Teror Bom Marak, NU Sarankan Kabareskrim Baru Pahami Dinamika Keumatan
A
A
A
JAKARTA - Aksi bom bunuh diri yang terjadi di Mapolresta Medan, Sumater Utara kemarin menjadi pekerjaan rumah (PR) baru bagi Kepolisian RI, khususnya kepada calon Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri yang baru.
Aktivis muda Nahdlatul Ulama (NU), Husny Mubaroq Amir menyarankan agar nantinya calon Kabareskrim memahami dinamika keumatan.
"Ini menjadi penting, sebagi contoh teror bom Medan yang baru saja terjadi, saya yakin seperti halnya kejadian yang sebelumnya, sel-selnya masih banyak bergentayangan," ungkap Husni kepada SINDOnews, Kamis (14/11/2019).
Husni menjelaskan, berbagai paham aliran pemikiran tumbuh dan berdiaspora. Hal tersebut menjadi arus baru yang sulit dicegah. Maka, sudah barang tentu tugas kepolisian untuk mencegah dan memfilter aliran-aliran yang dianggap membahayakan umat.
"Sebagai tugas untuk membantu Kapolri dalam hal pencegahan dan memberantas aliran radikalisme, mengingat terorisme juga masuk pada kategori extra ordinary crime, tentu Kabareskrim harus paham dinamika di tengah masyarakat khususnya terkait polarisasi dan intoleransi, juga terkait sensitivitas antara mayoritas dan minoritas," jelasnya.
Selain itu, Wakil Sekretaris PWNU DKI Jakarta ini berharap, ke depan Kabareskrim harus lebih aktif dan berupaya merangkul semua elemen bangsa guna menanggulangi masalah radikalisme ini.
"Tentunya, Kabareskrim harus dekat dengan ulama, semakin aktif mengajak dialog seluruh ormas Islam terutama ormas Islam yang selama ini turut serta berjuang membasmi ideologi radikal tersebut," katanya.
Sebelumnya, bom bunuh diri meledak di Polrestabes Medan, Rabu pagi tadi. Ledakan itu mengakibatkan enam orang terluka. Mereka terdiri atas empat anggota Polri, satu pegawai harian lepas (PHL), dan satu warga sipil.
Dari keterangan Polisi, satu orang dinyatakan tewas secara mengenaskan yang diketahui sebagai pelaku teror, dan satu pelaku dalam pengejaran aparat kepolisian sebagaimana diungkapkan Menkopolhukam, Mahfud MD.
Aktivis muda Nahdlatul Ulama (NU), Husny Mubaroq Amir menyarankan agar nantinya calon Kabareskrim memahami dinamika keumatan.
"Ini menjadi penting, sebagi contoh teror bom Medan yang baru saja terjadi, saya yakin seperti halnya kejadian yang sebelumnya, sel-selnya masih banyak bergentayangan," ungkap Husni kepada SINDOnews, Kamis (14/11/2019).
Husni menjelaskan, berbagai paham aliran pemikiran tumbuh dan berdiaspora. Hal tersebut menjadi arus baru yang sulit dicegah. Maka, sudah barang tentu tugas kepolisian untuk mencegah dan memfilter aliran-aliran yang dianggap membahayakan umat.
"Sebagai tugas untuk membantu Kapolri dalam hal pencegahan dan memberantas aliran radikalisme, mengingat terorisme juga masuk pada kategori extra ordinary crime, tentu Kabareskrim harus paham dinamika di tengah masyarakat khususnya terkait polarisasi dan intoleransi, juga terkait sensitivitas antara mayoritas dan minoritas," jelasnya.
Selain itu, Wakil Sekretaris PWNU DKI Jakarta ini berharap, ke depan Kabareskrim harus lebih aktif dan berupaya merangkul semua elemen bangsa guna menanggulangi masalah radikalisme ini.
"Tentunya, Kabareskrim harus dekat dengan ulama, semakin aktif mengajak dialog seluruh ormas Islam terutama ormas Islam yang selama ini turut serta berjuang membasmi ideologi radikal tersebut," katanya.
Sebelumnya, bom bunuh diri meledak di Polrestabes Medan, Rabu pagi tadi. Ledakan itu mengakibatkan enam orang terluka. Mereka terdiri atas empat anggota Polri, satu pegawai harian lepas (PHL), dan satu warga sipil.
Dari keterangan Polisi, satu orang dinyatakan tewas secara mengenaskan yang diketahui sebagai pelaku teror, dan satu pelaku dalam pengejaran aparat kepolisian sebagaimana diungkapkan Menkopolhukam, Mahfud MD.
(cip)