Jokowi Tegaskan Indonesia Tolak Limbah Sampah dari Luar Negeri
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan Indonesia menolak limbah sampah dari luar negeri. Hal itu ditegaskan Jokowi saat menghadiri Konfrensi Tingkat Tinggi Asia Timur. Jokowi menyebut, beberapa waktu terakhir ini, sejumlah negara ASEAN menerima limbah bahan berbahaya dan beracun dari beberapa negara termasuk di kawasan Asia Timur.
“Tentunya kita semua tidak ingin kawasan Asia Tenggara, menjadi tempat pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun,” kata Presiden Jokowi melalui siaran persnya, Senin (4/11/2019).
Jokowi, mengatakan hal ini melanggar aturan internasional mengenai limbah plastik dan limbah beracun berbahaya. Maka dari itu Jokowi mengusulkan kerja sama penanganan limbah B3 dan sampah plastik di KTT ke-14 Asia Timur yang berlangsung di Impact Exhibition and Convention Center.
Ada dua usulan yang yang disampaikan Indonesia selain kerja sama penanganan limbah B3 dan sampah plastik, yaitu infrastruktur dan konektivitas di Indo-Pasifik.
Dalam pertemuan itu, Jokowi menjelaskan bahwa Indonesia telah mengambil langkah pemberitahuan melalui masing-masing Kedutaan Besar. Termasuk juga telah melakukan pengiriman kembali kontainer-kontainer tersebut ke pelabuhan asal pengiriman.
“Law enforcement juga kami lakukan bagi pihak yang terlibat di dalam negeri. Indonesia mengharapkan kerja sama dengan negara di dunia, termasuk negara di kawasan Asia Timur. Untuk pencegahan pengiriman ilegal limbah B3 sesuai dengan kesepakatan internasional,” tuturnya.
Selain limbah B3, kawasan Asia Timur juga menghadapi tantangan sampah plastik laut. Jokowi mengingatkan bahwa jika tidak diatasi segera maka ekosistem laut di kawasan Indo-Pasifik akan rusak.
“Tahun lalu, kita sepakat menanggulangi sampah plastik laut termasuk mendorong negara Asia Timur untuk memiliki rencana aksi nasional memerangi sampah plastik laut,”ujarnya.
Dia mengatakan Indonesia sedang menjalankan strategi nasional untuk menangani sampah laut, dari hulu ke hilir. Dia yakin sampah di laut Indonesia bisa berkurang sampai 70% di 2025. “Saya berharap negara di kawasan Asia Timur tetap konsisten dalam memerangi sampah plastik dan limbah berbahaya,” tuturnya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu)Retno Marsudi yang turut hadir pada KTT tersebut menyampaikan, berdasarkan data bea cukai Indonesia, jumlah kontainer yang diterima di Indonesia hingga Oktober 2019 sebanyak 2.194 kontainer.
“Pihak Bea dan Cukai dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sudah melakukan pemeriksaan terhadap 882 kontainer, dan 374 kontainer sudah dikembalikan ke negara asalnya,” katanya.
“Tentunya kita semua tidak ingin kawasan Asia Tenggara, menjadi tempat pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun,” kata Presiden Jokowi melalui siaran persnya, Senin (4/11/2019).
Jokowi, mengatakan hal ini melanggar aturan internasional mengenai limbah plastik dan limbah beracun berbahaya. Maka dari itu Jokowi mengusulkan kerja sama penanganan limbah B3 dan sampah plastik di KTT ke-14 Asia Timur yang berlangsung di Impact Exhibition and Convention Center.
Ada dua usulan yang yang disampaikan Indonesia selain kerja sama penanganan limbah B3 dan sampah plastik, yaitu infrastruktur dan konektivitas di Indo-Pasifik.
Dalam pertemuan itu, Jokowi menjelaskan bahwa Indonesia telah mengambil langkah pemberitahuan melalui masing-masing Kedutaan Besar. Termasuk juga telah melakukan pengiriman kembali kontainer-kontainer tersebut ke pelabuhan asal pengiriman.
“Law enforcement juga kami lakukan bagi pihak yang terlibat di dalam negeri. Indonesia mengharapkan kerja sama dengan negara di dunia, termasuk negara di kawasan Asia Timur. Untuk pencegahan pengiriman ilegal limbah B3 sesuai dengan kesepakatan internasional,” tuturnya.
Selain limbah B3, kawasan Asia Timur juga menghadapi tantangan sampah plastik laut. Jokowi mengingatkan bahwa jika tidak diatasi segera maka ekosistem laut di kawasan Indo-Pasifik akan rusak.
“Tahun lalu, kita sepakat menanggulangi sampah plastik laut termasuk mendorong negara Asia Timur untuk memiliki rencana aksi nasional memerangi sampah plastik laut,”ujarnya.
Dia mengatakan Indonesia sedang menjalankan strategi nasional untuk menangani sampah laut, dari hulu ke hilir. Dia yakin sampah di laut Indonesia bisa berkurang sampai 70% di 2025. “Saya berharap negara di kawasan Asia Timur tetap konsisten dalam memerangi sampah plastik dan limbah berbahaya,” tuturnya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri (Menlu)Retno Marsudi yang turut hadir pada KTT tersebut menyampaikan, berdasarkan data bea cukai Indonesia, jumlah kontainer yang diterima di Indonesia hingga Oktober 2019 sebanyak 2.194 kontainer.
“Pihak Bea dan Cukai dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sudah melakukan pemeriksaan terhadap 882 kontainer, dan 374 kontainer sudah dikembalikan ke negara asalnya,” katanya.
(cip)