dan hanya ingin mudah mendapat kekuasaan.
Sementara, harapan rakyat untuk mendapatkan partai yang sungguh-sungguh memperjuangakan aspirasinya tak akan kesampaian. "Karena partai-partai asyik dengan dirinya dan asyik untuk mengejar dan mendapatkan kekuasaan," tutur dia.
Di sisi lain, lanjut Ujang, jika PKS konsisten ingin menjadi oposisi, seharusnya partai yang dipimpin Shohibul Iman itu tak mendukung Gibran. Karena semua orang sudah tahu bahwa Gibran sudah terdaftar sebagai kader PDI Perjuangan.
Menurutnya, jika PKS memaksakan ingin mendukung Gibran dan kadernya, itu hanya jalan pintas agar bisa menempatkan kadernya di eksekutif. Sebaliknya, jika PKS merasa kuat seharusnya berani mengusung kadernya sendiri untuk melawan dominasi PDIP di kampung kelahiran Jokowi. (Baca juga: Pengamat: Semua Partai Pasti Tertarik Usung Gibran Bukan Hanya PKS )
"Elite daerah dan elite pusat banyak yang mempertontonkan politik tanpa identitas, politik tanpa karakter, dan politik tanpa nilai. Yang terjadi akhirnya pragmatisme politik," pungkasnya.
(pur)