Tanggapan UII Soal Gelar Pahlawan Nasional Dua Mantan Rektornya

Jum'at, 08 November 2019 - 18:34 WIB
Tanggapan UII Soal Gelar Pahlawan Nasional Dua Mantan Rektornya
Tanggapan UII Soal Gelar Pahlawan Nasional Dua Mantan Rektornya
A A A
YOGYAKARTA - Rektor pertama dan ketiga Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta Prof KH Abdul Kahar Muzakkir dan Prof Dr Sardjito dikukuhkan sebagai pahlawan nasional, Jumat (8/11/2019).

Abdul Kahar Muzakkir menjadi rektor UII (Sekolah Tinggi Islam) dari tahun 1945 hingga 1960, sedangkan Sardjito menjadi rektor UII dari tahun 1964 hingga 1970.

UII mengajukan Kahar Mudzakir sebagai pahlawan pada tahun 2014 dan baru tahun 2019 dikabulkan. UII divisitasi tim pada Agustus 2018 yang dipimpin sejarawan Anhar Gonggong.

Sedangkan Sardjito yang mengusulkan UGM, sebab sebelum menjadi Rektor UII, Sardjito menjabat Rektor UGM pertama, yaitu dari tahun 1949-1961. UII dalam hal ini kapasitasnya mendukung usulan UGM tersebut.

Rektor UII Fathul Wahid mengatakan, baik Abdul Kahar Muzakkir maupun Sardjito telah menjalankan tugas dan sejarahnyanya masing. Abdul Kahar Muzakkir sebagai rektor perintis berdirinya UII, bukan hanya dihadapkan pada masa-masa sulit di awal berdirinya UII namun juga menanamkan nilai-nilai keislaman, intelektual dan kebangsaan.

“Sebagai contoh nilai keislaman yang dipadukan dengan nilai intelektualitas. Jadi di UII adalah tempat bertemunya ilmu pengetahuan dan agama,” kata Fathur, Jumat (8/11/2019).

Abdul Kahar Muzakkir juga memberikan contoh konkret nilai kebangsaan, yaitu bersama sivitas akademika UII bersama rakyat berjuang mempertahankan kemerdekaan melawan Belanda dan juga merawat keberadaan UII dengan menyelenggarakan Milad UII ke-4 tahun 1949 di tengah peperangan. Milad itu digelar di Tegallayang, Srandakan, Bantul.

“Ini dilakukan untuk menjaga eksistensi,” paparnya.

Selain itu, Abdul Kahar Muzakkir juga aktif dalam berjuang untuk kemerdekaan Indonesia, di antaranya sebagai anggota BPUPKI dan Panitia Sembilan yang mengagas Piagam Jakarta sebagai cikal bakal pembukaan UUD 45 dan Pancasila. UII dan republik ini lahir dari rahim yang sama.

“Karena itu UII sangat sulit untuk mengkhianati bangsa ini. Sebab beliau sudah menanamkan bagaiman mencintai bangsa dan negara ini,” katanya.

Prof Dr Sardjito juga menjalankan tugas kesejarahan yang lain. Saat menjadi Rektor UII selama tujuh tahun 19601970, Sardjito mengembangkan UII di beberapa kota. Tercatat ada 8 kota dengan 22 fakultas. Selain itu juga membuka fakultas eksakta, ada kedokteran , peternakan, teknik dan farmasi.

“Itulah lebatnya buah yang ditanamakan beliau,” tuturnya.

Sebagai validasi fisik, untuk memuliakan keduanya, nama mereka berdua disematkan untuk nama gedung. Prof KH Abdul Kahar Muzakkir sebagai nama gedung auditorium, Prof Dr Sardjito untuk nama gedung kuliah umum (GKU) UII.
(dam)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4638 seconds (0.1#10.140)